Kamis, 15 Juni 2023

 SUDUT PANDANG ILMU PENGETAHUAN

Oleh

Abdulchalid Badarudin

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi kehidupan manusia pengetahuan sangat menentukan dalam kaitannya dengan kebutuhan hidup sehari-hari.Dari generasi ke generasi, manusia memanfaatkan tradisi dan pengalaman sebagai pengetahuan dasar untuk memproduksi segala macam jenis kebutuhan sehari-hari.Secara kodrat, dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang khusus dan pasti itu diperlukan suatu metodologi khusus. Maksudnya diperlukan pendekatan, cara pandang, cara kerja dan sistem kerja tertentu. Fakta membuktikan bahwa manusia di dalam menghadapi objek ternyata tidak berkemampuan untuk memahami sekaligus isi materi yang terkandung di dalamnya.Objek sekecil atau sesederhana apapun, di dalam dirinya terkandung bagian-bagian dan jumlah jenisnya tidak dapat dihitung.Oleh sebab itu, untuk mendapatkan pengetahuan yang khusus, konkret dan pasti harus dilakukan secara bertahap. Beranjak dari sudut atau sisi tertentu beralih ke sudut atau sisi yang lain, dengan peralatan metoda dan sistem kerja yang sesuai. Itulah yang disebut Pengetahuan metodologis atau Ilmu, atau Ilmu Pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa definisi ilmu pengetahuan?

2. Apa perbedaan ilmu dan pengetahuan?

3. Apaobjek ilmu pengetahuan?

4. Bagaimana metode mendapatkan ilmu pengetahuan?

5. Bagaimana sudut pandang ilmu pengetahuan?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi ilmu pengetahuan.

2. Untuk mengetahui perbedaan ilmu dan pengetahuan.

3. Untuk mengetahui objek ilmu pengetahuan.

4. Untuk mengetahui metode mendapatkan ilmu pengetahuan.

5. Untuk mengetahui sudut pandang ilmu pengetahuan.


PEMBAHASAN

A. ARTI ILMU PENGETAHUAN

Ilmu dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui).Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan).Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu (Kamus Bahasa Indonesia, 1998).

Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary : 1979, tertulis ada dua istilah, ‘knowledge’ dan ‘science’. Knowledge, menjelaskan tentang adanya hal sesuatu diperoleh secara biasa atau sehari-hari (regularly), melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi dsb.Science, di dalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematik, metodik, jadi ilmiyah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis (natural).Jadi terlihat jelas bahwa ada saling hubungan antara keduanya.Knowledge (pengetahuan) mempunyai cakupan lebih luas dan umum; sedangkan, Science (ilmu) mempunyai cakupan yang lebih sempit dan khusus dalam arti metodis, sistematis, dan ilmiah.

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu :

1. Objektif Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Ilmu pengetahuan terdiri dari dua kata yakni ilmu dan pengetahuan.Ilmumerupakan salah satu dari hasil usaha manusia untuk memperadab dirinya.DalamEncyclopedia Americanadijelaskan bahwa ilmu(science) adalahpengetahuan yang bersifat positif. The Liang Gie mengutip Paul Freedman dari bukuThe Principles of Scientific Researchmemberi batasan ilmu sebagai berikut:Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang dengan melakukannya umatmanusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan lebihcermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatukemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada dan mengubahlingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.

Sedangkan pengetahuan adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahuimanusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui padadirinya sendiri dalam kesatuan aktif.

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan ini secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Seekor kera tahu mana buah jambu yang enak.Seekor anak tikus tahu mana kucing yang ganas.Anak tikus ini tentu saja diajari induknya untuk sampai pada pengetahuan bahwa kucing itu berbahaya.Tetapi juga dalam hal ini, berbeda dengan tujuan pendidikan manusia, anak tikus hanya diajari hal-hal yang menyangkut kelangsungan hidupnya.

Manusia mengembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini.Dia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena dia hidupbukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupan,manusia “memanusiakan” diri dalam hidupnya, dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini. Semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalamhidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya.inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yangbersifat khas di muka bumi ini.

Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni,pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasidan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.Kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepatdan mantap, adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.

Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Duakelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannyayakni bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yangberupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Meskipun seperti yang dikatakanPascal, hati pun mempunyai logika tersendiri. Meski demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.

Pengetahuan juga dapat kita tinjau dari sumber yang memberikan pengetahuantersebut.Dalam hal wahyu dan intuisi, maka secara implisit kita mengakui bahwawahyu (atau dalam hal ini Tuhan yang menyampaikan wahyu) dan intuisi adalah sumber pengetahuan. Dengan wahyu maka kita mendapatkan pengetahuan lewatkeyakinan (kepercayaan) bahwa yang diwahyukan itu adalah benar demikian jugadengan intuisi, di mana kita percaya bahwa intuisi adalah sumber pengetahuanyang benar, meskipun kegiatan berpikir intiutif tidak mempunyai logika atau pola berpikir tertentu.

Jadi dalam hal ini bukan saja kita berbicara mengenai pola penemuan kebenaran melainkan juga sudah mencakup materi pengetahuan yangberasal dari sumber kebenaran tertentu.Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorangakan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat apriori atau aposteriori.

Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman. Baik pengalaman indra maupun pengalaman batin. Adapun pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanyapengalaman.Dengan demikian, pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif.

B. PERBEDAAN ILMU DAN PENGETAHUAN

Ada perbedaan prinsip antara ilmu dengan pengetahuan.

1) Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek material dan objek formal.

2) Ilmu bersifat sistematis, objektif dan diperoleh dengan metode tertentu seperti observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya bersifat objektif dengan menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif).

3) Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik, pengetahuan merupakan informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka

C.  OBJEK ILMU PENGETAHUAN

Menurut penjelasan Webster, ada beberapa penekanan mengenai objek, seperti sesuatu yang dapat dilihat dan disentuh, dan diindra; sesuatu yang dapat disadari secara fisis atau mental; suatu tujuan akhir dari kegiatan atau usaha; suatu hal yang menjadi masalah pokok suatu penyelidikan.

Jadi dapatlah dipahami bahwa apa yang dimaksud dengan objek adalah sasaran pokok atau tujuan penyelidikan keilmuan.

Macam-macam Objek

a) Objek Materi (material objek) = sasaran pokok penyelidikan berupa materi atau materi yang dihadirkan dalam suatu pemikiran atau penelitian.

b) Objek Formal (formal object) = menjelaskan pentingnya arti, posisi dan fungsi objek di dalam ilmu pengetahuan.

D.  METODE ILMU PENGETAHUAN

Metode adalah suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah, yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.

Sedangkan metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metode-metode, aturan-aturan yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan.Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus.

Dengan kata lain dapat dipahami bahwa, metodologi bersangkutan dengan jenis, sifat dan bentuk umum mengenai cara-cara, aturan-aturan dan patokan-patokan prosedur jalannya penyelidikan, yang menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan harus bekerja. Sedangkan metode adalah cara kerja dan langkah-langkah khusus penyelidikan secara sistematik menurut metodologi itu, untuk mencapai suatu tujuan yaitu kebenaran ilmiah. 6 langkah metode untuk memperoleh pengetahuan:

a. Keinsafan tentang adanya problema.

b. Data yang relevan dan bersedia dikumpulkan.

c. Data ditertibkan.

d. Hipotesa dibentuk (diformulasikan).

e. Deduksi dapat ditarik dari hipotesa, dan

f. Verifikasi setelah analisis secara deduktif untuk sampai pada suatu kesimpulan.

Selain itu ada 3 metode mendapatkan pengetahuan:

1. Metode pertama dikenal dengan metode pre-scientifik. Metode ini dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan metode alternatif. Mengapa dikenal metode pre scientifik, karena orang hanya akan mendapat pengetahuan semata, atau orang hanya akan memperoleh keyakinan (tanpa keraguan) dalam melihat realitas. Oleh karena itu hasil dari metode ini adalah pengetahuan biasa (knowledge).

2. Metode kedua dikenal sebagai metode ilmiah (scientific methods). Metode ini menghasilkan pengetahuan ilmiah atau sanins. Dalam pengetahuan ini ada usaha secara bertahap dengan menggunakan logika yang rasional untuk mendapatkan hubungan sebab-akibat dari suatu realitas. Misal, mengapa gabus terapung diaras air? Tentunya jawaban ilmiah akan dibawa pada perbedaan berat jenis dari air dan gabus. Gabus lebih ringan daripada air.

3. Metode ketiga dikenal dengan metode khusus (non-scientific methods). Metode ini saya katakan khusus, karena tidak semua orang bisa melakukan metode ini secara berulang. Misalnyanya: ada seorang anak yang meramal kejadian masa datang hanya dengan melihat wajah. Mungkin melihat wajah bisa dilakukan semua orang, namun tidak semua orang memilki kemampuan melihat masa depan dari wajah yang dilihat itu. Hasil dari metode ini antara lain : wahyu, karya seni, karya filsafat, dsb.

E. SUDUT PANDANG / LINGKUPAN FILSAFAT ILMU MENURUT PARA FILSUF

Ruang lingkup filsafat dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Secara umum ilmu dibagi menjadi teoritis dan praktis, ilmu-ilmu teoritis dipecah menjadi ilmu-ilmu alam, matematikan dan ketuhanan, sedangkan ilmu-ilmu praktis dipecah menjadi etika, ekonomi rumah tangga dan politik.  

Filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam.Lingkupan filsafat ilmu dari para filsuf dapat dijelaskan sebagaimana dikemukakan The Liang Gie (2000) sebagai berikut.

1. Peter Angeles

Menurut filsuf ini, filsafat ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yang utama:

1) Telaah mengenai berbagai konsep, pranggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.

2) Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangnya.

3) Telaah mengenai salaing kaitan di antara berbagai ilmu.

4) Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan.

2. A. Cornelus Benjamin

Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam tiga bidang berikut.

1) Telaah mengenai metode ilmu, lambing ilmiah, dan struktur logis dari system perlambang ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang tanda.

2) Penjelasan mengenai konsep dasar, praanggapan, dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional, atau pragmatis yang menjadi tempat tumpuannya. Segi ini dalam banyak hal berkaitan dengan metafisika karena mencakup telaah terhadap berbagai keyakinan mengenai dunia kenyataan, keseragaman alam, dan rasionalitas dari proses alamiah.

3) Aneka telaah mengenai saling kait di antara berbagai ilmu, idealism, materialism, monism, atau pluralism.

3. Marx Wartofsky

Menurut filsuf ini rentangan luas dari soal-soal interdisipliner dalam filsafat ilmu meliputi :

1) Perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metodologi ilmu;

2) Persoalan-persoalan ontology dan epistimologi yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang memadukan peralatan analitis dari logika modern dan model konseptual dari penyelidikan ilmiah.

4. Ernest Nagel

Dari hasil penyelidikannya filsuf ini menyimpulkan bahwafilsafat ilmu mencakup tiga bidang luas :

1) Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu;

2) Pembuktian konsep ilmiah;

3) Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah.

Beberapa Pandangan tentang klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut para Filsuf.

Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atu perubahan sesuai dengan semangat zaman.Ada beberapa pandangan yang terkait dengan dengan klasifikasi ilmu pengetahuan sebagaimana terdapat dalam buku Filsafat ilmu karaya Rizal Mustansyir dan Misnal Munir yang di terbitkan Pustaka Pelajar tahun 2001, yakni sebagai berikut :

a. Cristian Wolff

Cristian Wolff mengklasifikasi ilmu pengetahuan kedalam tiga kelompok besar, yakni ilmu pengetahuan empiris, matematika , dan filsafat. Cristian Wolff menjelaskan pokok-pokok pikirannya mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan itu sebagai berikut.

1. Dengan mempelajari kodrat pemikiran rasional, kita dapat menemukan sifat yang benar dari alam semesta. Semua yang ada di dunia ini terletak di luar pemikiran kita yang di refleksikan dalam proses berfikir rasional. Sebab alam semesta ini merupakan suatu sistim rasioanal yang isinya dapat di ketahui dengan cara menyusun cara deduksi dari hukum-hukum berfikir.

2. Pengetahuan kemanusiaan terdiri atas ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis. Ilmu-ilmu murni adalah teologi rasional yang terkait dengan pengetahuan tentang Tuhan, Psikologi rasional yang terkait dengan masalah- masalah jiwa, dan kosmologi rasional terkait dengan kodrat dunia fisik. Filsafat praktis mencakup etika sebagai ilmu tentang tingkah laku manusia,politik atau ilmu pemerintahan, ekonomi sebagai bidang ilmu apa yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai kemakmuran.

3. Ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis sekaligus merupakan produk metode berfikir deduktif. Ilmu-ilmu teoritis di jabaran dari hokum tidak bertentangan yang menyatakan bahwa sesuatu itu tidak dapat ada dan tidak ada dalam waktu yang bersamaan. Apa yang sanggup kita ketahui tentang dunia fidik di turunkan dari hokum alas an yang mencukupi yang mengatakan bahwa ada suatu alasan yang niscaya bagi keberadaan segala sesuatu.

4. Seluruh kebenaran pengetahuan diturunkan dari hokum berfikir. Apa yang dikatakannya  tentang moral dan religi adalah suatu kodrat yang abstrak dan formal secara niscaya.. Etika dalam pandangannya tidak lebih dari seperangkat aturan yang kaku dan harus di ikuti, sesuatu yang tidak terjawab yang hanya hadir dalam kasus tertentu. Agama juga demikian, diformalkan kedalam seperangkat kepercayaan tentang Tuhan dan jiwa manusia. Unsur-unsur emosi yang bermain secara normal masing-masing berperan penting di dalam wilayah pengalaman yang sangat minim.

5. Jiwa manusia dalam pandangan Cristian Wolff di bagi menjadi tiga,yaitu mengetahui, menghendaki, dan merasakan. Ketiga aspek jiwa manusia ini akan mempengaruhi pandangan Immanuel Kant tentang tiga kritiknya yang terkenal, yaitu kritik atas rasio murni, kritik atas rasio praktis, dan kririk atas daya pertimbangan.

Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Cristian Wolff ini dapat diskemakan sebagai berikut.

A, Ilmu Pengetahuan Empiris meliputi :

      1. Kosmologi Empiris     2. Psikologi Empiris

      B, Matematika meliputi :

1. Murni, artmatika, geometri,aljabar.

2. Campuran, mekanika, dan lain-lain.

C,  Filsafat meliputi :

1. Spekulatif / Metafisia :  

a.umum – ontology

b.Khusus: Psikologi,Kosmologi,Theologi

2.    Praktis :

       a.Intelek, logika

       b. Kehendak : Ekonomi, Etika, Politik

       c. Pekerjaan fisik : Tekhnologi.

b. Auguste Comte

             Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang di lakukan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian di susul oleh gejala pengetahuan yang semakin lama semain rumit atau kompleks dan semakin konkrit. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut :

1. Ilmu Pasti / Matematika

2. Ilmu Perbintangan / Astronomi

3. Ilmu Alam / Fisika

4. Ilmu Kimia

5. Ilmu Hayat / Fisiologi dan Biologi

6. Fisia Sosial / Sosiologi

Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte secara garis besar dapat di kemukakan sebagai berikut :

A,   Ilmu Pengetahuan

a. Logika / matematia murni

b. Ilmu Pengetahuan Empiris : astronomi, fisika,kimia, biologi, sosiologi.

B,   Filsafat :

a. Metafisika

b. Filsafat ilmu pengetahuan: pada umumnya, pada khususnya.

c. Karl Raimund Popper

Popper mengemukakan bahwa sistim ilmu pengetahuan manusia dapat di kelompokkan ke dalam tiga dunia yaitu dunia 1, dunia 2, dan dunia 3. Popper menyatakan bahwa dunia 1 merupakan kenyataan fisis dunia, sedangkan dunia 2 adalah kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusia, dan dunia 3 yaitu segala hipotesis, hokum, dan teori ciptaan manusia dan hasil kerja sama antara dunia 1 dan dunia 2, serta seluruh bidang kebudayaan, seni, metafisik, agama dan lain sebagainya. Menurut Popper dunia 3 itu hanya ada selama di hayati, yaitu dalam karya dan penelitian ilmiah, dalam studi yang sedang berlangsung, membaca buku, dalam ilham yang sedang mengalir dalam diri para seniman, dan penggemar seni yang mengandaikan adanya suatu kerangka.

Sesudah penghayatan itu, semuanya langsung mengendap dalam bentuk fisik alat-alat ilmiah, buku-buku, karya seni, dan lain sebagainya. Semua itu bagian dari dunia 1. Dalam pergaulan manusia dengan sisa dunia 3 dalam dunia 1 itu, maka dunia 2 lah yang membuat manusia bisa membangkitkan kembali dan mengembangkan dunia 3 tersebut.

Menurut Popper dunia 3 itu mempunyai kedudukannya sendiri. Dunia 3 berdaulat, artinya tidak semata-mata begitu saja terikat pada dunia 1 , tetapi sekaligus tidak terikat juga pada subyek tertentu. Maksudnya dunia 3 tidak terikat pada dunia 2, yaitu pada orang tertentu, pada suatu lingkungan masyarakat, maupun pada periode sejarah tertentu. Dunia 3 inilah yang merupakan dunia ilmiah yang harus mendapat perhatian para ilmuan dan filsuf.

d.Thomas S. Kuhn

Thomas S. Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner, bukan komulatif sebagaimana anggapan sebelumnya. Revolusi ilmiah pertama-tama menyentuh wilayah paradigm, yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh prestasi atau praktik ilmiah konkrit. Menurut Kuhn cara kerja paradigm dan terjadinya revolusi ilmiah dapat di gambarkan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut.

Tahap pertama, paradigm ini membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal / Normal Science. Di sini para ilmuwan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan paradigm sebagai model ilmiah yang di gelutinya secara rinci dan mendalam. Dalam tahap ini para ilmuwan tidak bersifat kritis terhadap paradigm yang membimbing aktivitas ilmiahnya. Selama menjalankan aktivitas ilmiah, para ilmuwan menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat di terangkan dengan paradigm yang di pergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya itu, ini di namakan anomali. Anomali adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya ketidak cocokan antara kenyataan / fenomena dengan paradigm yang di pakai.

Tahap kedua, menumpunya anomaly menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigm. Paradigma mulai diperiksa dan di pertanyakan. Para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu normal.

Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu paradigm tandingan yang di pandanag bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan dari paradigm lama ke paradigm baru inilah yang di namakan revolusi ilmiah.

e. Jurgen Habermas

Pandangan Habermas dalam klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu pengetahuan yang di hasilkan, akses kepada realitas, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini Ignas Kleden menunjukkan tiga jenis metode ilmiah berdasarkan sifat dan jenis ilmu seperti terlihat dalam bagan berikut ini :

Sifat Ilmu

Jenis Ilmu

Pengetahuan yang dihasilkan

Akses kepada Realitas

Tujuan

Empiris  Analitis

Ilmu alam dan social empiris

Informasi

Observasi

Penguasaan Tekhnik

Historis

Hermeneutis

Humaniora

Interpretasi

Pemahaman arti via bahasa

Pengembangan inter subyektif

Sosial

Kritis

Ekonomi, Sosiologo, Politik

Analisis

Self - Reflexion

Pembebasan kesadaran non reflektif

 F. FILSAFAT DALAM SUDUT PANDANG ILMU PENGETAHUAN

Berdasarkan tulisan Jerome R. Ravrets (2004) bahwa perkembangan filsafat ilmu pengetahuan bermula dari periode klasik hingga saat ini. Pada abad pertengahan, filsafat ilmu pengetahuan lebih membahas tentang persoalan teologis, sebagai persoalan di seputar hubungan ke-Esaan Tuhan dengan pengetahuan manusia yang terbatas. Filsafat ilmu pengetahuan lahir sebagai ilmu tersendiri adalah sebagai akibat profesionalisasi dan spesialisasi  ilmu-ilmu alam. Filsafat ilmu pengetahuan pertama-tama berusaha menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu: Prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola argumen, perhitungan, metode penyajian, perandaian metafisik dan lainnya.

Dalam sudut pandang ilmu pengetahuan, filsafat harus memuat bebarapa unsur dan nilai sehingga dapat dikatakan sebuah kebanaran dan bebas nilai, yang memiliki fungsi dan kegunaan bagi manusia.

METODIS : sebuah cara yang terencana dan tersistem untuk mencapai tujuan. Metodis juga merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah

Unsur-unsur metodis oleh Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair dalam buku metodologi penelitian filsafat (1994), antara lain dijelaskan sebagai berikut:

1.  Interpretasi

Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subyektif (menurut selera orang yang menafsirkan) melainkan harus bertumpu pada evidensi obyektif, untuk mencapai kebenaran yang otentik. Dengan interpretasi ini diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian, pemahaman atau Verstehen. Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya pemahaman yang benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari.

2.  Induksi dan Deduksi

Diakatakan oleh Beerling, bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan metode induksi dan deduksi, menurut pengertian siklus empiris. Siklus empiris meliputi beberapa tahapan, yakni: observasi, induksi, deduksi, kajian (eksperimentasi) dan evaluasi. Tahapan itu pada dasarnya tidak berlaku secara berturut-turut, melaikan terjadi sekaligus. Tetapi siklus ini diberi bentuk tersendiri dalam penelitian filsafat, berhubugnan dengan sifat-sifat obyek formal yang istimewa, yaitu manusia.

a.  Induksi adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum. Induksi pada umumnya disebut generalisasi. Yaitu ilmu eksakta mengumpulkan data yang jumlahnya tertentu, dan di atas dasar data itu disusun suatu pengertian umum.

b.  Deduksi adalah proses penalaran dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.

3. Holistik

Tinjauan secara lebih dalam atau totalitas untuk mencapai kebenaran secara utuh. Obyek dilihat nteraksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas obyek akan terlihat bila ada korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya. Obyek (manusia) hanya dapat dipahami dengan mengamati seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan manusia, dan manusia sendiri hubungannya dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi-reaksi sesuai dengan tema zamannya.pandangan menyeluruh ini juga disebut totalitasi, semua dipandang dalam kesinambungannya dalam satu totalitas.

4.  Kesinambungan historis

Jika ditinjau menurut perkembangannya, manusia itu adalah mahluk historis. Manusia disebut demikian karena ia berkembang dalam pengalaman dan pikiran, bersama dengan lingkungan zamannya. Masing-masing orang bergumul dalam relasi dengan dunianya untuk membentuk nasib dan sekaligus nasibnya dibentuk oleh mereka. Dalam perkembangan pribadi itu harus dapat dipahami melalui suatu proses kesinambungan.

 

5.  Idealisasi

Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal atau yang sempurna. Misalnya dalam sosialitas manusia, atau dalam kebebasan atau dalam kejasmanian-kerohaniannya sudah ditunjukkan suatu realisasi harmonis yang diwajibkan kepada manusia, akan tetapi jarang atau tidak pernah direalisasi menurut kesempurnaannya.

6.  Komparasi

Adalah usaha untuk memperbandingkan sifat hakiki dalam obyek penelitian sehingga dapat lebih jelas dan lebih tajam. Komparasi dapat diadakan dengan obyek lain yang sangat dekat dan serupa dengan obyek utama. Dengan perbandingan itu, dengan meminimalkan perbedaan-perbedaan yang masih ada, banyak yang ditemukan kategori dan sifat yang berlaku bagi jenis yang bersangkutan. Dan komparasi juga dapat diadakan dengan obyek lain yang sangat berbeda dan jauh dari obyek utama.

7.  Heuristika

Adalah metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan masalah. Heuristika benar-benar dapat mengatur terjadinya pembaharuan ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat memberikan kaidah yang mengacu.

8.  Analogikal

Adalah filsafat meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta dan data. Dengan demikian, akan dilihat analogi antara situasi atau kasus yang lebih terbatas dengan yang lebih luas.

9.  Deskripsi

Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan atau dibahasakan, ada kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiran seperti antara jiwa dan raga. Data yang dieksplisitkan memungkinkan dapat dipahami secara mantap[13].

 

SISTEMATIS : upaya pemecahan masalah dengan praktis, solusitif, efektif dan efisien.

Langkah-langkah dalam Berpikir Sistematik :

1. Merencanakan

2. Mengidentifikasi

3. menganalisis sebelum melompat ke dalam tindakan

4. Merumuskan tindakan

5. Menentukan dan menetapkan kriteria seleksi

6. Menyimpulkan

KOHERENSI : Yaitu usaha memahami secara benar guna memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsur-unsur struktural dilihat dalam suatu struktur yang konsisten,

KOMPERENSIF :  lengkap dan luas. Bersifat mampu menangkap, menerima, mempunyai wawasan yang luas, global dan umum

RADIKAL : mengupassebuah permasalahan sampai ke akar-akarnya, dan karena itu mereka lebih sering memegang teguh sebuah prinsip dibandingkan orang yang tidak mengerti akar masalah.

UNIVERSAL : diterima oleh umum,muatannya kaya dan mendunia (berlaku untuk semua orang atau seluruh dunia). Baik itu pada aspek fungsinya maupun maknanya.

DEFENISI : memuat tentang defenisi dan pengertian yang jelas.

OBJEK MATERIAL = sasaran pokok penyelidikan berupa materi atau materi yang dihadirkan dalam suatu pemikiran atau penelitian.

OBJEK FORMA = menjelaskan pentingnya arti, posisi dan fungsi objek di dalam ilmu pengetahuan.

KEBENARAN ILMIAH =  suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya, menurut norma-norma keilmuan. Adapun kebenaran yang pasti adalah mengenai suatu objek materi, yang diperoleh menurut objek forma tertentu, metoda dan sistem tertentu. Karena itu kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, tidak subjektif. Artinya terkandung di dalamnya sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda-beda, tetapi saling bersesuaian.

PRAGMATIS =TINDAKAN PRAKTIS menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it works).

RELIGIUS = segala upaya yang dilakukan dalam mencari ilmu digunakan dalam upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Ilmu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

SINTAKSIS = suatu pernyataan dikatakan benar atau memiliki nilai benar jika sesuai dengan sintaksis atau susunan kaidah gramatika (tata bahasa) yang baku. Berarti secara otomatis jika suatu pernyataan tidak sesuai dengan susunan tata bahasa yang benar atau menyimpang dari kaidah-kaidah gramatika yang baku, maka pernyataan tersebut tidak mempunyai arti.

G. SUSUNAN ILMU PENGETAHUAN

Langkah – langkah dalam ilmu pengetahuan

Setiap penyelidikan ilmiah selalu diawali dengan situasi masalah dan berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut :

1. Perumusan masalah

Setiap penyelidikan ilmiah di mulai dengan masalah yang dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan mempunyai jalan untuk mengetahui fakta-fakta apa saja yang harus dikumpulkan.

2. Pengamatan dan Pengumpulan data / Observasi

Penyelidikan ilmiah dalam tahap ini mempunyai corak empiris dan induktif, dimana seluruh kegiatan di arahkan pada pengumpulan data dengan melalui pengamatan yang cermat sambil di dukung oleh berbagai sarana yang canggih. Hasil observasi ini kemudian di tuangkan dalam bentuk pernyataan- pernyataan.

3. Pengamatan dan Klasifikasi Data

Dalam tahap ini di tekankan penyusunan fakta-fakta dalam kelompok tertentu, jenis tertentu, kelas tertentu berdasarkan sifat yang sama. Kegiatan inilah yang di sebut klasifikasi. Dengan klasifikasi, menganalisis ,membandingkan, dan membedakan data-data yang relefan.

4. Perumusan Pengetahuan / Definisi

Dalam tahap ini, ilmuwan mengadakan analisis dan sintesis secara induktif. Lewat analisis dan sintesis ilmuwan mengadakan generalisasi atau kesimpulan umum. Generalisasi merupakan pengetahuan umum yang di tuangkan dalam pernyataan-pernyataan umum / universal. Dari sinilah teori terbentuk.

5. Tahap Ramalan / Prediksi.

 

 

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.

2. Perbedaan ilmu dan pengetahuan antara lain :

a. Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek material dan objek formal.

b. Ilmu bersifat sistematis, objektif dan diperoleh dengan metode tertentu

c. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik, pengetahuan merupakan informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.

3. Objek ilmu pengetahuan terdiri atas :

a. Objek Materi (material objek) = sasaran pokok penyelidikan berupa materi atau materi yang dihadirkan dalam suatu pemikiran atau penelitian.

b. Objek Formal (formal object) = menjelaskan pentingnya arti, posisi dan fungsi objek di dalam ilmu pengetahuan.

4. Metode mendapatkan ilmu pengetahuan, antara lain :

a. Keinsafan tentang adanya problema.

b. Data yang relevan dan bersedia dikumpulkan.

c. Data ditertibkan.

d. Hipotesa dibentuk (diformulasikan).

e. Deduksi dapat ditarik dari hipotesa, dan

f. Verifikasi setelah analisis secara deduktif untuk sampai pada suatu kesimpulan.

5. Sudut pandang atau lingkupan flsafat ilmu menurut para filsuf

a. Peter Angeles

1) Telaah mengenai berbagai konsep, pranggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya

2) Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangnya.

3) Telaah mengenai salaing kaitan di antara berbagai ilmu.

4) Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan.

b. Cornelus Benjamin

Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam tiga bidang berikut.

1) Telaah mengenai metode ilmu, lambing ilmiah, dan struktur logis dari system perlambang ilmiah.

2) Penjelasan mengenai konsep dasar, praanggapan, dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional, atau pragmatis yang menjadi tempat tumpuannya.

c. Marx Wartofsky

Menurut filsuf ini rentangan luas dari soal-soal interdisipliner dalam filsafat ilmu meliputi :

1) Perenungan mengenai konsep dasar, struktur formal, dan metodologi ilmu;

2) Persoalan-persoalan ontology dan epistimologi yang khas bersifat filsafati dengan pembahasan yang memadukan peralatan analitis dari logika modern dan model konseptual dari penyelidikan ilmiah.

d. Ernest Nagel

Dari hasil penyelidikannya filsuf ini menyimpulkan bahwafilsafat ilmu mencakup tiga bidang luas :

1) Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu;

2) Pembuktian konsep ilmiah;

3) Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah.

B. Saran

Demikian makalah tentang Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan yang sudah kami paparkan. Kami menyadari makalah kami jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan, untuk perbaikan makalah ini. Harapan dari pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

 Amsal, Bakhtiar. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Burhanuddin, Salam. 1997. Logika Materil. Jakarta : Rineke Cipta.

Suhartono Suparlan, 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan.Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA

Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten

The Liang Gie., 2000., Pengantar Filsafat Ilmu”, Cet. Ke-4, Penerbit Liberty Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar