Kamis, 15 Juni 2023




 

 


 

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 

 Oleh

 

 Abdulchalid Badarudin, S.Ag, M.PdI

NIP. 197704162009031005

 

 

 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMP NEGERI 4 KUPANG

2018/2019

 

 

 


 

ABSTRAK

 

 

Abdulchalid Badarudin, S.Ag, M.PdI

Variasi dalam penggunaan media audio visual pada intinya mengacu pada banyaknya media yang dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, di mana peserta didik dituntut untuk memahaminya dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya fokus untuk beberapa peserta didik saja tetapi seluruh peserta didik yang ada di dalam kelas. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan media audio visual untuk meningkatkan pemahaman materi jujur, amanah dan istiqomah pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 4 Kupang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Objek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 4 Kupang I yang berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap siklus I dan siklus II. Pada tahap siklus I hasil observasi aktifitas peserta didik mempunyai persentase 20%, pada siklus II meningkat 80% menjadi 100%. Sedangkan untuk hasil belajar peserta didik pada siklus I rata-rata tes akhir 68,7, dan pada siklus II 82,53%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis membuktikan bahwa ada peningkatan pemahaman peserta didik dalam mengikuti  materi jujur, amanah dan istiqomah melalui penerapan media audio-visual.


BAB I

PENDAHULUAN

 


A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, guru, dan tenaga lainya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Secara teoritis, media audio visual diartikan sebagai media yang memiliki kemampuan untuk dapat dilihat sekaligus dapat didengar, misalnya film bersuara, video, televisi, sound slide. Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. 

Pemilihan salah satu metode pengajaran yang sesuai dengan media yang ingin digunakan sangat diperlukan, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan peserta didik menguasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik peserta didik, namun dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Adapun variasi dalam penggunaan media audio visual pada intinya mengacu pada banyaknya media yang dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, pembelajaran yang dimaksud di sini tentang memahami materi jujur, amanah dan istiqomah dengan baik, dimana peserta didik dituntut untuk memahaminya dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya fokus untuk beberapa peserta didik saja tetapi seluruh peserta didik yang ada di dalam kelas.

Dalam hal proses belajar mengajar peserta didik dapat memahami materi yang diajarkan oleh guru dengan gaya belajarnya masing-masing. Gaya belajar peserta didik itu ada tiga yaitu audio, visual, dan kinestetik. Guru harus cerdas dan cermat dalam memilih media yang digunakan dalam pembelajaran, supaya pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Kesalahan memilih media akan memberi dampak kepada peserta didik, contoh di dalam kelas banyak terdapat peserta didik dengan gaya belajar visual tetapi guru menggunakan media audio atau sebaliknya. Penekanan media yang digunakan di sini adalah penggunaan media audio visual pada proses pembelajaran materi jujur, amanah dan istiqomah, adapun macam-macam media yang dapat digunakan dalam gaya belajar audio visual adalah (a) televisi; (b) video casette; (c) film bersuara; (d) media berbasis komputer; (e) media berbasis telematik; (f) poster pembelajaran; (g) peta konsep.

Dari macam-macam media tersebut guru dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan materi yang diajarkan sehingga peserta didik dapat memahami materi yang dengan baik. Dalam hal  materi jujur, amanah dan istiqomah di sekolah, guru dapat menggunakan media audio visual untuk kepentingan pembelajaran. Beberapa materi jujur, amanah dan istiqomah yang dapat diterapkan dengan menggunakan media audio visual adalah sebagai berikut:

1. Materi SKI dapat digunakan media audio visual yaitu dengan membuat drama atau sandiwara dengan durasi 15 sampai 20 menit. Adapun pemainnya adalah peserta didik. Program drama tersebut dapat memberikan manfaat cukup baik bagi peserta didik dalam memahami sejarah Islam.

2. Mata pelajaran fiqh dapat menggunakan media audio yaitu dengan membuat materi menjadi talk show misalnya pembahasan tentang pengertian zakat, shalat, infaq dan sedekah.

3. Qur’an hadist dapat menggunakan media audio sebagai fasilitator dari mengenal huruf hijaiyah sampai dengan membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.

Dari penjalasan di atas media audio visual mempunyai sisi menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:

1. Mampu mengambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat.

2. Dapat membawa peserta didik berpetualang dari suatu tempat ke tempat lainnya.

3. Dapat diulang-ulang bila peserta didik perlu untuk menambah kejelasan.

4. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat.

5. Mengembangkan pikiran dan pendapat dari peserta didik.

6. Mengembangkan imajinasi peserta didik.

Mengajar banyak peserta didik dalam satu kelas di SMP Negeri 4 Kupang tentu bukan perkara mudah. Pasalnya, setiap peserta didik memiliki karakteristik berbeda, sehingga guru harus lebih peka terhadap perkembangan masing-masing individu di dalam kelas. Perbedaan karakteristik ini juga bisa menjadi salah satu indikasi yang menentukan apakah peserta didik sudah memahami materi pembelajaran atau belum. Biasanya, peserta didik yang kesulitan memahami pelajaran akan menunjukkan sejumlah gejala. Saya sebagai guru yang bertanggung jawab atas hal tersebut, tentu harus mengenali tanda-tanda peserta didik sulit mencerna pelajaran selain melalui asesmen formatif maupun sumatif. Tanda-tanda tersebut sebagaimana pengamatan penulis di kelas VII antara lain; (1) peserta didik tidak konsentrasi. Ini salah satu indikasi peserta didik di kelas VII tidak memahami pelajaran. Mereka menunjukkan tatapan mata yang kosong atau seperti memikirkan sesuatu ketika penulis sedang mengajar. Hal ini umumnya dikarenakan cara penulis mengajar terbilang membosankan. Penyebab lain, kemungkinan peserta didik itu sedang menghadapi banyak masalah. (2) mengalamai penurunan nilai. Nilai merupakan salah satu cara mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik di sekolah. Ada beberapa siswa yang mengalami penurunan nilai atau bahkan selalu mendapatkan nilai rendah, maka hal tersebut bisa jadi pertanda bagi penulis yang notabene sebagai guru untuk segera bertindak. (3). merasa tidak percaya diri. Tanya jawab merupakan salah satu cara mengukur pemahaman peserta didik terkait materi yang telah diajarkan. Saat menjawab pertanyaan, ada beberapa peserta didik yang kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya. Hal ini terindikasi dari gerak-geriknya saat menjawab, atau bahkan dari intonasinya ketika mengutarakan jawaban. peserta didik yang kurang paham cenderung akan merasa kurang percaya diri lantaran takut salah. (4) terlihat cemas dan takut. Menyambung soal tanya jawab tadi, gerak-gerik peserta didik yang tidak memahami materi juga tercermin dari sikapnya yang terlihat gelisah. Mereka cenderung merasa cemas dan takut manakala bakal ditunjuk untuk menjawab pertanyaan. (5) kurang aktif di kelas. Mereka cenderung bersifat pasif dan hanya duduk dan melihat temannya, bahkan tak jarang hanya diam membisu dan menundukkan kepalanya ketika ditunjuk penulis untuk menjawab pertanyaan.

Dalam kaitan ini, penulis berusaha untuk menggali melalui penelitian tindakan dengan menerapkan media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik terutama penggunaan media audio visual, diharapkan membantu peserta didik peka pada dirinya dan lingkungannya dan secara kreatif dapat mengkontruksi pemahamannya dengan lebih baik sehingga materi  materi jujur, amanah dan istiqomah dapat dengan mudah diinternalisasikan serta dapat meningkatkan pemahaman peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkanpada latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan permasalahan adalah “bagaimana penerapan media audio visual untuk meningkatkan pemahaman materi jujur, amanah dan istiqomah pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 4 Kupang”?. 

 C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan media audio visual dapat meningkatkan pemahaman materi jujur, amanah dan istiqomah pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 4 Kupang.

 D. Manfaat Penelitian

1. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan kepada pihak terkait agar lebih memperhatikan mutu pendidikan khususnya pengajaran agama Islam bagi anak didik.

2. Guru 

Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada pendidik yang pada khususnya guru agama Islam dalam menggunakan media pembelajaran, dan juga dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk menumbuhkan dan meningkatkan prestasi dalam memahami  materi jujur, amanah dan istiqomah kepada peserta didik dengan menggunakan media sehingga memper mudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

3. Peneliti 

Dapat menambah wawasan tentang ketetapan dalam penggunaan media pembelajaran.

4. Peserta didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas dan mempermudah pemahaman terhadap materi jujur, amanah dan istiqomah kepada peserta didik, dan untuk meningkatkan kemampuan atau prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran agama Islam.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman dalam memahami judul tersebut di atas, maka perlu kiranya terlebih dahulu penulis memberikan penjelasan terhadap istilah-istilah yang terdapat pada judul skripsi ini yaitu:

1. Penerapan 

a) Dalam kamus besar bahasa Indonesia, penerapan secara bahasa disebut cara, proses, dan pemasangan. Penerapan yang dimaksud di sini adalah pengenaan perihal mempraktekkan sehingga penerapan dapat diartikan cara untuk melaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 

b) Penerapan yang dimaksud penulis disini adalah pengguanaan media di kelas VII SMP Negeri 4 Kupang.

2. Media 

a) Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Kata media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara, sedangkan menurut istilah adalah wahana pengantar pesan. Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.

b) Media yang dimaksud penulis di sini adalah media audio visual yamg digunakan dalam proses belajar mengajar.

3. Audio visual 

a) Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Media audio visual berkaitan dengan indera pendengaran dan penglihatan. Pesan yang akan disampaikan akan dituangkan lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Alat-alat audio visual adalah alat yang audible artinya dapat didengar dan alat-alat yang visible artinya dapat dilihat.

b) Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.

4. materi jujur, amanah dan istiqomah 

a) Dalam kamus besar bahasa Indonesia, materi jujur, amanah dan istiqomah merupakan salah satu bidang studi yang berupaya secara sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan merealisasikannya dalam perilaku keagamaan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasan.

b) materi jujur, amanah dan istiqomah yang dimaksud penulis adalah salah satu materi yang diajarkan kepada pendidik untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam,  keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengalaman ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

A. Pengertian Media Pembelajaran

Secara etimologi, media berarti perantara/pengantar atau wahana/penyalur pesan/informasi belajar. Secara epistimologi, media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses belajar. Gagne dan Briggs dalam buku Azhar Arsyad mengungkapkan tentang media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari : Buku, Tape Recorder, Kaset video, kamera, Video rekorder Film, Slide gambar, Foto, Gambar, Grafik, Televisi dan Komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.

Gerlech dan Ely mengatakan bahwa media pembelajaran apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku, teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media di dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk mengantarkan pesan pesan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan media ini diharapkan dapat menjadi lebih baik. 

Selanjutnya ada beberapa defenisi lain tentang media menurut para ahli, di antaranya:

1. Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai oleh penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Santoso S. Hamijaya dalam buku Arif S. Sadiman).

2. Media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas itu hampir menjadi tidak ada (Mcluahan dalam buku Arif S. Sadiman). 

3. Media adalah medium yang digunakan untuk membawa/menyampaikan sesuatu pesan, dimana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan. (Blake and haralsen dalam buku Arif S. Sadiman). 

4. AECT dalam buku Arif S. Sadiman menyatakan, media adalah segala bentuk yang dipergunakan unutk proses penyaluran informasi.

5. Menurut Donald P. Ely dan Vernon S Gerlach dalam buku dalam buku Arif S. Sadiman, pengertian media ada dua bagian, yaitu arti sempit dan arti luas.

a. Arti sempit, bahwa media itu berwujud: grafik, foto, alat mekanik dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi.

b. Menurut arti luas yaitu: kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah alat atau sarana yang digunakan oleh seseorang untuk menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya sehingga ide atau gagasan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan tepat dan akurat. Juga sebagai penyalur pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang stimulus berpikir, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian peserta didik untuk proses komunikasi (proses belajar). Dan sebagai alat bantu bagi guru untuk mentransfer ilmu kepada peserta didik agar mereka dapat mencapai tujuan dari proses belajar mengajar.

 

B. Fungsi dan Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran

Pada dasarnya proses belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi antara guru dan peserta didik. Guru dapat menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik. Tujuannya adalah agar para peserta didik dapat memperoleh pengetahuan yang dimiliki oleh gurunya. Jadi pada proses ini, guru dapat memberi pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya pada peserta didik, atau dari peserta didik yang satu kepada peserta didik yang lain.

Hamalik seperti yang dikutip Azhar Arsyad mengatakan bahwa memanfaatkan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik, selain membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data serta memadatkan informasi.

Mengingat media pembelajaran harus tersedia kapan saja dibutuhkan dengan mengutamakan kesesuaian perkembangan peserta didik sedapat mungkin media dimanfaatkan untuk membangkitkan gairah peserta didik dalam belajar. Dalam proses pembelajaran menggunakan media diharapkan peserta didik tidak hanya sekedar meniru, mencontoh, atau melakukan apa yang diberikan, akan tetapi bagaimana peserta didik secara aktif berupaya untuk berbuat atau mempunyai dasar keyakinan. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi berbagai hambatan seperti adanya verbalisme, kekacauan penafsiran, perhatian yang bercabang, tidak ada tanggapan, kurang perhatian, serta keadaan fisik lingkungan yang mengganggu dapat di atasi dan memungkinkan interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan serta memungkinkan peserta didik untuk belajar secara individual sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing.

Secara umum media pendidikan berfungsi sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat di atasi sikaf pasif anak didik.

3. Dengan sifat yang unik pada peserta didik ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap peserta didik, maka sering mengalami kesulitan bilamana semuanya di atasi sendiri. Masalah ini dapat di atasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuan dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, menimbulkan persepsi yang sama.

Berdasarkan fungsi media pendidikan yang telah disebutkan di atas jelaslah bahwa media sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan yang membantu dan mengatasi hambatan-hambatan dalam mengajar baik hambatan psikologis mauapun hambatan fisik. Belajar dengan menggunakan indera ganda yaitu pandang dan dengar akan memberikan keuntungan bagi peserta didik. peserta didik akan belajar lebih banyak dari pada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus dengar. Para ahli memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu.Perolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya.

Dale seperti dikutip oleh Azhar Arsyad bahwa memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%. Sementara Baugh mengatakan kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dari indera lainnya.

Beberapa hambatan yang terjadi dalam belajar dapat di atasi dengan cara guru berusaha agar dalam memberikan informasi kepada peserta didik dapat mengikutsertakan berbagai media terutama media audio visual (media pandang dan dengar) baik yang berupa CD player dan lain sebagainya sehingga peserta didik memperoleh pengalaman secara nyata. Apabila peserta didik hanya mendengar pelajaran dengan kata-kata maka pengalaman itu hanya besifat abstrak yang dapat membuat pelajaran yang diberikan dianggap sukar oleh peserta didik, kurang menarik dan mudah dilupakan sehingga untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut penggunaan media sangat penting dalam proses belajar mengajar. 

Salah satu contoh media audio visual ini adalah dalam materi tajhiz mayat video/film bersuara, jadi dengan media jenis ini guru dapat menampilkan atau memutar video/film di depan peserta didik, yaitu video tentang bagaimana cara mengurus jenazah mulai dari memandikan, mengafani, menshalatkan dan juga menguburkan. Dengan media ini mudah bagi guru dalam menjelaskan materi yang akan diajarkan, apabila ada peserta didik yang kurang paham guru bisa memutar kembali video/filmnya, dengan begitu pelajaran yang dianggap oleh peserta didik selama ini sukar akan menjadi mudah dan menarik.

Selain itu media pendidikan merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran tajhiz mayat dan media itu sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam suatu pembelajaran, terutama pembelajaran tajhiz mayat dengan menggunakan media dapat membangkitkan minat serta motivasi belajar peserta didik maupun mengajar bagi guru.

Abdul Halim Ibrahim seperti yang dikutip oleh Azhar Arsyad menjelaskan bahwa media pengajaran sangat penting selain bertujuan untuk membangkitkan rasa senang dan gembira kepada peserta didik-peserta didik juga dapat memperbaharui semangat mereka. Rasa suka hati mereka untuk kesekolah akan timbul, dapat memantapkan pengetahuan pada benak para peserta didik, menghidupkan pelajaran karena pemakaian media pengajaran ini membutuhkan gerak dan karya.

Jadi dengan adanya media pembelajaran dapat membuat pelajaran lebih menarik dan juga dapat mengurangi kesulitan dalam memahami keterampilan bagi peserta didik melalui praktek, begitu juga halnya pembelajaran tentang tajhiz mayat guru dapat menciptakan berbagai macam situasi baru dalam kelas, sehingga tidak membosankan.

C. Pertimbangan Memilih Media Pembelajaran

Dalam memilih media pembelajaran seharusnya dilakukan oleh guru secara arif dan bijaksana. Hal itu mengingat perbedaan karakteristik setiap media dengan situasi dan kondisi lingkungan. Soeparno meyebutkan ada delapan yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran.

1. Hendaknya guru mengerti karakteristik setiap media, sehingga guru dapat mengetahui kesesuaian media tersebut dengan pesan atau informasi yang akan dikomunikasikan. Dengan mengetahui karakteristik setiap media itu guru juga akan dapat mengetahui keunggulan dan kekurangan setiap media. 

2. Jadi, sebelum memilih media seorang guru itu alangkah baiknya mengetahui karakterikstik yang ada pada media itu dengan begitu akan diketahui juga kekurangan dan kelebihan yang ada pada media tersebut.

3. Hendaknya guru memilih media yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya, untuk melatih keterampilan menyimak dan baiknya kalau guru menggunakan atau memilih media radio atau rekaman. Untuk melatih keterampilan berbicara secara spontan akan sangat sesuai apabila guru memilih media gambar atau media flash card.

4. Hendaknya guru memilih media yang sesuai dengan metode yang digunakan. Misalnya, flash card akan sesuai dengan metode latihan dan praktik. Contoh lain adalah CD player ini sesuai dengan metode demonstrasi.

5. Hendaknya guru dalam memilih media disesuaikan dengan materi yang akan dikomunikasikan. Misalnya jika materi yang diajarkan tentang praktek jenazah maka guru harus mempersiapkan media seperti kain kapan, boneka dan lain sebagainya. 

6. Hendaknya guru dalam memilih media sesuai dengan keadaan peserta didik.

7. Hendaknya guru dalam memilih media memperhatikan atau mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan tempat media dipergunakan. Misalnya guru ingin memakai media CD player ini tidak cocok jika situasi lingkungan tidak mendukung dalm artian fasilatas yang disediakan tidak memadai, misalnya sekolah itu belum ada aliran listrik ang cukup untuk dialirkan ke tiap-tiap ruang kelas.

8. Hendaknya guru dalam memilih media disesuaikan dengan kreativitas dan kemampuan guru. Jadi sebelum memilih media guru itu harus benar-benar tahu dan mampu mengoperasikan/mempergunakan media tersebut.

9. Guru dalam memilih media hendaknya tidak berpegang pada asumsi bahwa media itu baru atau hanya satu-satunya media yang dipunyai oleh guru.

Menurut Dick dan Carey yang di kutip oleh Sudiman menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan prilaku belajarnya, setidaknya masih ada 4 (empat) faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:

1. Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau di buat sendiri. Maksudnya jika media yang ingin digunakan oleh guru tidak ada di sekolah maka guru harus membeli atau membuatnya, contohnya seorang guru ingin mengajarkan tentang praktek mengkafani jenazah kepada anak didiknya, media yang digunakan adalah kain kafan, boneka kapas dan lain-lain, jika media-media yang diperlukan itu tidak ada maka ia harus membelinya atau membuatnya.

2. Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri barang tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya. Misalnya guru ingin membeli media yang digunakan untuk praktek pemandian jenazah, yaitu mulai dari sabun, kain basahan, gayung dan lain-lain yang berhubungan dengan proses pemandian jenazah dia harus tau apakah untuk membeli semua media itu ada cukup dana.

3. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama, artinya media bisa digunakan dimana pun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Contohnya guru menggunakan media kaset-kaset atau rekaman dalam memperdengarkan doa-doa yang berhubungan dengan sholat jenazah kepada peserta didik. Media ini praktis dan mudah dibawa kemana saja.

4. Efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Maksudnya tidak masalah jika sebuah media itu mahal asalkan dapat bertahan lama, jika di bandingkan dengan yang media lain yang murah tapi tidak bertahan lama. Misalnya guru menggunakan media CD player yang mungkin harganya lebih mahal di bandingkan dengan media gambar, tapi media CD player akan bertahan lama dibandingkan dengan media gambar/foto. 

Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, tentunya media yang disediakan oleh guru tersebut dapat diadaptasikan dan digunakan oleh guru secara sempurna sesuai dengan situasi dan kondisi. Dengan demikian media benar-benar membantu guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. 

D. Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum manfaat praktis media dalam proses pembelajaran disampaikan oleh Sudjana dan Rivai adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasaidan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4. Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

E. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Pengelompokan jenis-jenis media pembelajaran banyak disampaikan oleh para ahli media pembelajaran, di antaranya Asra mengelompokkan media pembelajaran menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti foto, gambar dan poster.

2. Media audio yaitu media yang hanya dapat didengar saja seperti kaset audio, MP3, dan radio.

3. Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus di dengar seperti film suara, video, televise dan sound slide.

4. Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film.

5. Media realia yaitu semua media nyata yang ada di lingkunga alam, seperti tumbuhan, batuan, air, sawah, dan sebagainya.

Pengelompokan jenis-jenis media pembelajaran juga diungkapkan oleh Azhar Arsyad :

1. Media visual yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indra pengliatan misalnya media cetak seperti buku, jurnal, peta, gambar, dan lain sebagainya.

2. Media audio adalah jenis media yang digunakan hanya mengandalkan pendengaran saja, contohnya tape recorder, dan radio.

3. Media audio visual adalah film, video, program TV, dan lain sebagainya.

4. Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki beberapa jenis, yaitu media visual, media audio, media audio visual, multimedia, media realia. Setiap jenis media pembelajaran memiliki bentuk dan cara penyajian yang berbeda-beda dalam pembelajaran audio visual.

F. Pengertian Media Audio Visual

Media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio visual adalah film, video, program TV dan lain-lain.

G. Karakteristik Media Audio Visual

Pembelajaran menggunakan teknologi audio visual adalah satu cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Media audio visual memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Mereka biasanya bersifat linear.

2. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.

3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya.

4. Mereka merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak.

5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif.

6. Umumnya mereka berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.

H. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio Visual

Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media audio visual, kelemahan media audio visual dalam pembelajaran sebagai berikut: 

1. Kelebihan media audio visual:

a) tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika perlu; 

b) film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika perlu;

c) di samping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap-sikap dan segi efektif lainnya.

d) film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta didik.

e) film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara langsung. 

f) film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun homogen maupun perorangan. 

g) film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.

2. Kelemahan media audio visual:

a) pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak.

b) tidak semua peserta didik mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. 

c) film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan media audio visual yang berupa film dan video bukan merupakan suatu kendala dalam proses pembelajaran.

I. Media Audio Visual pada Materi Jujur, Amanah Dan Istiqomah 

1. Jenis-jenis Media Audio Visual 

Adapun jenis-jenis media audio visual yang dapat digunakan pada  materi jujur, amanah dan istiqomah adalah:

a. Audio-Visual Murni

Audio-visual murni atau sering disebut dengan audio-visual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, unsur suara maupun unsur gambar tersebut berasal dari suatu sumber.

1) Film Bersuara

Film bersuara ada berbagai macam jenis, ada yang digunakan untuk hiburan seperti film komersial yang diputar di bioskop bioskop. Akan tetapi, film bersuara yang dimaksud dalam pembahasan ini ialah film sebagai alat pembelajaran. Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Film yang baik adalah film yang dapat memenuhi kebutuhan peserta didik sehubungan  dengan apa yang dipelajari. Secara singkat apa yang telah dilihat pada sebuah film, vidio, ataupun televisi hendaknya dapat memberikan hasil yang nyata kepada peserta didik. Film yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) sesuai dengan tema pembelajaran, contohnya film Khalifah Umar ibn Khatab bisa di tampilkan pada materi SKI; (b) dapat menarik minat peserta didik; (c) benar dan autentik; (d) up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan; (e) sesuai dengan tigkat kematangan peserta didik. (f) perbendaharaan bahasa yang benar .

2) Video

Ada beberapa jenis video yang bisa digunakan dalam pembelajaran, seperti:

(a) video 3 Dimensi. Video 3 dimensi memberikan tayangan tiga dimensi atau terlihat lebih nyata dengan menggunakan bantuan alat kaca mata khusus.

(b) Video Animasi. Video animasi ialah gambar bergerak berbentuk dari sekumpulan objek yang disusun secara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah ditentukan pada setiap pertambahan hitungan waktu yang terjadi.

(c) Video You tube. Video you tube ialah video yang yang dapat dilihat melalui aplikasi you tube. Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat informative, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video. Tapi tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran.

3) Program Tv

Selain film dan video, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak. Televisi dalam pengertiannya berasal dari dua kata, yaitu tele (bahasa Yunani), yang berarti jauh, dan visi (bahasa Latin), berarti penglihatan. Television (bahasa Inggris) bermakna melihat jauh. Kata melihat jauh mengandung makna bahwa gambar yang diproduksi pada satu tempat (stasiun televisi) yang dapat dilihat di tempat lain melalui sebuah perangkat penerima yang disebut televisi minitor atau televisi set. Televisi merupakan suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang terdiri dari gambar dan suara. Dengan demikian peranan TV baik sebagai gambar hidup atau radio yang dapat menampilkan gambar yang dapat dilihat dan menghasilkan suara yang dapat didengar pada waktu yang sama. Televisi sebagai lembaga penyiaran, telah banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran. Banyak siaran televisi yang khusus menginformasikan atau menyiarkan pesan-pesan materi pendidikan dan pengajaran, yang disebut televisi pendidikan (educational television), salah satu program tv yang dapat digunakan untuk  materi jujur, amanah dan istiqomah dalam materi sejarah kebudayaan islam adalah seperti mozaik islam, jejak para sufi, khazanah dan islam masa kini. Kelebihan media televisi sebagai berikut: (a) memiliki daya jangkauan yang lebih luas; (b) memiliki daya tarik yang besar, karena memiliki sifat audio visual; (c) dapat mengatasi batas ruang dan waktu; (d) dapat menginformasikan pesan-pesan yang aktual; (e) dapat menampilkan obyek belajar seperti benda atau kejadian aslinya; (f) membantu pengajar memperluas referensi dan pengalaman; (g) sebutan televisi sebagai jendela dunia, membawa khalayak untuk dapat melihat secara langsung peristiwa, suasana, dan situasi tempat, kota, daerah-daerah di belahan dunia.

4) Proyektor LCD 

Proyektor LCD merupakan salah satu jenis proyektor yang digunakan untuk menampilkan video, gambar, atau data dari komputer pada sebuah layar atau sesuatu dengan permukaan datar seperti tembok, dsb. Proyektor jenis ini merupakan jenis yang lebih modern dan merupakan teknologi yang dikembangkan dari jenis sebelumnya dengan fungsi sama yaitu Overhead Projector (OHP) karena pada OHP datanya masih berupa tulisan pada lembaran bening. Proyektor LCD biasanya digunakan untuk menampilkan gambar pada presentasi atau perkuliahan, tapi juga bisa digunakan sebagai aplikasi home theater. Untuk menampilkan gambar, proyektor LCD mengirim cahaya dari lampu halide logam yang diteruskan ke dalam prisma yang mana cahaya akan tersebar pada tiga panel polysilikon, yaitu komponen warna merah, hijau dan biru pada sinyal video.

b. Audio-Visual tidak murni

Audio Visual tidak murni yaitu media yang unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda. Audio-visual tidak murni ini sering disebut juga dengan audio-visual diam plus suara yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti sound slide (film bingkai suara). Slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio-visual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau filmstrip termasuk media audio-visual saja atau media visual diam plus suara. Gabungan slide (film bingkai) dengan tape audio adalah jenis system multimedia yang paling mudah diproduksi.

Media pembelajaran gabungan slide dan tape dapat digunakan pada berbagai lokasi dan untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna menginformasikan atau mendorong lahirnya respon emosional. Slide bersuara merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan efektif membantu peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit. Dengan menggunakan slide bersuara sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak indera peserta didik yang terlibat (visual dan audio). 

Dengan semakin banyaknya indera yang terlibat maka peserta didik lebih mudah memahami suatu konsep. Slide bersuara dapat dibuat dengan menggunakan gabungan dari berbagai aplikasi komputer seperti: power point, camtasia, dan windows movie maker.

2. Contoh Pemanfaatan Audio Visual di Kelas

Secara umum, semua mata pelajaran akan lebih efektif jika diajarkan dengan media yang sesuai. Oleh karena itu, guru harus mengetahui terlebih dahulu materi dan tujuan pembelajaran. Audio-visual merupakan salah satu cara untuk membuat pembelajaran lebih dinamis dan menyenangkan. Adapun bahan ajar yang cocok untuk dikembangkan dengan audio-visual khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Materi Qur‟an-Hadits, misalnya dalam menerangkan tajwid. Dahulu sebelum teknologi berkembang, tajwid diajarkan hanya secara verbalistis, atau dengan menggunakan lingkaran tajwid. Akan tetapi dizaman sekarang bisa dikembangkan dengan menggunakan media interaktif dengan mikro media flash, windows movie maker, seperti menggunakan CD pembelajaran tajwid.

2. Ranah Afektif 

a. Materi Aqidah untuk menjelaskan tentang rukun iman maupun rukun Islam. Materi akhlaq untuk menjelaskan tentang keteladanan bisa dikembangkan dengan memutar film atau video.

b. Materi sejarah kebudayaan islam yang bersifat pengetahuan, akan lebih menarik jika dikembangkan dengan menggunakan media seperti sound slide, sehingga memungkinkan peserta didik yang kurang dapat menerima pelajaran dengan hanya menggunakan indra pendengar, mampu lebih memahami dengan adanya kombinasi gambar dan suara.

3. Ranah Psikomotor

Materi fiqh, di mana materi ini banyak yang berbentuk prosedural yang dirasa cocok untuk dikembangkan dengan media audio-visual, misalnya: 1) Ketika menjelaskan tentang tata cara shalat, 2) Ketika menjelaskan tentang tata cara haji, 3) Ketika menjelaskan tentang tata cara berkurban. Ketiganya akan lebih menarik ketika dikembangkan dengan media audio-visual, misalnya dengan menggunakan film, video, mikromedia flash ataupun windows movie maker.

3. Penggunaan Audio-Visual dalam Pembelajaran

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan audio-visual untuk pembelajaran yaitu:

a. Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru memilih media audio-visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

b. Guru juga harus mengetahui durasi media audio-visual misalnya dalam bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan jam pelajaran.

c. Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan peserta didik dengan memberikan penjelasan globaltentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran.

d. Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab dengan peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus cerdas dan cermat dalam menggunakan media audio visual, baik itu persiapan, durasi, dan aktifitas lanjutan, agar proses pembelajaran yang menggunakan media audio visual dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan, dan penelitian tingkat ini bagian dari penelitian pada umumnya. Penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran dan hasilnya dapat langsung diperhatikan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu kegiatan dan adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut. Mengacu pada karakteristik tersebut penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti dikelas atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan parsitifatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses ntupembelajaran di kelas melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri dari empat tahap dalam sekali pertemuan dan jumlah semua pertemuannya ialah tiga siklus. Keempat tahap tersebut terdiri dari perencanaan, tindakan, pengmatan dan refleksi, seperti pada gambar berikut ini.

 

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Action Research)

Siklus penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap yang menunjukkan langkah-langkah yaitu:

1. Perencanaan

a) Penelitian melakukan analisis kurikulum untuk menunjukkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan menggunakan media audio visual.

b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tentang pokok bahasan materi jujur, amanah dan istiqomah yang sesuai dengan model pembelajaran media audio visual seperti yang terlampir pada lampiran.

c) Membuat lembar kerja peserta didik (LKS) tentang pokok bahasan materi jujur, amanah dan istiqomah yang sesuai dengan penerapan model pembelajaran media audio visual seperti yang terlampir pada lampiran.

d) Membuat intrumen penelitian untuk mengumpulkan data yaitu lembar pengamatan aktivitas guru dan peserta didik, serta soal test.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun yaitu dengan penerapan media audio visual pada pokok pembahasan materi jujur, amanah dan istiqomah.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk melihat pengaruh tindakan yang dilakukan dengan menerapkan media audio visual pada pokok bahasan materi jujur, amanah dan istiqomah yang diamati oleh pengamat kemudian dicatat semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam lembar pengamatan. Adapun kegiatan yang diamati adalah semua aktivitas guru dan peserta didik pada saat guru dan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

4. Refleksi

Refleksi adalah melihat kembali tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas yang telah dicatat dalam lembar pengamatan, setelah selesai kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan media audio visual pada pokok bahasan materi jujur, amanah dan istiqomah. Peneliti dan pengamat melakukan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan kelas siklus pertama. Hasil pengamatan yang diberikan oleh pengamat akan dijadikan pedoman oleh peneliti dalam merefisi berbagai kelemahan pada RPP siklus pertama dalam menyusun RPP siklus kedua pada pertemuan selanjutnya.

B. Subjek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 4 Kupang dengan jumlah 30 orang. Penelitian dilaksanakan pada materi jujur, amanah dan istiqomah.

C. Instrumen Penelitian 

Adapun instrument pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lembaran Tes, melalui penerapan media audio visual tes diberikan setelah pembelajaran berlangsung peserta didik dengan siklus. Lembaran tes tersebut berbentuk pilihan ganda yang tiap tahap terdiri dari 10 soal. 

2. Lembaran pengamatan aktivitas guru dan peserta didik, digunakan untuk mengamati kemampuan guru dan peserta didik dalam melaksanakan setiap tahap pembelajaran. Jadi lembaran pengamatan ini memuat aktivitas yang akan diamati serta kolom-kolom menunjukkan tingkat dari setiap aktivitas yang diamati.

3. Angket, digunakan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran, dalam bentuk pertanyaan tertulis dan jawaban yang diberikan juga dalam bentuk tertulis yaitu dalam bentuk isian, symbol, atau tanda. 

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran atau penilaian yang bergantung pembagian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik mencakup pokok bahasan yang diajarkan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes akhir (postes) berjumlah 10 soal.

2. Lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan media audio visual, sedangkan lembar observasi aktivitas peserta didik digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

3. Angket yaitu bentuk pertanyaan tertulis yang menyediakan beberapa alternative jawaban guna mengumpulkan data dari peserta didik yang terpilih sebagai sampel. Angket berfungsi untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran menggunakan media audio visual. Respon diberikan kepada peserta didik setelah selesai kegiatan belajar mengajar seluruhnya, respon ini diisi oleh masing-masing peserta didik.

E. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah

1. Analisis Hasil Belajar

Ketuntasan Belajar Minimum (KBM) di SMP Negeri 4 Kupang untuk ketuntasan belajar jika seorang peserta didik mendapatkan skor ≥ 75 maka dikatagorikan sebagai peserta didik yang telah tuntas secara individual. Mendiknas mengemukakan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal apabila dikelas tersebut terdapat ≥ 85% dari jumlah peserta didik tuntas secara individual. Data hasil bejar diperoleh dari tes akhir yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 10 soal yang dibagikan pada tiap pertemuan. Data hasil belajar yang diperoleh masih berupa data mentah yang harus dianalisis. Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan rumus presentase yaitu: 

 

 

 

 

 

 

 

 Tabel 3.1 : Kriteria Hasil Belajar peserta didik

No

Persentase

Hasil Belajar peserta didik

1

90-100

Sangat Tinggi

2

80-89

Tinggi

3

65-79

Sedang

4

55-64

Rendah

5

0-54

Sangat Rendah

 Pada penelitian ini, suatu kelas dikatakan tuntas jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85 % peserta didik telah mencapai nilai ketuntasan 65. Nilai 65 adalah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang di tetapkan pada mata pelajaran PAI.

2. Analisis Aktifitas Peserta Didik 

Data Aktifitas peserta didik diperoleh dari pengamatan yang diisi selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik dalam  materi jujur, amanah dan istiqomah dengan menerapkan media audio visual pada kelas VII SMP Negeri 4 Kupang, adapun terlaksana atau tidaknya penulis menganalisis hasil data dengan menggunakan statistik deskriptif (skor rata-rata). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:



 

 

 

 

 Tabel. 3.2 : Kriteria Aktivitas Belajar Guru dan peserta didik

No

Aktivitas

Kualifikasi

1

85%-100%

Sangat Aktif

2

70%-84%

Aktif

3

55%-69%

Cukup Aktif

4

45%-54%

Kurang Aktif

5

0%-45%

Sangat Kurang Aktif

 Berdasarkan kriteria di atas, maka tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikatakan baik jika skor dari setiap aspek yang dinilai berada pada katagori aktif dan sangat aktif.

3. Analisis Respon peserta didik 


Data untuk mengetahui respon peserta didik terhadap penerapan pembelajaran media audio visual juga menggunakan statistik persentase (%).

F. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan yang telah ditetapkan, maka kriteria yang digunakan adalah sesuai dengan tujuan tindakan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki, meningkatkan hasil belajar PAI terhadap aktivitas peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran media audio visual pada kelas VII SMP Negeri 4 Kupang. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila secara keseluruhan peserta didik dalam satu kelas mencapai ketuntasan belajar sebesar 85% dengan memperoleh minimal 65% dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran.

BAB IV

HASIL PENELITIAN 

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Kupang dan penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 10 s/d 20 Oktober 2018. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 4 Kupang tahun pelajaran 2018/2019. Pelaksanaan penelitian  materi jujur, amanah dan istiqomah melalui penerapan media audio-visual terdiri dari tiga tahap, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan evaluasi/tes dan tahap olah data dan analisis data.

1. Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan penelitian, penulis melakukan observasi langsung terhadap peserta didik di kelas VII. Melihat situasi dan kondisi kelas serta berkonsultasi dengan wali kelas. Sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan, penulis terlebih dahulu mempersiapkan segala perangkat instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Evaluasi

Sebelum proses belajar mengajar terjadi penulis menggunakan waktu 5 menit untuk menjelaskan tujuan pembelajaran. Kemudian penulis memberikan pembelajaran materi jujur, amanah dan istiqomah dengan menggunakan media audio visual, kemudian penulis memberikan 10 soal menyangkut dengan materi jujur, amanah dan istiqomah yang telah diajarkan.

3. Tahap olah data dan analisis data

Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan tentang peningkatan pemahaman materi jujur, amanah dan istiqomah pada peserta didik kelas VII. Secara umum, semua mata pelajaran akan lebih efektif jika diajarkan dengan media yang sesuai. Oleh karena itu, guru harus mengetahui terlebih dahulu materi dan tujuan pembelajaran. Audio-visual merupakan salah satu cara untuk membuat pembelajaran lebih dinamis dan menyenangkan. Pembelajaran pendidikan agama Islam atau sering disingkat PAI merupakan salah satu materi yang diajarkan di SMP Negeri 4 Kupang, oleh sebab itu untuk dapat menanamkan serta meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam materi jujur, amanah dan istiqomah menggunakan media ketika proses belajar mengajar merupakan salah satu cara agar proses pembelajaran menyenangkan. Dalam penggunaan media ini guru juga dituntut dapat menggunakan metode berkaitan dengan media dan materi ajar. Metode yang bervariasi digunakan dalam penjelasan isi pembelajaran dapat membantu peserta didik lebih memahami pembelajaran yang diberikan.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan sebanyak tiga siklus. Kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus meliputi tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Adapun tahap perencanaan dan tindakan dilakukan oleh penulis sendiri. Kegiatan observasi dibantu oleh kolaborator yakni walikelas VII. Sedangkan untuk tahap refleksi dilakukan sendiri oleh penulis berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Adapun uraian pelaksanaan kegiatan setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan oleh penulis yang bertindak sebagai guru pada tanggal 10 Oktober 2018. Berikut adalah hasil penelitian siklus I pada materi jujur, amanah dan istiqomah dengan menggunakan media audio visual.

a. Tahap Perencanaan

Perencanaan merupakan tindakan yang akan dilakukan oleh penulis. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan beberapa hal yang akan dilaksanakan untuk pertemuan pertama, yaitu: 

1) Menyusun skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat serangkaian kegiatan dengan menggunakan media audio visual.

2) Menyiapkan alat dan bahan ajar untuk membantu peserta didik mempelajari materi yang akan dipelajari

3) Menyusun Instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas peserta didik, dan soal post tes setiap tindakan.

b. Tahap Pelaksanaan

Setelah semua rancangan penelitian dipersiapkan, penulis melaksanakan tindakan kelas, dengan subjek penelitian kelas VII. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, penulis melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam skenario pembelajaran (RPP) dan alokasi waktu yang telah ditetapkan. 

Pada awal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan memotivasi dan mengadakan tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yaitu tentang jujur, amanah dan istiqomah. Setelah guru memberikan gambaran materi yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada peserta didik yang telah terpilih sebagai tutor untuk mempelajari materi tentang jujur, amanah dan istiqomah.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

Penulis sebagai pengamat atau observer melakukan pengamatan terhadap jalannya pembelajaran dan keaktifan peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan terlebih dahulu oleh penulis. Selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar penulis melaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

1) Hasil Observasi Aktivitas peserta didik 

Kegiatan pengamatan aktivitas peserta didik dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung untuk setiap pertemuan. Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik merupakan penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkatan motivasi peserta didik serta untuk melihat interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas

peserta didik Pada Tahap Siklus 1

 

Aspek yang dinilai

Skor Pengamatan

Kategori

Kegiatan Awal

 

 

Peserta didik menyiapkan buku dan alat tulis serta sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi pelajaran

3

Baik

Suasana kelas tenang dan peserta didik mengkondisikan diri menerima pelajaran

2

Cukup

Peserta didik mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru

3

Baik

Peserta didik memperhatikan langkah-langkah pembelajaran yang disampaikan guru

3

Baik

Kegiatan Inti

 

 

Kesediaan untuk menjadi tutor

3

Baik

Keterlibatan peserta didik dalam pembentukan kelompok

3

Baik

Mendengarkan intruksi yang disampaikan guru

2

Cukup

Tutor membimbing dan menjelaskan materi kepada anggota kelompok

3

Baik

Peserta didik mendengarkan penjelasan tutor

2

Cukup

Peserta didik bertanya kepada tutor tentang materi yang belum dipahami

2

Cukup

Peserta didik Mempresentasikan hasil diskusi

3

Baik

Mengemukakan pendapat dari temannya dan menjawab pertanyaan

3

Baik

Peserta didik mencatat dan merangkum materi

3

Baik

Kegiatan Penutup

 

 

Membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran

3

Baik

Memberi perhatian terhadap penyimpulan teman

3

Baik

Munculnya ekspresi wajah yang puas dan semangat dari peserta didik

3

Baik

Jumlah Skor

44

 

Sumber data: Peserta didik kelas VII SMP Negeri 4 Kupang

Kriteria Penilaian aktivitas peserta didik:

80% - 100% = Baik sekali

60% - 79% = Baik

25% - 59% = Cukup

0% - 24% = Kurang

 Skor yang dicapai

Nilai =       x 100%

Skor Maksimal

 

44

=        x 100%

64

 

=          68,7 %

 

Berdasarkan tabel pengamatan aktivitas peserta didik pada tahap siklus I di atas dapat dipahami bahwa aktivitas peserta didik ketika belajar materi jujur, amanah dan istiqomah dapat digolongkan dalam kategori baik dengan jumlah persentase 68,7%. Walaupun sudah digolongkan dalam kategori baik, pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual masih kurang optimal. Hal ini ditunjukkan masih adanya beberapa peserta didik yang masih pasif, masih mengobrol dengan teman disampingnya ketika guru memberikan intruksi kegiatan pembelajaran, ketika tutor menjelaskan materi masih ada yang tidak memperhatikan, serta peserta didik yang bertanya kepada tutor tentang materi yang belum dipahami masih sedikit. Hal ini dikarenakan peserta didik belum terbiasa belajar dengan menggunakan media audio-visual.

2) Hasil Belajar Peserta Didik 

Ketuntasan Belajar Minimum (KBM) untuk materi jujur, amanah dan istiqomah adalah 70. Artinya peserta didik secara individu dinyatakan tuntas belajarnya apabila telah mencapai nilai 70 atau lebih. Secara klasikal dikatakan tuntas apabila telah mencapai 85%. Nilai hasil belajar peserta didik pada tahap siklus I diambil dari nilai tes evaluasi pada akhir siklus.

Tabel 4.9 Daftar Nilai Hasil Belajar peserta didik 

pada Tahap Siklus I

 

No Urut

Nilai

Keterangan

Tuntas

Tidak Tuntas

1

60

 

2

64

 

3

68

 

4

71

 

5

70

 

6

69

 

7

68

 

8

68

 

9

70

 

10

69

 

11

67

 

12

68

 

13

66

 

14

67

 

15

67

 

16

65

 

17

66

 

18

68

 

19

72

 

20

69

 

21

68

 

22

68

 

23

72

 

24

69

 

25

70

 

26

69

 

27

68

 

28

68

 

29

71

 

30

69

 

68,13

 

 

Sumber: olah data evaluasi peserta didik 

Berdasarkan nilai hasil tes belajar peserta didik pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada tahap siklus I yaitu 68,13. Dari 30 orang peserta didik di kelas VII/1 terdapat 6 orang peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar secara individu yang memperoleh nilai di atas Ketuntasan Belajar Minimum (KBM) yang telah ditetapkan yaitu 70. Sedangkan 24 peserta didik lainnya masih belum tuntas.

Untuk mengetahui persentase banyaknya peserta didik yang tuntas belajar secara klasikal adalah sebagai berikut:

Jumlah siswa tuntas

Ketuntasan Kelas = x 100%

Jumlah siswa keseluruhan 

6

= x 100%

30

= 20 %

Dikatakan peserta didik sudah mencapai ketuntasan secara klasikal apabila nilai persentase ketuntasannya di atas 85%. Pada pembelajaran siklus I ini peserta didik yang belum tuntas secara klasikal sebanyak 80%, sedangkan peserta didik yang sudah tuntas belajar secara klasikal sebanyak 20%. Setelah dilakukan evaluasi diakhir pembelajaran pada siklus I, hasilnya belum memenuhi harapan yang diinginkan oleh penulis karena masih ada beberapa peserta didik yang belum mencapai tuntas minimal, sehingga ketuntasan belajar secara klasikal juga belum tercapai.

d. Tahap Refleksi

Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada tahap siklus I ini, penulis bersama kolaborator melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut dengan mendiskusikan kendala atau masalah yang dihadapi ketika berada di kelas. Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar peserta didik dan nilai tes akhir siklus I ternyata pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual masih kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dari ketenangan peserta didik ketika menerima pelajaran masih dikategorikan cukup baik. Masih adanya beberapa peserta didik yang masih pasif, masih mengobrol dengan teman di sampingnya ketika guru memberikan intruksi kegiatan pembelajaran, ketika tutor menjelaskan materi masih ada yang tidak memperhatikan, serta peserta didik yang bertanya kepada tutor tentang materi yang belum dipahami masih sedikit. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal berikut ini:

1) peserta didik belum terbiasa belajar dengan menggunakan media audio visual dan masih terpengaruh dengan metode ceramah;

2) Penjelasan guru terlalu cepat saat memberikan intruksi kegiatan pembelajaran;

3) Kemampuan guru menguasai kelas pada saat pembelajaran berlangsung masih kurang;

4) Kemungkinan pembagian kelompok terlalu besar, sehingga peserta didik kurang memahami langkah-langkah dalam mengerjakan soal;

5) Guru dalam hal bertanya kepada peserta didik dan meminta peserta didik sebagai sukarelawan masih kurang merata, sehingga belum semua peserta didik ikut aktif dalam proses pembelajaran.

Karena masih adanya beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran pada tahap siklus I ini, berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari data hasil belajar peserta didik pada siklus I yang menunjukkan bahwa indikator ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal belum tercapai.

Dari hasil observasi dan evaluasi pada siklus I ini, selanjutnya penulis melakukan refleksi dengan mengevaluasi kegiatan yang ada pada siklus I, mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemukan di kelas dengan melakukan tindakan pada siklus selanjutnya. Penulis sebagai guru harus meningkatkan cara pembelajaran dengan memotivasi peserta didik sehingga peserta didik bisa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik serta dapat mencapai indikator keberhasilan, penulis juga berupaya agar suasana di dalam kelas menjadi lebih menyenangkan.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti didapatkan beberapa solusi untuk digunakan sebagai rumusan dalam upaya perbaikan terhadap proses pembelajaran pada siklus II dengan belajar menggunakan media audio-visual materi tentang jujur, amanah dan istiqomah. Upaya-upaya tersebut antara lain sebagai berikut: 

1) Menyusun kembali skenario pembelajaran (RPP) dan soal tes untuk siklus II;

2) Guru akan menjelaskan lebih pelan saat memberikan intruksi kegiatan pembelajaran;

3) Pada saat pembelajaran berlangsung kontak pandang guru terhadap peserta didik tidak hanya tertuju pada seorang saja, terlebih pada pembelajaran secara kelompok; 

4) Memberikan bimbingan pada tiap-tiap kelompok saat terjadi diskusi kelompok secara maksimal; 

5) Guru akan membagi kelompok peserta didik lebih kecil, satu kelompok terdiri dari 6 orang sehingga kelompok yang terbentuk lebih banyak; 

6) Sebaran pertanyaan dan permintaan sebagai sukarelawan kepada peserta didik akan diusahakan lebih merata, sehingga semua peserta didik bisa ikut aktif dalam proses pembelajaran.

 2. Siklus II

Berdasarkan refleksi yang ada pada siklus I. Maka guru bersama pengamat menetapkan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus I perlu perbaikan pada siklus II agar pembelajaran berlangsung secara optimal. Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru pada tanggal 17 Oktober 2018. Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Adapun langkah-langkah dalam perencanaan pada siklus II yaitu Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II yang memuat serangkaian kegiatan dengan menggunakan media audio visual, menyiapkan alat dan bahan ajar untuk membantu peserta didik mempelajari materi yang akan dipelajari, menyusun Instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas peserta didik, dan soal post tes setiap tindakan.

b. Tahap Pelaksanaan

Setelah semua rancangan penelitian dipersiapkan, penulis melaksanakan tindakan kelas, dengan subjek yang sama. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, penulis melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam skenario pembelajaran (RPP) dan alokasi waktu yang telah ditetapkan. 

Pada awal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan memotivasi dan mengadakan tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yaitu tentang jujur, amanah dan istiqomah. Setelah guru memberikan gambaran materi yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada peserta didik yang telah terpilih sebagai tutor untuk mempelajari materi tentang jujur, amanah dan istiqomah.

c. Tahap Pengamatan (Observasi)

Penulis sebagai pengamat atau observer melakukan pengamatan terhadap jalannya pembelajaran dan keaktifan peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan terlebih dahulu oleh penulis. Selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar penulis melaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

1) Hasil Observasi Aktivitas peserta didik 

Kegiatan pengamatan aktivitas peserta didik dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung untuk setiap pertemuan. Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik merupakan penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkatan motivasi peserta didik serta untuk melihat interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Aktivitas

peserta didik Pada Tahap Siklus II

 

Aspek yang dinilai

Skor Pengamatan

Kategori

Kegiatan Awal

 

 

Peserta didik menyiapkan buku dan alat tulis serta sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi pelajaran

4

Sangat Baik

Suasana kelas tenang dan peserta didik mengkondisikan diri menerima pelajaran

4

Sangat Baik

Peserta didik mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru

4

Sangat Baik

Peserta didik memperhatikan langkah-langkah pembelajaran yang disampaikan guru

4

Sangat Baik

Kegiatan Inti

 

 

Kesediaan untuk menjadi tutor

3

Baik

Keterlibatan peserta didik dalam pembentukan kelompok

3

Baik

Mendengarkan intruksi yang disampaikan guru

4

Sangat Baik

Tutor membimbing dan menjelaskan materi kepada anggota kelompok

3

Baik

Peserta didik mendengarkan penjelasan tutor

4

Sangat Baik

Peserta didik bertanya kepada tutor tentang materi yang belum dipahami

4

Sangat Baik

Peserta didik Mempresentasikan hasil diskusi

4

Sangat Baik

Mengemukakan pendapat dari temannya dan menjawab pertanyaan

3

Baik

Peserta didik mencatat dan merangkum materi

4

Sangat Baik

Kegiatan Penutup

 

 

Membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran

4

Sangat Baik

Memberi perhatian terhadap penyimpulan teman

4

Sangat Baik

Munculnya ekspresi wajah yang puas dan semangat dari peserta didik

4

Sangat Baik

Jumlah Skor

60

 

Sumber: data observasi

Kriteria Penilaian aktivitas peserta didik:

80% - 100% = Baik sekali

60% - 79% = Baik

25% - 59% = Cukup

0% - 24% = Kurang

 Skor yang dicapai

Nilai =           x 100%

Skor Maksimal

 60

=   x 100%

64

 =  93,75 %

 

Berdasarkan tabel pengamatan aktivitas peserta didik pada tahap siklus II di atas dapat dipahami bahwa aktivitas peserta didik ketika belajar materi jujur, amanah dan istiqomah dapat digolongkan dalam kategori sangat baik dengan jumlah persentase 93,75%.  

2) Hasil Belajar Peserta Didik 

Sebagaimana Ketuntasan Belajar Minimum (KBM) pada materi jujur, amanah dan istiqomah adalah 70. Artinya peserta didik secara individu dinyatakan tuntas belajarnya apabila telah mencapai nilai 70 atau lebih. Secara klasikal dikatakan tuntas apabila telah mencapai 85%. Nilai hasil belajar peserta didik pada tahap siklus II diambil dari nilai tes evaluasi pada akhir siklus.

Tabel 4.11 Daftar Nilai Hasil Belajar peserta didik

pada Tahap Siklus II

 

No Urut

Nilai

Keterangan

Tuntas

Tidak Tuntas

1

81

 

2

87

 

3

80

 

4

79

 

5

82

 

6

78

 

7

84

 

8

81

 

9

83

 

10

82

 

11

80

 

12

81

 

13

81

 

14

87

 

15

80

 

16

79

 

17

82

 

18

81

 

19

87

 

20

80

 

21

79

 

22

82

 

23

78

 

24

84

 

25

81

 

26

83

 

27

82

 

28

80

 

29

81

 

30

81

 

81,53

TUNTAS

Sumber: olah data evaluasi peserta didik

Berdasarkan nilai hasil tes belajar peserta didik pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada tahap siklus II yaitu 81,53. Dari 30 orang peserta didik di kelas VII semuanya mencapai ketuntasan belajar secara individu yang memperoleh nilai di atas Ketuntasan Belajar Minimum (KBM) yang telah ditetapkan.  

Untuk mengetahui persentase banyaknya peserta didik yang tuntas belajar secara klasikal adalah sebagai berikut:

 

Jumlah siswa tuntas

Ketuntasan Kelas = x 100%

Jumlah siswa keseluruhan 


30

= x 100%

30

 

=   100 %

Dikatakan peserta didik sudah mencapai ketuntasan secara klasikal apabila nilai persentase ketuntasannya di atas 85%. Pada pembelajaran siklus II ini peserta didik seluruhnya tuntas dan mencapai 100%. Setelah dilakukan evaluasi diakhir pembelajaran pada siklus II, hasilnya sangat memuaskan dan memenuhi harapan yang diinginkan oleh penulis. 

d. Tahap Refleksi

Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada tahap siklus II ini, penulis bersama kolaborator melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut dengan mendiskusikan kendala atau masalah yang dihadapi ketika berada di kelas. Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar peserta didik dan nilai tes akhir siklus II ternyata pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual sangat efektif. Hal ini ditunjukkan dari suasana kondusif dan nilai tes peserta didik. 

  

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

 

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan analisis hasil penelitian berbagai kondisi serta aktifitas yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Media Audio-Visual untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Jujur, Amanah dan Istiqomah pada Peserta Didik Kelas VII SMPN 4 Kupang Tahun Pelajaran 2018/2019, maka pada akhir penulisan ini penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: Penerapan media audio visual dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman materi jujur, amanah dan istiqomah pada peserta didik kelas VII SMPN 4 Kupang Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktifitas belajar siswa setiap siklus.

B. Saran-Saran

1. Guru hendaknya melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didik melakukan aktivitas belajar dengan baik, salah satunya dengan menggunakan media dalam pembelajaran karena hal ini dapat menarik minat dan semangat siswa untuk belajar yang berakibat prestasi belajar siswa meningkat.

2. Guru hendaknya meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa selalu aktif dalam pembelajaran.

3. Peserta didik dibiasakan untuk menyampaikan ide atau gagasan dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya. Baik tugas individu maupun kelompok.

4. Diharapkan kepada semua guru agar menggunakan media dalam semua pembelajaran.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. 

Agung A, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Singaraja: Undiksha Singaraja,2010. 

Anas Sudjono, Pengantas Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2005. 

Arif S. Sadiman, ddk, Media Pendidikan, Jakarta: Raja Granfindo Persada, 2003. 

Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. 

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Fatah Syukur NC, Teknologi Pendidikan, Semarang: Rasail, 2005.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka: 1997.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta:PT. Rajawali Pers, 2010.

Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007.

Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Misaka Galiza, 2003.

Nana Sudjana, Media Pengajaran, Bandung: CV Sinar Baru, 1991.

Saiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Soeparno, Media Pengajaran Bahasa, Jakarta: Intan Pariwara 1988.

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Sumadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Sujana, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar