Kamis, 15 Juni 2023

Makkiyah Madaniyah

Oleh: Abdulchalid Badarudin, S.Ag, M.PdI

Disajikan pada Webinar MGMP jenjang SMP tingkat Provinsi NTT

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Betapa agung dan akbarnya Allah SWT yang telah menurunkan kitab suci Al-Qur’anul karim secara berangsur-angsur, kepada nabi Muhammad SAW baik secara langsung maupun melalui perantara malaikat Jibril yang merupakan sumber pertama dan utama bagi hukum Islam dan pedoman hidup manusia. tidak ada keragunan bahwa al-qur’an demikian menguasai alam pikiran dan perasaan orang-orang salih masa dahulu dan sekarang.

Al-Qur’an diturunkan sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi ada yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan atau merupakan penolakan terhadap suatu pendapat atau perbuatan. Oleh karenanya ayat-ayat al-qur’an tidak diturunkan di satu tempat atau wilayah saja, ada yang diturunkan di Makkah yang dikenal dengan sebutan surat Makkiyah dan adapula yang diturunkan di Madinah yang dikenal dengan sebutan surat Madaniyah.

Semua surat kalau bukan turun di Makkah (Makkiyah) tentu turun di Madinah (Madaniyah) atau sebaliknya. Tapi, ada pengecualian mengingat di dalam surat Makkiyah kadang-kadang terdapat ayat-ayat Madaniyah atau sebaliknya. Tiap ayat dikenal identitasnya dan jelas profesinya, karena itu jika ada ayat bercampur dengan ayat-ayat yang lain yang bukan kelompoknya maka identitas ayat tersebut ditetapkan oleh para ulama ahli sebagai ayat Makkiyah atau sebagai ayat Madaniyah. Pendapat itu didasarkan pada kriteria yang telah mereka tentukan secara kritis teliti dan cermat.

Bidang pengetahuan yang menjadi cakupan dalam pembahasan surat Makkiyah dan Madaniyah demikian luas sehingga objek penelitiannya pun banyak dan berlainan. Ia sekaligus merupakan pengetahuan tentang urutan waktu turunnya surat dan ayat mengenai kepastian tempat turunnya pemilah-pemilah soal dan temanya serta penentuan oknum yang dimaksud oleh suatu ayat, kita dapat membayangkan bagaimana para ulama memikirkan berbagai masalah tersebut pada saat mereka memilah-milah mana ayat-ayat Makkiyah dan mana ayat-ayat Madaniyah. Oleh karena itu di dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah, serta hal-hal yang berkaitan dengannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Makkiyah dan Madaniyah?

2. Bagaimana karakteristik dari Makkiyah dan Madaniyah?

3. Bagaimana pembagian surat-surat Al-Qur’an berdasarkan Makkiyah-Madaniyah?

4. Bagaimana cara-cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyah?

5. Bagaimana klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an?

6. Apa perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah?

7. Apa urgensi mempelajari tentang Makkiyah dan Madaniyah?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui definisi Makkiyah dan Madaniyah

2. Mengetahui karakteristik dari Makkiyah dan Madaniyah

3. Mengetahui pembagian surat-surat Al-Qur’an berdasarkan Makkiyah-Madaniyah

4. Mengetahui cara-cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyah

5. Mengetahui klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an

6. Mengetahui perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah

7. Mengetahui urgensi mempelajari tentang Makkiyah dan Madaniyah

PEMBAHASAN

A. Definisi Makkiyah dan Madaniyah

Ada beberapa definisi tentang Makkiyah dan Madaniyah yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan oleh berbedanya kriteria yang ditetapkan untuk menetapkan Makkiyah atau Madaniyah sebuah surat atau ayat. Adapun kriteria tersebut diantaranya:

1. Berdasarkan Tempat Turunnya (Teori Gografis)

“Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Mekkah, sekalipun sesudah hijrah, sedang Madaniyah ialah yang diturunkan di Madinah”.
Berdasarkan rumusan di atas, Makkiyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di wilayah Mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Madaniyyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di Madinah. Adapun kelemahan pada rumusan ini karena tidak semua ayat Al Quran dimasukkan dalam kelompok Makkiyah atau Madaniyah. Alasannya ada beberapa ayat Al Quran yang dinuzulkan jauh di luar Mekkah dan Madinah. Bahkan, ada sebagian ulama’ yang mendasarkan penentuan Makkiyah atau madaniyah sebuah surat atau ayat berdasarkan masalah nuzul surat atau ayat.

