Rabu, 11 Januari 2023

JURNAL PENELITIAN; PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN GOOGLE CLASSROOM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 KUPANG



 PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN GOOGLE CLASSROOM

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 4 KUPANG

 

Oleh : Abdulchalid Badarudin, S.Ag, M.PdI

 

ABSTRAK

 

 

Penelitian ini membahas tentang penggunaan media pembelajaran google classroom pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi mempertahankan kejujuran sebagai cermin kepribadian dengan masalah: Bagaimana penggunaan Media Pembelajaran Google Classroom untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII/A pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Kupang.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), tindakan penelitian menggunakan II siklus, setiap siklus 2 kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII/A. Objek penelitian yaitu Pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan media aplikasi google classroom. Data diperoleh dari lembar observasi dan tes tertulis.

Hasil penelitian pada setiap siklus dengan menggunakan media google classroom telah mengalami peningkatan, hal ini terbukti dengan nilai rata-rata yang didapat pada pra siklus 52,37, siklus I 70,19 dan pada siklus II 83,73. Dengan nilai rata-rata di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran google classroom dalam meningkatkan hasil belajar dapat dikatakan berhasil.

Kata kunci: PAI , Google Classroom, Penelitian Tindakan Kelas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

 


Secara histori, penggunaan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran sudah melewati perjalanan cukup panjang. Sejak ditemukannya radio pada tahun 1930an, muncul gerakan audiovisual education yang menekankan pentingnya penggunaan audiovisual dalam pembelajaran. Dari saat itu, mulai dikenal audiovisual aids (AVA) yaitu alat peraga atau media yang menyajikan materi dalam bentuk visual dan audiovisual untuk memperjelas apa yang disampaikan guru kepada peserta didik. jadi peranan AVA di sini untuk membantu guru menyampaikan pelajaran kepada peserta didik agar pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, karena itu juga disebut teaching aids (alat bantu guru untuk mengajar). Alat bantu guru dalam konsepsi pengajaran visual adalah setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada peserta didik. Media merupakan komponen sangat penting dalam suatu proses komunikasi, pesan yang disalurkan melalui suatu media oleh sumber/pengirim pesan akan dapat dikomunikasikan kepada sasaran penerima atau receiver apabila terdapat daerah lingkup pengalaman (area of experience) yang sama antara sumber pesan (source) dan penerima pesan (receiver). The association for educational communication and technology (AECT) menyatakan bahwa media adalah apa saja yang digunakan untuk menyalurkan informasi.[1]

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa[2]. Penggunaan istilah pembelajaran sebagai pengganti istilah lama proses belajar mengajar (PBM) tidak hanya sekedar mengubah istilah melainkan merubah peran guru dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya mengajarkan melainkan membelajarkan peserta didik agar mau belajar. Tugas guru dalam proses pembelajaran disamping

menyampaikan informasi, ia juga bertugas mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, menyeleksi materi ajar, mengsuvervisi kegiatan belajar, menstimulasi kegiatan belajar peserta didik, memberikan bimbingan belajar, mengembangkan dan menggunakan strategi dan metode.

Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa atau juga antara kelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap serta memantapkan apa yang dipelajarinya itu, atau dengan kata lain, pembelajaran adalah aktifitas yang terdiri dari dua prosesyaitu belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar rmerupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.[3]

Berdasarkan pengertian yang sudah dikemukakann sebelumnya, media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar disengaja, bertujuan, dan terkendali. Secara sederhana media pembelajaran atau media for learning menitikberatkan, pada pembelajaran menggunakan media dan instrument/alat yang digunakan sebagai media penyampaian materi ajar, sedangkan media education lebih kepada belajar dan pembelajaran tentang media sebagai objek/materi ajar.

Istilah media pembelajaran dalam berbagai litelatur sering kali diartikan dengan media for learning dan dikaitkan dengan media education. Namun secara konsep keduanya memiliki perbedaan mendasar. Guru dan calon guru hendaknya memahami hubungan media dan pembelajaran. Ketika seorang pengajar memahami hubungan antara proses kognitif dan media seperti apa yang sesuai dengan karakteristik lingkungan tertentu, maka secara tidak langsung dapat menentukan media apa yang harus kita buat dan gunakan dalam pembelajaran, tentunya didasari oleh teori media terkait dengan proses kognitif dan sosial sehingga terbentuknya pengetahuan siswa yang baik.[4]

Google Classroom adalah aplikasi yang dikhususkan untuk media pembelajaran Online atau istilahnya adalah kelas online sehingga dapat memudahkan guru dalam membuat, membagikan serta mengelompokkan setiap tugas tanpa menggunakan kertas lagi. Penggunaan Google Classroom akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif terlebih lagi guru dan siswa bisa setiap saat bertatap muka melalui kelas Google Classroom. Dan banyak juga siswa nantinya dapat belajar, menyimak, membaca, mengirim tugas, dari jarak jauh.[5]

Google Clasroom adalah aplikasi yang dikhususkan untuk media pembelajaran online atau istilahnya adalah kelas online sehingga dapat memudahkan guru dalam

membuat, membagikan serta mengelompokkan setiap tugas tanpa menggunakan kertas lagi. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah dampak pandemi Covid-19 yang kini mulai merambah ke dunia pendidikan, sehingga pemerintah berupaya untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan. Selain itu pemerintah juga membatasi aktivitas manuasi diluar rumah upaya membatasi antar banyak orang hal itu bertujuan untuk pemutus rantai penyebaran Covid-19. Dengan adanya kebijakan tersebut sekolah menerapkan kegiatan belajar mengajar dari jarak jauh atau pembelajaran daring.

Sesuai petunjuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menerbitkan Surat Edaran No. 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-19 yang dikeluarkan pada tanggal 24 Maret 2020. Seperti yang telah dijalankan saat ini, pembelajaran dilakukan secara daring atau dari rumah untuk seluruh siswa hingga mahasiswa karena adanya pembatasan sosial sebagai upaya untuk mengatasi atau setidaknya memperkecil angka penyebaran virus corona. Sering mengakibatkan proses pembelajaran yang awalnya tatap muka menjadi pembelajaran secara daring. Dengan adanya pembelajaran online guru-guru dan siswa harus bisa memanfaatkan teknologi untuk melangsungkan dalam kegiatan pembelajaran setiap harinya.

Dilihat dari perkembangan zaman sekarang ini tidak lepas dari Teknologi Informasi (TI) yang juga semakin berkembang. Teknologi informai dan komunikasi merupakan teknologi yang digunakan sebagai sarana informasi dan komunikasi antar individu. Selain itu dengan adanya pendemi Covid-19 yang sedang berlangsung, pelaksanaan proses pembelajaran membutuhkan pembelajaran daring. Guru yakni dituntut untuk menguasai teknologi supaya proses pembelajaran daring masa pendemi covid-19.

Aplikasi yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran online antara lain melalui berbagai ruang diskusi seperti google classroom, whatsaap, kelas cerdas,zennius, quipper dan microsoft. Selama pandemi Covid-19 pelaksanaan pembelajaran dilakukan dirumah atau online menjadi solusi terbaik. Salah satu media pembelajaran daring yang saat ini sedang berkembang dan mulai digunakan adalah Google Clasroom yaitu aplikasi khusus yang digunakan untuk pembelajaran daring yang dapat dilakukan dari jarak jauh sehingga memudahkan guru untuk membuat, mengelompokkan dan membagikan tugas selain itu guru dan siswa bisa setiap saat melakukan kegiatan pembelajaran melalui ruang kelas Google Classroom dan siswa nantinya juga dapat belajar, menyimak, membaca dan mengirim tugas dari jarak jauh. Dalam penggunaan aplikasi Google Classroom berisi layanan dan layanan lainnya, salah satunya dalam penggunaan Google Classroom dapat mengirimkan tugas berbentuk dokumen, photo, dan video pembelajaran kepada siswa yang berkaitan dengan tema berapa yang dikerjakan. Melakukan setiap penilaian dari tugas apa yang telah diberikan oleh guru, interaksi yang lancar antara guru dan siswa didalam kolom komentar, siswa-siswa juga bisa melakukan absen setiap pembelajaran dimulai, dan siswa mengirimkan tugas yang telah selesai dilaksanakan dan itupun nanti tersimpan di Google Driver dan tersusun rapi. Hal ini dapat dijadikan sebagai media pembantu pembelajaran Daring, karena Google Clasroom memiliki berbagai kelebihan dalam menciptakan pembelajaran yang mudah untuk digunakan dan untuk pengiriman tugasnya menjadi sistematis.

Adapun berdasarkan penelitian oleh Shampa Iftakhar topikmya Google Clasroom: What works and How? Menyertakan Google kelas membantu memantau pembelajaran siswa. Di Google Classsroom, pengajar dapat melihat semua aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Interakasi antara guru dan siswa, dan interaksi antara siswa dan guru terekam dengan baik. Pelaksanaan penggunaan Google Classroom dalam proses pembelajaran daring di berbagai Sekolah Dasar, diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang penggunaan Google Classsroom sebagai media pembelajaran. Salah satu implementasi penggunaan Google Classroom adalah SMP Negeri 4 Kupang. Di SMP Negeri 4 Kupang merupakan suatu lembaga pendidikan yang telah menggunakan Aplikasi Google Classroom saat pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19 ini, kegiatan pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19 menggunakan media e-learning di sekolah tersebut menggunakan aplikasi Google Classroom. Dalam proses pembelajaran siswa diberi penugasan oleh guru dan mengirimkan hasil tugasnya ke aplikasi Google Classroom, terlihat bahwa guru mengirimkan tugas-tugas tema, mengirim video pembelajaran sebagai media pembelajaran kepada siswa sehingga siswa langsung dapat memahami materi yang diberikan guru dan megirimkan hasil tugasnya ke Google Classroom. Google Classroom menjadi salah satu alternatif untuk membagikan materi dan soal-soal tanpa memakai cetak dan seluruh staf dewan guru di SMP Negeri 4 Kupang belajar menggunakan aplikasi Google Classroom sebagai bahan ajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana media pembelajaran google classroom dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4 Kupang.

 

 

 

 

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang dalam Bahasa Inggris PTK disebut (classroom action research (CAR).

Lokasi Penelitian di SMP Negeri 4 Kupang. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 25 Agustus- 27 Oktober 2021.

Subjek Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Kupang, yang berjumlah 27 siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Objek tindakan sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu Penelitian Tindakan Kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart.

 

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian PTK Model Kemmis dan Taggart[6]

Di mana di dalam satu siklus atau putaran dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sehingga belum tampak adanya perubahan hanya saja sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus.[7]

 

Tabel. 3.1

Jadwal Siklus I

 

Pertemuan ke-

Hari

Tanggal

Jam ke-

Pertama

Rabu

25 Agustus 2021

4-5

Kedua

Rabu

01 September 2021

4-5

 

Tabel. 3.2

Jadwal Siklus II

 

Pertemuan ke-

Hari

Tanggal

Jam ke-

Pertama

Rabu

8 September 2021

4-5



HASIL PENELITIAN

 

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

Sebelum penulis melaksanakan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan agar dalam penelitian berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga menjelaskan bahwa penelitian ini adalah jenis PTK di mana penulis akan mengajar langsung dengan meminta guru kolaboratif Bapak Marsel Lende, S.Pd menjadi pengamat yang nantinya akan mengamati langsung proses pembelajaran.

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran metode tanya jawab dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan penglolaan pembelajaran metode tanya jawab yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran metode tanya jawab dalam meningkatkan prestasi. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran metode tanya jawab.

 

Siklus I

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No.

Urut

Nilai

Keterangan

No. Urut

Nilai

Keterangan

T

TT

T

TT

1

60

12

60

2

70

13

80

3

70

14

70

4

60

15

80

5

80

16

70

6

80

17

90

7

70

18

60

8

70

19

60

9

60

20

70

10

80

21

70

11

50

22

60

Jlh

750

7

4

Jlh

770

8

3

Jumlah Skor 1520

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200

Rata-Rata Skor Tercapai 69,09

Keterangan:     

T       : Tuntas

TT     : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas            : 15

Jumlah siswa yang belum tuntas : 7

Klasikal                                        :

Belum tuntas                                  :

 

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

 

No

Uraian

Hasil

Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

69,09

15

68,18

 

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran metode tanya jawab diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa  dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan media pembelajaran Google Classroom.

 

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

 

Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No. Urut

Nilai

Keterangan

No. Urut

Nilai

Keterangan

 

T

TT

T

TT

 

1

60

12

90

 

2

80

13

80

 

3

80

14

80

 

4

90

15

80

 

5

90

16

80

 

6

60

17

60

 

7

80

18

80

 

8

70

19

70

 

9

60

20

60

 

10

80

21

80

 

11

90

22

80

 

Jlh

840

8

3

Jlh

840

9

2

 

Jumlah Skor 1680

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200

Rata-Rata Skor Tercapai 76,36

 

Keterangan:         

T             : Tuntas

TT           : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas                    : 17

Jumlah siswa yang belum tuntas         : 5

Klasikal                                               : Belum tuntas 

 

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No

Uraian

Hasil Siklus II

1

2

 

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

76,36

17

 

77,27

 

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran metode tanya jawab.

 

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

 

Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III

No. Urut

Nilai

Keterangan

No. Urut

Nilai

Keterangan

T

TT

T

TT

1

90

12

90

2

90

13

90

3

90

14

90

4

80

15

60

5

90

16

90

6

80

17

80

7

90

18

70

8

60

19

70

9

90

20

80

10

90

21

90

11

60

22

80

Jlh

910

9

2

Jlh

890

10

1

Jumlah Skor 1800

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200

Rata-Rata Skor Tercapai 81,82

Keterangan:     

T                        : Tuntas

TT                      : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas                    : 19

Jumlah siswa yang belum tuntas         : 3

Klasikal                                               : Tuntas 

 

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No

Uraian

Hasil Siklus III

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

81,82

19

86,36

 

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas).  Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran metode tanya jawab sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.

 

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran metode tanya jawab. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

 

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran metode tanya jawab dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran metode tanya jawab dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

 

B.   Pembahasan

1.   Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran metode tanya jawab memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2.   Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran metode tanya jawab dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3.   Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran agama Islam pada pokok bahasan mengarang yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah pembelajaran metode tanya jawab dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

 

KESIMPULAN        

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.      Pembelajaran dengan metode tanya jawab memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).

2.      Penerapan metode pembelajaran metode tanya jawab mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran metode tanya jawab sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.


 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 


Aqib Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

Arif S.Sadiman, Dkk. 2010, Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan Dan Pemanfaatannya (Jakarta: Rajawali Pers

Arikunto Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arikunto Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta

Ashar Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta

Asyhar Rayandra. 2011, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta

Hadi Nur. Pelaksanaan Pembelajaran PAI Berbasis ICT Di SMP Negeri 2 Semarang, (Artikel Pdf 2009, Di Akses Tanggal 19 Desember 2018, Pukul 19.31 WITA)

Hadriyana Andri. 2015. Implementasi Gogle Classroom Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di Sekolah. Karya Tulis Ilmiah, SMA Negeri 1 Losari. Cirebon 59

 

 

 

 

 

 

 

s

Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryani Nunuk, Achmad Setiawan Dan Aditin Putria. 2018. Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya Bandung: PT Remaja Rosdakarya 61



[1] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta,2011) h.2-5

[2]Arif S.Sadiman, Dkk, Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan Dan Pemanfaatannya (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h.190

[3] Nur Hadi, Pelaksanaan Pembelajaran PAI Berbasis ICT Di SMP Negeri 2 Semarang, (Artikel Pdf 2009, Di Akses Tanggal 19 Desember 2018, Pukul 19.31 WITA) h.6

[4] Nunuk Suryani, Achmad Setiawan Dan Aditin Putria, Media Pembelajaran Nomatif Dan Pengembangannya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018) h.4-5

[5] Andri Hardiyana. Implementasi Gogle Classroom Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di Sekolah. Karya Tulis Ilmiah, SMA Negeri 1 Losari. Cirebon:2015

[6] Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h.16  

[7] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2009), h. 31