PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN GOOGLE CLASSROOM
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 4 KUPANG
Oleh
: Abdulchalid Badarudin, S.Ag, M.PdI
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang penggunaan media pembelajaran google
classroom pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi
mempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian dengan masalah: Bagaimana
penggunaan Media Pembelajaran Google Classroom untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas VIII/A
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Kupang.
Penelitian ini
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), tindakan penelitian menggunakan II
siklus, setiap siklus 2
kali pertemuan. Pada
setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII/A. Objek penelitian yaitu Pelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan menggunakan media aplikasi google classroom. Data diperoleh dari
lembar observasi dan tes tertulis.
Hasil penelitian
pada setiap siklus dengan menggunakan media google classroom telah
mengalami peningkatan, hal ini terbukti dengan nilai rata-rata yang didapat
pada pra siklus 52,37, siklus I 70,19 dan pada siklus II 83,73. Dengan nilai
rata-rata di atas dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran google classroom dalam
meningkatkan hasil belajar dapat dikatakan berhasil.
Kata kunci: PAI , Google Classroom,
Penelitian Tindakan Kelas
PENDAHULUAN
Secara
histori, penggunaan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
sudah melewati perjalanan cukup panjang. Sejak ditemukannya radio pada tahun
1930an, muncul gerakan audiovisual education yang menekankan pentingnya
penggunaan audiovisual dalam pembelajaran. Dari saat itu, mulai dikenal audiovisual
aids (AVA) yaitu alat peraga atau media yang menyajikan materi dalam
bentuk visual dan audiovisual untuk memperjelas apa yang
disampaikan guru kepada peserta didik. jadi peranan AVA di sini untuk membantu guru menyampaikan pelajaran kepada
peserta didik agar pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, karena
itu juga disebut teaching aids (alat bantu guru untuk mengajar). Alat
bantu guru dalam konsepsi pengajaran visual adalah setiap gambar, model,
benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata
kepada peserta didik. Media merupakan komponen sangat penting dalam
suatu proses komunikasi, pesan yang disalurkan melalui suatu media oleh
sumber/pengirim pesan akan dapat dikomunikasikan kepada sasaran penerima atau receiver apabila terdapat daerah lingkup
pengalaman (area of experience) yang sama antara sumber pesan (source)
dan penerima pesan (receiver). The association for educational
communication and technology (AECT) menyatakan bahwa media adalah
apa saja yang digunakan untuk menyalurkan informasi.[1]
Penggunaan media dalam
pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh psikologis
terhadap siswa[2]. Penggunaan istilah pembelajaran sebagai pengganti istilah
lama proses belajar mengajar (PBM) tidak hanya sekedar mengubah istilah
melainkan merubah peran guru dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya
mengajarkan melainkan membelajarkan
peserta didik agar mau belajar. Tugas guru dalam proses pembelajaran disamping
menyampaikan informasi, ia juga
bertugas mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, menyeleksi materi ajar,
mengsuvervisi kegiatan belajar, menstimulasi kegiatan belajar peserta didik,
memberikan bimbingan belajar, mengembangkan dan menggunakan strategi dan
metode.
Dalam pengertian lain,
pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa
atau juga antara kelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap serta memantapkan apa yang dipelajarinya itu, atau
dengan kata lain, pembelajaran adalah aktifitas yang terdiri dari dua
prosesyaitu belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar rmerupakan dua konsep
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.[3]
Berdasarkan pengertian yang sudah
dikemukakann sebelumnya, media pembelajaran diartikan sebagai segala
sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar disengaja, bertujuan, dan terkendali. Secara sederhana media
pembelajaran atau media for learning menitikberatkan, pada pembelajaran
menggunakan media dan instrument/alat yang digunakan sebagai media penyampaian
materi ajar, sedangkan media education lebih kepada belajar dan
pembelajaran tentang media sebagai objek/materi ajar.
Istilah media pembelajaran
dalam berbagai litelatur sering kali diartikan dengan media for learning dan
dikaitkan dengan media education. Namun secara konsep keduanya memiliki perbedaan mendasar.
Guru dan calon guru hendaknya memahami hubungan media dan pembelajaran.
Ketika seorang pengajar memahami hubungan antara proses kognitif dan media
seperti apa yang sesuai dengan karakteristik lingkungan tertentu, maka secara
tidak langsung dapat menentukan media apa yang harus kita buat dan gunakan
dalam pembelajaran, tentunya didasari oleh teori media terkait dengan
proses kognitif dan sosial sehingga terbentuknya pengetahuan siswa yang baik.[4]
Google Classroom adalah aplikasi yang dikhususkan untuk media pembelajaran
Online atau istilahnya adalah kelas online sehingga dapat
memudahkan guru dalam membuat, membagikan serta mengelompokkan setiap tugas
tanpa menggunakan kertas lagi. Penggunaan Google Classroom akan membuat
pembelajaran menjadi lebih efektif terlebih lagi guru dan siswa bisa setiap
saat bertatap muka melalui kelas Google Classroom. Dan banyak juga siswa
nantinya dapat belajar, menyimak, membaca, mengirim tugas, dari jarak jauh.[5]
Google Clasroom adalah aplikasi yang dikhususkan untuk media pembelajaran
online atau istilahnya adalah kelas online sehingga dapat
memudahkan guru dalam
membuat, membagikan serta mengelompokkan setiap tugas
tanpa menggunakan kertas lagi. Salah
satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah dampak pandemi
Covid-19 yang kini mulai merambah ke dunia pendidikan, sehingga pemerintah
berupaya untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan. Selain itu pemerintah
juga membatasi aktivitas manuasi diluar rumah upaya membatasi antar banyak
orang hal itu bertujuan untuk pemutus rantai penyebaran Covid-19. Dengan
adanya kebijakan tersebut sekolah menerapkan kegiatan belajar mengajar dari
jarak jauh atau pembelajaran daring.
Sesuai petunjuk Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menerbitkan Surat Edaran No. 4
Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat
penyebaran covid-19 yang dikeluarkan pada tanggal 24 Maret 2020. Seperti
yang telah dijalankan saat ini, pembelajaran dilakukan secara daring atau dari
rumah untuk seluruh siswa hingga mahasiswa karena
adanya pembatasan sosial sebagai upaya untuk mengatasi atau setidaknya
memperkecil angka penyebaran virus corona. Sering mengakibatkan proses
pembelajaran yang awalnya tatap muka menjadi pembelajaran secara daring. Dengan
adanya pembelajaran online guru-guru dan siswa harus bisa memanfaatkan
teknologi untuk melangsungkan dalam kegiatan pembelajaran setiap harinya.
Dilihat dari perkembangan zaman
sekarang ini tidak lepas dari Teknologi Informasi (TI) yang juga semakin
berkembang. Teknologi informai dan komunikasi merupakan teknologi yang
digunakan sebagai sarana informasi dan komunikasi antar individu. Selain itu
dengan adanya pendemi Covid-19 yang sedang berlangsung, pelaksanaan
proses pembelajaran membutuhkan pembelajaran daring. Guru yakni dituntut untuk
menguasai teknologi supaya proses pembelajaran daring masa pendemi covid-19.
Aplikasi yang dapat mendukung
pelaksanaan pembelajaran online antara lain melalui berbagai ruang
diskusi seperti google classroom, whatsaap, kelas cerdas,zennius,
quipper dan microsoft. Selama pandemi Covid-19 pelaksanaan pembelajaran
dilakukan dirumah atau online menjadi solusi terbaik. Salah satu media
pembelajaran daring yang saat ini sedang berkembang dan mulai digunakan adalah Google
Clasroom yaitu aplikasi khusus yang digunakan untuk pembelajaran daring
yang dapat dilakukan dari jarak jauh sehingga memudahkan guru untuk membuat,
mengelompokkan dan membagikan tugas selain itu guru dan siswa bisa setiap saat
melakukan kegiatan pembelajaran melalui ruang kelas Google Classroom dan
siswa nantinya juga dapat belajar, menyimak, membaca dan mengirim tugas dari
jarak jauh. Dalam penggunaan
aplikasi Google Classroom berisi layanan dan layanan lainnya, salah
satunya dalam penggunaan Google Classroom dapat mengirimkan tugas
berbentuk dokumen,
photo, dan video pembelajaran kepada siswa yang berkaitan dengan tema berapa
yang dikerjakan. Melakukan setiap penilaian dari tugas apa yang telah diberikan
oleh guru, interaksi yang lancar antara guru dan siswa didalam kolom komentar,
siswa-siswa juga bisa melakukan absen setiap pembelajaran dimulai, dan siswa
mengirimkan tugas yang telah selesai dilaksanakan dan itupun nanti tersimpan di
Google Driver dan tersusun rapi. Hal ini dapat dijadikan sebagai media pembantu
pembelajaran Daring, karena Google Clasroom memiliki berbagai kelebihan
dalam menciptakan pembelajaran yang mudah untuk digunakan dan untuk pengiriman
tugasnya menjadi sistematis.
Adapun berdasarkan penelitian
oleh Shampa Iftakhar topikmya Google Clasroom: What works and How? Menyertakan
Google kelas membantu memantau pembelajaran siswa. Di Google Classsroom,
pengajar dapat melihat semua aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Interakasi antara guru dan siswa, dan interaksi antara siswa dan guru terekam
dengan baik. Pelaksanaan penggunaan Google Classroom dalam proses
pembelajaran daring di berbagai Sekolah Dasar, diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang penggunaan Google Classsroom sebagai
media pembelajaran. Salah satu implementasi penggunaan Google Classroom adalah
SMP Negeri 4 Kupang. Di SMP Negeri 4 Kupang merupakan suatu lembaga pendidikan yang telah
menggunakan Aplikasi Google Classroom saat pembelajaran daring pada masa
pandemi Covid-19 ini, kegiatan pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19
menggunakan media e-learning di
sekolah tersebut menggunakan aplikasi Google Classroom. Dalam proses
pembelajaran siswa diberi penugasan oleh guru dan mengirimkan hasil tugasnya ke
aplikasi Google Classroom, terlihat bahwa guru mengirimkan tugas-tugas
tema, mengirim video pembelajaran sebagai media pembelajaran kepada siswa
sehingga siswa langsung dapat memahami materi yang diberikan guru dan
megirimkan hasil tugasnya ke Google
Classroom. Google Classroom menjadi salah satu alternatif untuk
membagikan materi dan soal-soal tanpa memakai cetak dan seluruh staf dewan guru
di SMP Negeri 4 Kupang
belajar menggunakan aplikasi Google Classroom sebagai bahan ajar.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana media pembelajaran google classroom dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti pada peserta
didik kelas VIII SMP Negeri 4 Kupang.
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang
dalam Bahasa Inggris PTK disebut (classroom action research (CAR).
Lokasi Penelitian di
SMP Negeri 4 Kupang. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 25 Agustus- 27 Oktober 2021.
Subjek
Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 4 Kupang, yang berjumlah 27 siswa
terdiri dari 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Objek tindakan sesuai dengan jenis penelitian yang
dipilih, yaitu Penelitian Tindakan Kelas, maka penelitian ini menggunakan model
penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart.
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian PTK Model Kemmis dan
Taggart[6]
Di
mana di dalam satu siklus atau putaran dari empat komponen yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sehingga belum tampak adanya perubahan
hanya saja sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah
adanya refleksi, kemudian diikuti perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam
bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus.[7]
Tabel. 3.1
Jadwal Siklus I
Pertemuan ke- |
Hari |
Tanggal |
Jam ke- |
Pertama |
Rabu |
25 Agustus
2021 |
4-5 |
Kedua |
Rabu |
01 September
2021 |
4-5 |
Tabel. 3.2
Jadwal Siklus II
Pertemuan ke- |
Hari |
Tanggal |
Jam ke- |
Pertama |
Rabu |
8 September 2021 |
4-5 |
HASIL
PENELITIAN
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
Sebelum
penulis melaksanakan
tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan
dengan pelaksanaan tindakan agar dalam penelitian berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Penulis
juga menjelaskan bahwa penelitian ini adalah jenis PTK di mana penulis akan mengajar langsung dengan
meminta guru kolaboratif Bapak
Marsel Lende, S.Pd menjadi pengamat yang nantinya akan mengamati
langsung proses pembelajaran.
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran metode tanya jawab dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes
formatif siswa pada setiap siklus. Data hasil uji coba item butir soal
digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginka.
Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
penglolaan pembelajaran metode tanya jawab yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran metode tanya jawab dalam meningkatkan
prestasi. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkan pembelajaran metode tanya jawab.
Siklus I
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS
1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus I dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun
data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
||
T |
TT |
T |
TT |
||||
1 |
60 |
√ |
12 |
60 |
√ |
||
2 |
70 |
√ |
13 |
80 |
√ |
||
3 |
70 |
√ |
14 |
70 |
√ |
||
4 |
60 |
√ |
15 |
80 |
√ |
||
5 |
80 |
√ |
16 |
70 |
√ |
||
6 |
80 |
√ |
17 |
90 |
√ |
||
7 |
70 |
√ |
18 |
60 |
√ |
||
8 |
70 |
√ |
19 |
60 |
√ |
||
9 |
60 |
√ |
20 |
70 |
√ |
||
10 |
80 |
√ |
21 |
70 |
√ |
||
11 |
50 |
√ |
22 |
60 |
√ |
||
Jlh |
750 |
7 |
4 |
Jlh |
770 |
8 |
3 |
Jumlah Skor 1520 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 69,09 |
Keterangan:
T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang
tuntas :
15
Jumlah siswa yang belum
tuntas : 7
Klasikal
:
Belum tuntas :
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No |
Uraian |
Hasil Siklus I |
1 2 3 |
Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar |
69,09 15 68,18 |
Dari tabel di atas dapat
dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran metode tanya jawab
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan
belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan media pembelajaran Google Classroom.
2. Siklus II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS
2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan
dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus II dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian
pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
|
||
T |
TT |
T |
TT |
|
||||
1 |
60 |
√ |
12 |
90 |
√ |
|
||
2 |
80 |
√ |
13 |
80 |
√ |
|
||
3 |
80 |
√ |
14 |
80 |
√ |
|
||
4 |
90 |
√ |
15 |
80 |
√ |
|
||
5 |
90 |
√ |
16 |
80 |
√ |
|
||
6 |
60 |
√ |
17 |
60 |
√ |
|
||
7 |
80 |
√ |
18 |
80 |
√ |
|
||
8 |
70 |
√ |
19 |
70 |
√ |
|
||
9 |
60 |
√ |
20 |
60 |
√ |
|
||
10 |
80 |
√ |
21 |
80 |
√ |
|
||
11 |
90 |
√ |
22 |
80 |
√ |
|
||
Jlh |
840 |
8 |
3 |
Jlh |
840 |
9 |
2 |
|
Jumlah Skor 1680 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 76,36 |
Keterangan:
T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang
tuntas :
17
Jumlah siswa yang belum
tuntas : 5
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No |
Uraian |
Hasil Siklus II |
1 2
3 |
Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar |
76,36 17
77,27 |
Dari tabel di
atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan
ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar
secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan
bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah
mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan
metode pembelajaran metode tanya jawab.
3. Siklus III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS
3, soal tes formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung
b. Tahap kegiatan
dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus III dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian
pada siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
||
T |
TT |
T |
TT |
||||
1 |
90 |
√ |
12 |
90 |
√ |
||
2 |
90 |
√ |
13 |
90 |
√ |
||
3 |
90 |
√ |
14 |
90 |
√ |
||
4 |
80 |
√ |
15 |
60 |
√ |
||
5 |
90 |
√ |
16 |
90 |
√ |
||
6 |
80 |
√ |
17 |
80 |
√ |
||
7 |
90 |
√ |
18 |
70 |
√ |
||
8 |
60 |
√ |
19 |
70 |
√ |
||
9 |
90 |
√ |
20 |
80 |
√ |
||
10 |
90 |
√ |
21 |
90 |
√ |
||
11 |
60 |
√ |
22 |
80 |
√ |
||
Jlh |
910 |
9 |
2 |
Jlh |
890 |
10 |
1 |
Jumlah Skor
1800 Jumlah Skor
Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata
Skor Tercapai 81,82 |
Keterangan:
T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas :
19
Jumlah siswa yang belum
tuntas : 3
Klasikal :
Tuntas
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No |
Uraian |
Hasil Siklus III |
1 2 3 |
Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar |
81,82 19 86,36 |
Berdasarkan tabel diatas
diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang
telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan
lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran metode tanya jawab sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai,
sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa
yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses
belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran metode tanya jawab. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar
mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada
beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk
masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada
siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga
menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada
siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III
guru telah menerapkan pembelajaran metode tanya jawab dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar
mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu
banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran metode
tanya jawab dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan
Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran metode tanya jawab memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan
belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%,
dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
tercapai.
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran metode tanya jawab dalam
setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data,
diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran agama Islam pada pokok
bahasan mengarang yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan
alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa
dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk
aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah
pembelajaran metode tanya jawab dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas
guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan
alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
KESIMPULAN
Dari hasil
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Pembelajaran dengan metode tanya
jawab memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu
siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
2.
Penerapan metode pembelajaran
metode tanya jawab mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian
siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan metode pembelajaran metode tanya jawab sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Aqib Zainal. 2009. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya
Arif S.Sadiman, Dkk. 2010, Media
Pendidikan: Pengertian Pengembangan Dan Pemanfaatannya (Jakarta: Rajawali
Pers
Arikunto Suharsimi. 2010. Penelitian
Tindakan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arikunto Suharsini. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta
Ashar Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media
Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta
Asyhar Rayandra. 2011, Kreatif
Mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta
Hadi Nur. Pelaksanaan Pembelajaran
PAI Berbasis ICT Di SMP Negeri 2 Semarang, (Artikel Pdf 2009, Di Akses
Tanggal 19 Desember 2018, Pukul 19.31 WITA)
Hadriyana Andri. 2015. Implementasi
Gogle Classroom Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di Sekolah.
Karya Tulis Ilmiah, SMA Negeri 1 Losari. Cirebon 59
s
Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan
Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan
Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan
Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan
Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan
Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya Bandung:
PT Remaja Rosdakarya 61
[1] Rayandra Asyhar, Kreatif
Mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press
Jakarta,2011) h.2-5
[2]Arif S.Sadiman, Dkk, Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan
Dan Pemanfaatannya (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h.190
[3] Nur Hadi, Pelaksanaan
Pembelajaran PAI Berbasis ICT Di SMP Negeri 2 Semarang, (Artikel Pdf
2009, Di Akses Tanggal 19 Desember 2018, Pukul 19.31 WITA) h.6
[4] Nunuk Suryani, Achmad Setiawan Dan Aditin Putria, Media Pembelajaran Nomatif Dan
Pengembangannya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018) h.4-5
[5] Andri Hardiyana. Implementasi
Gogle Classroom Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di
Sekolah. Karya Tulis Ilmiah, SMA Negeri 1 Losari. Cirebon:2015
[6] Suharsimi Arikunto,
Penelitian Tindakan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h.16
[7] Zainal Aqib, Penelitian
Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2009), h. 31