Ada juga yang berpendapat bahwa surat Makkiyah adalah yang turun di Mekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah sedangkan surat Madaniyah ialah yang turun di Madani dan sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Sili’.

2. Berdasarkan Waktu Turunnya (Teori Historis)

“Makkiyyah ialah ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunnya di luar Mekkah, sedang Madaniyah ialah yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekalipun turunnya di Mekkah”.

Dibanding dua rumusan sebelumnya, tampaknya rumusan ini lebih populer karena dianggap tuntas dan memenuhi unsur penyusunan ta’rif (definisi).

3. Berdasarkan Obyek atau Sasarannya (Teori Subyektif)

“Makkiyah ialah ayat yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada penduduk Mekkah, sedang Madaniyah ialah yang khittabnya ditujukan kepada penduduk Madinah”.

Berdasarkan rumusan di atas, para ulama menyatakan bahwa setiap ayat atau surat yang dimulai dengan redaksi الناس أيها يا (wahai sekalian manusia) dikategorikan Makkiyah, karena pada masa itu penduduk Mekkah pada umumnya masih kufur. Sedangkan ayat atau surat yang dimulai dengan “ya ayyuhalladziina aamanu” (wahai orang-orang yang beriman) dikategorikan Madaniyah, karena penduduk Madinah pada waktu itu telah tumbuh benih-benih iman di dada mereka. Namun, pada kenyataannya tidak semua ayat Al Quran didahului oleh kata-kata tersebut. Misalnya surat Al-Baqarah ayat 2 termasuk kategori Madaniyah, padahal di dalamnya ada salah satu, yaitu ayat 21 dan 168 yang dimulai dengan lafadz “ya ayyuhannas”

4. Berdasarkan Bahan Pembicaraannya (Teori Content Analysis)

“Makkiyah adalah ayat atau surat yang memuat cerita umat dan para Nabi terdahulu. Sedang ayat atau surat Madaniyah berisi tentang hukum hudud, faraid, dan sebagainya”.

Kriteria ini didasarkan pada riwayat Hisyam dari ayahnya al-Hakim
“semua surat yang memuat aturan-aturan, ketentuan-ketentuan, maka ia termasuk surat Madaniyah, dan semua surat yang memuat tentang peristiwa masa lampau, maka ia termasuk kategori Makkiyah”.

Kelebihan teori ini adalah kriterianya jelas, sehingga mudah difahami dari segi pembicaraannya. Sedang kelemahan teori ini adalah dari sisi pelaksanaan pembedaan antara Makkiyah dan Madaniyah yang tidak praktis, karena harus mempelajari isi kandungan di dalam ayat atau surat Al Quran.

B. Karakteristik Makkiyah dan Madaniyah

Para ulama telah menetapkan karakteristik Makkiyah dan Madaniyah sebagai berikut :

1. Karakteristik Makkiyah

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki Makkiyah di antaranya :

a. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata كلا Kata ini dipergunakan untuk memberi peringatan yang tegas dan keras kepada orang-orang Mekkah yang keras kepala.

b. Setiap surat yang di dalamnya terdapat ayat sajdah termasuk Makkiyah.

c. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu termasuk Makkiyah, kecuali surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran yang keduanya termasuk Madaniyah. Adapun surat al-Ra’d yang masih diperselisihkan.

d. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam dan Iblis termasuk Makkiyah, kecuali surat Al-Baqarah yang tergolong Madaniyah.

e. Setiap surat yang dimulai dengan huruf abjad, alphabet (tahjjiy) ditetapkan sebagai Makkiyah, kecuali Al-Baqarah dan Ali Imran. Huruf tahjjiy yang dimaksud di antaranya ك ي ه ص ع, ط ه س ي, ح م, dll

f. Mengandung seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat dan apa-apa yang terjadi di akhirat. Di samping itu, ayat-ayat Makkiyah ini menyeru untuk beriman kepada para rasul dan para malaikat serta menggunakan argumen-argumen akal, kealaman dan jiwa.

g. Membantah argumen-argumen kaum Musyrikin dan menjelaskan kekeliruan mereka terhadap berhala-berhala mereka.

h. Mengandung seruan untuk berakhlak mulia dan berjalan di atas syariat yang haq tanpa terbius oleh perubahan situasi dan kondisi, terutama hal-hal yang berhubungan dengan memelihara agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan.

i. Terdapat banyak redaksi sumpah dan ayatnya pendek-pendek.

j. Surat-surat Makkiyah mencapai 2/3 satu mushaf al-Quran.

2. Karakteristik Madaniyah

Seperti halnya dalam Makkiyah, Madaniyah pun mempunyai karakteristik:

a. Setiap surat yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak perdata dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata serta kemasyarakatan dan kenegaraan, termasuk Madaniyah.

b. Setiap surat yang mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang, hukum-hukumnya, perdamaian dan perjanjian, termasuk Madaniyah.

c. Setiap surat yang menjelaskan hal ihwal orang-orang munafik termasuk Madaniyah, kecuali surat Al-Ankabut yang di nuzulkan di Makkah. Hanya sebelas ayat pertama dari surat tersebut yang termasuk Madaniyah dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-orang munafik.

d. Menjelaskan hukum-hukum amaliyyah dalam masalah ibadah dan muamalah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, qisas, talak, jual beli, riba, dan lain-lain.

e. Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya cukup jelas dalam menerangkan hukum-hukum agama.

C. Pembagian Surat-Surat Al-Qur’an Berdasarkan Makkiyah-Madaniyah

Berikut merupakan surat-surat yang tergolong Makkiyah dan Madaniyah.

1. Surat-surat Makkiyah : Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus, Huud, Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr, An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya’, Al-Mu’minuun, Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman, As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin, Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir, Fushshilat, Asy-Syuuroo, Az-Zukhruf, Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf, Adz-Dzaariyaat, Ath-Thuur, An-Najm, Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam, Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh, Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’, An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir, Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin, Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq, Al-A’laa, Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr, At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr, Al-’Aadiyaat, Al-Qaari’ah, At-Takatsur, Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiyl, Quraisy, Al-Maa’uun, Al-Kautsar, Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas.

2. Surat-surat Madaniyah: Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al Maa`idah, Al-Anfaal, At-Taubah, Ar-Ra’d, Al-Hajj, An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot, Ar-Rahman, Al-Hadiid, Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf, Al-Jumu’ah, Al-Munaafiquun, At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan, Al-Bayyinah, Al-Zalzalah, An-Nashr.

 

D. Cara-cara Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah

Dalam menetapkan ayat-ayat al-Qur’an yang termasuk kategori Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana Muslim berpegangan teguh pada dua perangkat pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Transmisi (Periwayatan)

Dengan perangkat pendekatan transmisi, para sarjana muslim merujuk kepada riwayat-riwayat valid (sah) yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabi’in yang saling berjumpa dan mendengarkan langsung dari para sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan al-Qur’an, termasuk di dalamnya adalah informasi kronologis al-Qur’an.

Otoritas para sabahat dan para tabiin dalam mengetahui informasi kronologi al-Qur’an dapat dilihat dari pernyataan-pernyataanya. Dalam salah satu riwayat al-Bukhari, Ibn Mas’ud berkata :

“Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, tidak ada salah satu pun dari kitab Allah yang turun, kecuali aku tahu untuk siapa dan di mana diturunkan, seandainya aku tahu tempat orang yang lebih paham dariku tentang kitab Allah pasti aku akan menjumpainya.”

2. Pendekatan Analogi (Qiyas)

Ketika melakukan kategorisasi Makkiyah dan Madaniyah, para sarjana muslim penganut pendekatan analogi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Misalnya mereka menetapkan tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai ciri khusus Makkiyyah; Tema faraidl dan ketentuan had sebagai ciri khusus Madaniyyah.

E. Klasifikasi Ayat-ayat dan Surat-surat Al-Qur’an

Pada umumnya para ulama membagi macam-macam surat al-Qur’an menjadi dua kelompok yaitu : surat-surat Makkiyah dan Madaniyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan, bahwa jumlah surat Makkiyah ada 94 surat, sedangkan surat Madaniyah ada 20 surat. Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa jumlah surat Makkiyah ada 84 surat, dan yang Madaniyah 30 surat.

1. Surat-surat Makkiyah murni 

Yaitu surat-surat Makkiyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Makkiyah semua, tidak ada satupun yang Madaniyah, surat-surat yang berstatus murni ini seluruhnya ada 58 surat yang berisi 2074 ayat.

Contohnya seperti surat-surat al-Fatihah, Yunus, ar-Ra’du, al-Anbiya’, al-Mu’minuun, al-Fathir, surat-surat yang pendek-pendek pada juz 30 kecuali surat an-Nashr.

2. Surat-surat Madaniyah murni

Yaitu surat-surat Madaniyah yang seluruh ayat-ayatnya pun Madaniyah semua. Tidak ada satu ayat pun yang Makkiyah.

Surat-surat yang berstatus Madaniyah murni ini seluruhnya ada 18 surat yang terdiri dari 737 ayat. Seperti surat-surat Ali Imran, an-Nisa’, an-Nur, al-Ahzab, al-Hujurat, al-Mumtahanah, az-Zalzalah dan sebagainya.

3. Surat-surat Makkiyah yang Berisi Ayat Madaniyah

Yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakannya ayatnya adalah Makkiyah, sehingga berstatus Makkiyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyah, surat-surat yang demikian ini dalam al-Qur’an ada 32 surat yang terdiri dari 2.699 ayat. Contohnya, antara lain seperti surat : al-An’am, al-A’raf, al-Waqiah, Hud, Yusuf, Ibrahim dan sebagainya.

4. Surat-surat Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah.

Yaitu surat-surat yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyah, surat-surat yang demikian ini, dalam al-Qur’an hanya ada 6 surat yang terdiri dari 726 ayat, yaitu surat-surat : al-Baqarah, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hajj, dan surat Muhammad.

F. Perbedaan Makkiyah dan Madaniyah

1. Perbedaan dari Segi Konteks Kalimat

a. Sebagian besar surat Makkiyah mempunyai cara penyampaian yang keras dalam konteks pembicaraan karena ditujukan kepada orang-orang yang mayoritas adalah pembangkang lagi sombong dan hal tersebut sangat pantas bagi mereka. Bacalah surat Al-Muddatstsir dan Al-Qamar. Sedangkan sebagian besar surat Madaniyah mempunyai penyampaian lembut dalam konteks pembicaraan karena ditujukan kepada orang-orang yang mayoritas menerima dakwah. Bacalah surat Al-Ma’idah

b. Sebagian besar surat Makkiyah pendek dan di dalamnya banyak terjadi perdebatan (antara para Rasul dengan kaumnya), karena kebanyakan ditujukan kepada orang-orang yang memusuhi dan menentang, sehingga konteks kalimat yang digunakan disesuaikan dengan keadaan mereka. Adapun surat Madaniyah kebanyakan panjang dan berisi tentang hukum-hukum tanpa ada perdebatan karena keadaan mereka yang menerima. Baca ayat lain (ayat tentang hutang) pada surat Al-Baqarah (ayat 282).

c. Surat Makkiyah berisikan penetapan tauhid dan aqidah yang benar karena kebanyakan obyek yang didakwahi mengingkari hal itu. Sedangkan surat Madaniyah berisikan perincian masalah ibadah dan muamalah, karena obyek yang didakwahi sudah memiliki tauhid dan aqidah yang benar.

2. Perbedaan dari Segi Tema

a. Sebagian besar surat Makkiyah bertemakan pengokohan tauhid dan aqidah yang benar, khususnya berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan penetapan iman kepada Hari Kebangkitan karena kebanyakan yang diajak bicara mengingkari hal itu. Sedangkan sebagian besar ayat Madaniyah berisi perincian ibadah-ibadah dan mu’amalah karena keadaan manusia waktu itu jiwanya telah kokoh dengan tauhid dan aqidah yang benar, sehingga membutuhkan perincian tentang berbagai ibadah dan mu’amalah.

b. Dalam ayat Madaniyah banyak disebutkan tentang jihad, hukum-hukumnya dan keadaan orang-orang munafiq karena keadaan yang menuntut demikian dimana pada masa tersebut telah disyari’atkan jihad dan mulai bermunculan orang-orang munafiq. Berbeda dengan isi ayat Makkiyah.

G. Urgensi Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah

Urgensi mengetahui Makkiyah dan Madaniyah antara lain :

1. Membantu dalam menafsirkan Al-Quran

Dengan mengetahui tempat-tempat turun ayat dapat membantu untuk memahami ayat dan menafsirkannya serta mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan nasikh. Yakni apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian dapat diketahui bahwa ayat yang satu Makkiyah, sedang ayat lainnya Madaniyah; maka sudah tentu ayat yang Makkiyah itulah yang di nasakh oleh ayat yang Madaniyah, karena ayat yang Madaniyah adalah yang terakhir turunnya.

2. Dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana secara umum. Dengan demikian, kita dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap ketinggian kebijaksanaan Islam di dalam mendidik manusia baik secara perorangan maupun secara masyarakat.

3. Meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian al-Qur’an, karena melihat besarnya perhatian umat Islam sejak turunnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur’an, sampai hal-hal yang sedetail-detailnya; sehingga mengetahui ayat-ayat yang mana turun sebelum hijrah dan sesudahnya; ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di kota tempat tinggalnya (domisilinya) dan ayat yang turun pada waktu Nabi sedang dalam bepergian atau perjalanan; ayat-ayat yang turun pada malam hari dan siang hari; dan ayat-ayat yang turun pada musim panas dan musim dingin dan sebagainya.

4. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah

Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat Makiyyah dan ayat-ayat Madaniyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya. Di samping itu, setiap langkah-langkah dakwah memiliki objek kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perpedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodesasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh untuk itu.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam memaknai Makkiyah dan Madaniyah terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama’. Hal ini terjadi karena berbedanya kriteria yang ditetapkan untuk menetapkan Makkiyah atau Madaniyah sebuah surat atau ayat. Namun, meskipun terjadi perbedaan dalam memberi makna Makkiyah dan Madaniyah para ulama’ mampu memberikan kekhususan-kekhususan yang menjadi ciri ayat Makkiyah dan Madaniyah untuk membedakan keduanya.

2. Karakteristik yang paling menonjol ialah surat atau ayat Makkiyah pendek-pendek dan kebanyakan berisi tentang kisah-kisah Nabi dan umat terdahulu. Sedangkan ayat atau surat Madaniyah panjang-panjang dan kebanyakan berisi tentang hukum-hukum agama termasuk hukum amaliyyah seperti hukum tentang ibadah, muamalah dan lain sebagainya.

3. Pembagian Surat-Surat Al-Qur’an Berdasarkan Makkiyah-Madaniyah

Surat-surat Makkiyah contohnya Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus, Huud, Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr, An-Nahl, dll. Sedangkan surat-surat Madaniyah contohnya Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al Maa`idah, Al-Anfaal, At-Taubah, Ar-Ra’d, Al-Hajj, An-Nuur,dll.

4. Cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyah terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan transmisi (periwayatan) dan pendekatan analogi (qiyas)

5. Klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an terdapat empat pembagian, antara lain surat-surat Makkiyah murni, surat-surat Madaniyah murni, surat-surat Makkiyah yang berisi ayat Makkiyah, dan surat-surat Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah.

6. Perbedaan Makkiyah dan Madaniyah dapat dilihat dari beberapa segi. Yang pertama dari segi konteks kalimatnya : Makkiyah mempunyai cara penyampaian yang keras sedangkan Madaniyah mempunyai cara penyampaian yang lembut. Yang kedua : dari segi tema:sebagian besar Makkiyah bertemakan pengokohan tauhid dan aqidah yang benar, terutama tauhid uluhiyyah. Sedangkan Madaniyah bertemakan tentang hukum-hukum muamalah karena keadaan manusia pada waktu itu jiwanya telah kokoh oleh tauhid dan aqidah yang benar.

5. Urgensi mempelajari tentang Makkiyah dan Madaniyah, di antaranya yaitu membantu dalam menafsirkan Al-Quran, dapat mengetahui Sejarah hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana secara umum, meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian al-Qur’an, pedoman bagi langkah-langkah dakwah.

B. Saran

Dari beberapa penjelasan di atas pasti tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing mata kuliah Studi Al-Qur’aan dan Al-Hadits. Oleh karena itu penulis mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Raden, Forum Karya Ilmiah. 2011. Al-Qur’an Kita Studi Ilmu Sejarah dan Tafsir Kalamullah. Kediri : Lirboyo Press.

Anwar, Dr.Rosihon, M.Ag. 2000. Ulumul Qur’an Untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung: Pustaka Setia.

Anwar, Drs. Abu, M.Ag. 2000. Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar. Pekanbaru : Amzah.

http://azwarsuaib.blogspot.com/2013/04/pengertian-dan-ciri-ciri-ayatMakkiyah.html

http://amizhou.blogspot.com/2011/10/mengenal-surat-surat-makkiyah-dan.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar