ASESMEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Oleh: Abdulchalid Badarudin, S.Ag M.PdI
(GPAI SMP Negeri 4 Kupang)
Perkembangan penilaian hasil pembelajaran
siswa sejalan dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu
disebabkan penilaian merupakan salah satu komponen yang terkait langsung
dengan kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat atau suatu sistem rencana dan pengaturan
mengenai bahan pembelajaran yang dapat dipedomani dalam aktivitas belajar
mengajar. Intinya kurikulum adalah rencana pembelajaran.
Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dan berkaitan langsung dengan fungsi
kurikulum ini wajib memahaminya. (PP Nomor 4 tahun 2022). Untuk
mengukur kadar ketercapaian kurikulum di jenjang sekolah, khususnya yang
mencakup tujuan dan isi, penilaian terhadap capaian hasil pembelajaran harus
dilakukan.
Saat ini, kurikulum merdeka belajar baru
menjadi opsi dalam dunia pendidikan, karena Kemendikbudristek perlu melakukan
sosialisasi terlebih dahulu agar kurikulum merdeka ini dapat menjadi kurikulum
nasional. Sehingga kurikulum merdeka belajar ini tidak wajib diterapkan di
semua sekolah. Kemendikbudristek menjelaskan bahwa, tidak ada kriteria
khusus bagi satuan pendidikan yang ingin menerapkan kurikulum ini, berbeda hal
nya dengan kurikulum 2013 yang diprioritaskan pada sekolah yang memiliki
akreditasi A. Kemendikbudristek melakukan upaya perubahan kurikulum ini guna
mengatasi masalah yang ada.
Kurikulum merdeka belajar ini berfokus pada
pengembangan karakter, kompetensi peserta didik, serta untuk mengasah minat dan
bakat anak sedini mungkin. Sehingga lebih mengurangi jumlah materi yang
diberikan dan tugas yang mengharuskan siswa untuk menghafal.
Sedangkan, kurikulum 2013 berfokus pada
peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan
(skill), dan pengetahuan (knowledge). Selain itu, kurikulum 2013 berfokus pada
jurusan yang dipilih oleh peserta didik.
Perubahan kurikulum ini turut mengubah
paradigma kegiatan pembelajaran dan proses penilaian, baik yang menyangkut
tentang sistem, prinsip, pendekatan, maupun teknik dan bentuk penilaian
(Arifin, 2009:178). Penilaian dianggap baik ketika
siswa sepenuhnya menyadari kriteria penilaian dalam Kurikulum Merdeka, dan standar pencapaian yang menjadi dasar
penilaian kurikulum mereka. Penilaian dianggap ideal ketika siswa sepenuhnya
menyadari dan berpartisipasi dalam pengembangan kriteria dan standar pencapaian
yang menjadi dasar penilaian pekerjaan mereka. Kriteria penilaian dalam kurikulum merdeka dianggap lemah jika siswa tidak mengetahui
kriteria dan standar kinerja apa yang digunakan untuk menilai pekerjaannya.
Penilaian dianggap cukup jika siswa mengetahui beberapa kriteria dan standar
kinerja yang menjadi dasar penilaian pekerjaan mereka. Penilaian
dianggap baik ketika guru memantau kemajuan sekelompok siswa dalam kurikulum
menggunakan indikasi diagnostik terbatas untuk mendapatkan pengetahuan.
Penilaian dianggap ideal ketika guru secara aktif dan sistematis mengumpulkan
informasi diagnostik dari individu siswa tentang pemahaman mereka tentang
kemajuan belajar individu.
Dalam kurikulum merdeka,
satuan pendidikan dan pelatih dapat secara fleksibel menentukan jenis, teknik,
instrumen, dan waktu ujian berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran. Unit
pelatihan dan pelatih juga memiliki keleluasaan untuk menentukan strategi
pengolahan hasil penilaian sesuai kebutuhan.
Ada dua jenis penilaian (assessment)
dalam kurikulum merdeka, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Kedua
bentuk penilaian kurikulum mandiri ini memiliki perbedaan yang cukup mendasar,
meskipun sama-sama berfungsi untuk menilai pembelajaran (Permendikbudristek
Nomor 21 Tahun 2022). Penilaian merupakan bagian integral dari proses
pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran dan memberikan informasi yang
komprehensif sebagai umpan balik bagi guru, siswa dan orang tua, membimbing
mereka dalam menentukan strategi pembelajaran lebih lanjut. Ujian direncanakan
dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan ujian, sehingga teknik dan waktu ujian
dapat ditentukan secara fleksibel untuk mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif.
Untuk dapat melihat perkembangan hasil
belajar selama proses pembelajaran dilakukan melalui asesmen formatif yaitu
proses penilaian yang direncanakan sehingga menimbulkan bukti status siswa yang
digunakan oleh guru untuk menyesuaikan prosedur pembelajaran yang sedang
berlangsung serta untuk menyesuaikan taktik belajar siswa saat ini dan
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan menggunakan informasi tersebut untuk
memperbaiki, mengubah atau memodifikasi proses pembelajaran agar lebih efektif.
Dengan kata lain dengan informasi yang diperoleh, guru akan memperbaiki hal-hal
yang perlu diperbaiki, sedangkan yang tidak perlu diperbaiki perlu
dipertahankan dan ditingkatkan.
Hamid (2008:36) menemukan fakta bahwa sistem
penilaian yang digunakan dalam pembelajaran PAI masih didominasi dengan
penilaian paper and pencil test, sementara kinerja siswa maupun penilaian diri
oleh siswa tidak pernah dilakukan oleh guru. Pada hal, tujuan mata pelajaran PAI
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.22 Tahun 2006
tentang Standar Isi yang dipebaharui melalui melalui Permendikbudristek nomor 7
tahun 2022 adalah agar siswa memiliki kemampuan: (1) Membentuk sikap positif
terhadap PAI dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; (2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif,
terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain; (3)
Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji
hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan,
mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis; (4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam
berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip PAI
untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara
kualitatif maupun kuantitatif; (5) Menguasai konsep dan prinsip PAI serta
mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan tujuan mata pelajaran PAI
tersebut, jelas bahwa aspek psikomotor maupun aspek afektif justru sangat
penting untuk dinilai. Tanpa itu data yang dikumpulkan dalam penilaian menjadi
kurang lengkap dan tidak bermakna (Arifin, 2009:179). Hamid (2008:40) juga
menegaskan penilaian yang tidak menyeluruh mengakibatkan guru mengalami
kesulitan dalam pengambilan keputusan pada akhir semester khususnya dalam
pengisian rapor siswa.
Hasil belajar psikomotor pada mata pelajaran PAI
tidak dapat diabaikan karena berdasarkan hakikatnya PAI merupakan bidang ilmu
yang tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga merupakan serangkaian proses
ilmiah yang membutuhkan keaktifan bertindak atau hands-on (Yuliati, 2008:5).
Pengukuran aspek psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa
penampilan (Arikunto, 2010:182). Menurut Ryan (Haryati, 2008:26) salah satu
cara menilai kompetensi aspek psikomotor adalah melalui pengamatan langsung
serta penilaian tingkah laku (kinerja) siswa selama kegiatan pembelajaran
(praktek berlangsung).
Asesmen merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan dan pencapaian hasil
belajar peserta didik. Jenis asesmen sesuai fungsinya mencakup: asesmen sebagai
proses pembelajaran (assessment as Learning), asesmen untuk proses
pembelajaran (assessment for Learning), dan asesmen pada akhir proses
pembelajaran (assessment of learning). Selama ini pelaksanaan asesmen
cenderung berfokus pada asesmen sumatif yang dijadikan acuan untuk mengisi laporan
hasil belajar. Hasil asesmen belum dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk
perbaikan pembelajaran.
Pada kurikulum merdeka, guru Pendidikan Agama Islam diharapkan lebih berfokus pada
asesmen formatif dibandingkan sumatif dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk
perbaikan proses pembelajaran yang berkelanjutan.
Pada kurikulum merdeka guru Pendidikan Agama Islam diharapkan memberikan proporsi lebih banyak pada pelaksanaan
asesmen formatif daripada menitikberatkan orientasi pada asesmen
sumatif. Harapannya, ini akan mendukung proses penanaman kesadaran bahwa proses
lebih penting daripada sebatas hasil akhir.
Ada sejumlah perbedaan utama
antara penilaian formatif dan penilaian sumatif. Tabel di bawah ini menyajikan
beberapa perbedaan yang utama (Regier, 2012).
No |
Penilaian Formatif |
Penilaian Sumatif |
1. |
Dilakukan saat proses
pembelajaran unit/ bab/ kompetensi tertentu berlangsung |
Dilakukan pada akhir
pembelajaran unit/ bab/ kompetensi tertentu |
2. |
Bertujuan untuk mengetahui
perkembangan penguasaan peserta didik terhadap unit/ bab/ kompetensi yang
sedang dipelajari |
Bertujuan untuk mengetahui
pencapaian belajar peserta didik dari pembelajaran yang sudah berakhir |
3. |
Hasil digunakan untuk
dasar memperbaiki proses pembelajaran unit/ bab/ kompetensi yang sedng
dipelajari (agar pesera didik mencapai penguasaan yang optimal). |
Hasil merupakan bukti
mengenai apa yang dikuasai oleh peserta didik. |
4. |
Hasil penilaian formatif
tidak dipakai dalam menentukan nilai raport |
Hasil penilaian sumatif
digunakan untuk menentukan nilai raport, naik kelas atau tinggal kelas, dan
lulus atau tidak lulus. |
Asesmen Formatif
Penilaian atau asesmen formatif
bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau kesulitan yang
mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan informasi perkembangan peserta didik. Penilaian formatif dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Dalam satu kali tatap muka, penilaian formatif dapat dilakukan
lebih dari satu kali. Sebagai contoh, pada awal pembelajaran dengan menggunakan
teknik respon bersama (choral response) pendidik mengecek
penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan yang dipelajari pada pertemuan
sebelumnya. Di tengah pelajaran pendidik mengecek pemahaman peserta didik
terhadap apa yang sedang dipelajarinya hingga pertengahan jam pelajaran itu dengan
teknik bertanya. Selanjutnya, di akhir pelajaran pendidik menggunakan exit
slips untuk mengecek penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang
dipelajari hingga akhir pelajaran saat itu.
Berdasarkan data dari hasil
penilaian formatif pendidik dapat mengetahui bagian mana dari materi/kompetensi
yang telah dikuasai dan apakah masih ada bagian yang belum dikuasai dengan
baik. Selanjutnya pendidik langsung memutuskan tindakan yang perlu dilakukan,
misalnya mengulang pembelajaran pada bagian materi yang belum dikuasai peserta
didik dengan baik, memperbaiki pembelajaran yang sedang berlangsung dan/atau
merancang kegiatan pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil penilaian formatif
tersebut. Dengan demikian penilaian formatif menjadikan pembelajaran lebih berkualitas
dan lebih menjamin tercapainya tujuan pembelajaran bagi setiap peserta didik.
Agar penilaian formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan, perencanaan
penilaian formatif dibuat menyatu dengan perencanaan pembelajaran dalam modul
ajar.
Informasi tersebut merupakan umpan balik bagi peserta
didik dan juga pendidik.
Bagi peserta didik, asesmen formatif berguna untuk
berefleksi, dengan memonitor kemajuan belajarnya, tantangan yang
dialaminya, serta langkahlangkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus
capaiannya. Hal ini merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
Bagi pendidik, asesmen formatif berguna untuk
merefleksikan strategi pembelajaran yang digunakannya, serta untuk meningkatkan
efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga
memberikan informasi tentang kebutuhan belajar individu peserta didik yang
diajarnya.
Agar asesmen memberikan manfaat tersebut kepada
peserta didik dan pendidik, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan pendidik
dalam merancang asesmen formatif, antara lain sebagai berikut:
·
Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif
dirancang untuk tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya digunakan untuk
menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau
keputusan-keputusan penting lainnya.
·
Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau instrumen.
Suatu asesmen dikategorikan sebagai asesmen formatif apabila tujuannya adalah
untuk meningkatkan kualitas proses belajar.
·
Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu
kesatuan.
·
Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan
balik hasil asesmen tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
·
Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan
informasi kepada pendidik tentang kesiapan belajar peserta didik. Berdasarkan
asesmen ini, pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana pelaksanaan
pembelajarannya dan/ atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
·
Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang kekuatan,
hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan mengungkapkan cara
untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya atau performa yang diberi umpan
balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah angka.
Asesmen formatif dapat dilakukan di awal pembelajaran
dan selama proses pembelajaran. Maka untuk di awal pembelajaran maka dapat
dilakukan melalui asesmen diagnostik baik kognitif maupun non kognitf. Berikut
penjelasan mengenai asesmen diagnostik ini.
Asesmen Diagnotik
Asesmen diagnostik merupakan penilaian yang digunakan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik dalam menguasai materi atau
kompetensi tertentu serta penyebabnya. Hasil asesmen diagnostik dapat digunakan
sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan (intervensi) yang
tepat dan sesuai dengan kelemahan peserta didik.
Tujuan Asesmen Diagnostik
Secara umum, sesuai namanya
asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan
mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen
diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif. Tujuan dari
masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:
TUJUAN ASESMEN DIAGNOSTIK |
|
KOGNITIF |
NON KOGNITIF |
Mengidentifikasi
capaian kompetensi peserta didik, |
Mengetahui kesejahteraan
psikologi dan sosial emosi siswa, |
Menyesuaikan
pembelajaran di kelas dengan kompetensi rerata siswa |
Mengetahui aktivitas siswa selama belajar dirumah |
Memberikan kelas
remedial atau pelajaran tambahan pada siswa yang nilainya di bawah rerata |
Mengetahui kondisi keluarga siswa,
|
Mengetahui gaya/cara belajar siswa, |
|
Mengetahui minat dan bakat siswa, |
|
Mengetahui kegemaran siswa, |
|
Mengetahui siswa berkebutuhan khusus, rusak pendengaran, rabun jauh,
sulit kosentrasi/fokus, kurang percaya diri, masa bodoh, kesulitan memahami
materi, |
|
Mengetahui kesulitan belajar siswa |
|
Mengetahui Peserta didik dengan pencapaian tinggi, mencerna dan
memahami dengan cepat, mampu mencapai keterampilan berfikir aras tinggi
(HOTS), dan memiliki keterampilan memimpin |
|
Mengetahui latar belakang pergaulan siswa, |
|
Mengetahui karakter siswa. |
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam asesmen diagnostic
adalah angket,
wawancara, studi kasus, pengamatan.
Asesmen Diagnostik
Kurikulum Merdeka merupakan kegiatan yang dilakukan pendidik sebelum menyusun
pembelajaran. Cara menyusun dan melaksanakannya dituangkan di panduan
pembelajaran dan asesmen yang dikeluarkan oleh Pusasjar. Pusasjar atau Pusat
Asesmen dan Pembelajaran di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan dan
Perbukuan Kemendikbudristek. Balitbangbuk sudah bubar dan diganti dengan Badan
Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP).
Tujuan
Asesmen Diagnostik Kurikulum Merdeka
Asesmen diagnostik
bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik.
Hasilnya digunakan pendidik sebagai rujukan dalam merencanakan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik.
Dalam kondisi tertentu,
informasi terkait latar belakang keluarga, kesiapan belajar, motivasi belajar,
minat peserta didik, dll, dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam
merencanakan pembelajaran.
Tahapan
penyusunan asesmen diagnostik kurikulum merdeka
Asesmen diagnostik
kurikulum merdeka dapat disusun dengan tahapan berikut:
1. Menganalisis
laporan hasil belajar (rapor) peserta didik tahun sebelumnya.
2. Mengidentifikasi
kompetensi yang akan diajarkan.
3. Menyusun
instrumen asesmen untuk mengukur kompetensi peserta didik. Instrumen asesmen
yang dapat digunakan antara lain yaitu:
·
Tes tertulis/lisan dan/atau
·
Keterampilan (produk, praktik)
·
Observasi
4. Bila
diperlukan menggali informasi peserta didik dalam aspek: Latar belakang
keluarga, motivasi, minat, sarana dan prasarana belajar, serta aspek lain
sesuai kebutuhan peserta didik/sekolah.
5. Pelaksanaan
Asesmen dan pengolahan hasil.
6. Hasil
diagnosis menjadi data/informasi untuk merencanakan pembelajaran sesuai tahap
capaian dan karakteristik peserta didik.
Waktu
Pelaksanaan
Pendidik dapat melaksanakan
asesmen diagnostik sesuai kebutuhan, misalnya sebagai berikut:
1. Pada
awal tahun pelajaran
2. Pada
awal lingkup materi
3. Sebelum
menyusun modul ajar secara mandiri
Tahapan
melaksanakan asesmen diagnostik non-kognitif adalah:
1.
Persiapan
2.
Pelaksanaan
3.
Tindak Lanjut
INSTRUMEN DIAGNOSTIK
NON KOGNITIF (GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK)
Petunjuk
Pengerjaan:
Baca dengan seksama urian kuisioner di bawah ini, Pilihlah
salah satu jawaban A/B/C sesuai dengan kecenderungan Anda
Naskah
Soal:
Nama Peserta Didik |
: |
…. |
Kelas |
: |
…. |
No. Absen |
: |
…. |
Hari/Tgl |
: |
…. |
KUISIONER |
PILIHAN
JAWABAN |
|
No |
|
|
1. |
Ketika
berbicara, kecenderungan gaya bicara saya…. A.
Cepat B.
Berimana C.
Lambat |
|
2. |
Saya…. A.
Mampu merencanakan dan mengatur kegiatan
jangka Panjang dengan baik. B.
Mampu mengulang dan menirukan nada, perubahan,
dan warna suara. C.
Mahir dalam mengerjakan puzzle, teka-teki,
Menyusun potongan-potongan gambar |
|
3.
|
Saya
dapat mengingat dengan baik informasi yang…. A.
Tertulis di papan tulis atau yang diberikan
melalui tugas membaca. B.
Disampaikan
melalui penjelasan guru, diskusi, atau rekaman C.
Didberikan dengan cara menuliskan
berkali-kali. |
|
4.
|
Saya
menghafal sesutu…. A.
Dengan membayangkannya B.
Dengan mengucapkannya denga suara yang keras C.
Sambal berjalan dan melihat-lihat keadaan
sekeliling. |
|
5.
|
Saya
merasa sulit…. A.
Mengingat perintah lisan kecuali jika
dituliskan B.
Menulis tetapi pandai bercerita C.
Duduk tenang untuk waktu yang lama |
|
6.
|
Saya
lebih suka…. A.
Membaca daripada dibacakan B.
Mendengar daripada membaca C.
Menggunakan model dan praktek atau praktikum |
|
7. |
Saya
suka…. A.
Mencoret-coret selama menelepon, mendengarkan
music, atau menhhadiri rapat B.
Membaca kras-keras dan mendengarkan
music/pembicaraan C.
Mengetuk-ngetuk pena, jari, atau kaki saat
mendengarkan music/pembicaraan |
|
8. |
Saya
lebih suka melakukan…. A.
Demontrasi daripada berpidato B.
Diskusi dan berbicara Panjang lebar C.
Berolahraga dan kegiatan fifik lainnya |
|
9.
|
Saya
lebih menyukai…. A.
Seni rupa daripada music B.
Music dari seni rupa C.
Olahraga dan kegiatan fisik lainnya |
|
10. |
Ketika
mengerjakan sesuatu, saya selalu…. A.
Mengikuti petunjuk dan gambar yang disediakan B.
Membicarakan dengan orang lain atau berbicara
sendiri keras-keras C.
Mencari tah cara kerjanya sambal
mengerjakannya |
|
11. |
Kosentrasi
saya tergantung oleh…. A.
Ketidakaturan atau Gerakan B.
Suara atau keributan C.
Kegiatan di sekeliling |
|
12. |
Saya
lebih mudah belajar melalui kegiatan…. A.
Membaca B.
Mendengarkan dan berdiskusi C.
Praktek atau praktikum |
|
13. |
Saya
berbicara dengan…. A.
Singkat dan tidak senang mendengarkan
pembicaraan Panjang B.
Cepat dan senang mendengarkan C.
Menggunkanan isyarat tubuh dan Gerakan-gerakan
ekspresi |
|
14. |
Untuk
mengetahui suasana hati seseorang, saya…. A.
Melihat ekspresi wajahnya B.
Mendengarkan nada suara C.
Memperhatikan gerakkan badannya |
|
15 |
Untuk
mengisi waktu luang, saya lebih suka…. A.
Menonton televisi atau menyaksikan
pertunjukkan B.
Mendengarkan radio, music, atau membaca C.
Melakukan permainan atau bekerja dengan
menggunakan tangan |
|
16. |
Ketika
mengerjakan sesuatu kepada orang lain, saya lebih suka…. A.
Menunjukkannya B.
Menceritakannya C.
Mendemonstrasikannya dan meminta mereka untuk
mencobanya. |
|
LEMBAR ANALISIS DAN
REKOMENDASI
Nama
Peserta Didik |
: |
…. |
|
NIS |
: |
…. |
|
KELAS |
: |
…. |
|
|
|||
Skor yang diperoleh |
Jumlah
Jawaban A |
:
…… |
|
Jumlah
Jawaban B |
:
…… |
||
Jumlah
Jawaban C |
:
…… |
||
Kesimpulan
Hasil Tes dan Rekomendasi |
|||
Apabila
jawaban yang paling banyak adalah A |
Memiliki
kecenderungan gaya belajar VISUAL, dan
akan mencapai prestasi belajar yang optimal apabila memanfaatkan kemampuan
visual. |
||
Apabila
jawaban yang paling banyak adalah B |
Memiliki
kecenderungan gaya belajar AUDITORI, dan
akan mencapai prestasi belajar yang optimal apabila mempelajari materi dengan
mendengarkan baik melalui penjelasan langsung dari guru, diskusi dengan guru
dan teman, maupun melalui rekaman materi. |
||
Apabila
jawaban yang paling banyak adalah C |
Memiliki
kecenderungan gaya belajar KINESTETIK, dan
akan mencapai prestasi belajar yang optimal apabila terlibat langsung secara
fisik dalam kegiatan belajar dan mengajar. Harus mampu mengutak-atik dan
memanipulasi materi atau media yang digunakan dalam memahami materi. |
||
Apabila
jawaban A dan B sama banyak |
Memiliki
gabungan gaya belajar VISUAL dan AUDITORI, Ada hal tertentu akan
efektif jika menggunakan gaya belajar Visual, dan ada hal lain yang akan
efektif jika menggunakan gaya belajar Auditori. Bahkan kadang jika kedua gaya
belajar digunakan akan lebih optimal. |
||
Apabila
jawaban A dan C sama banyak |
Memiliki
gabungan gaya belajar VISUAL dan KINESTETIK, Ada hal tertentu akan
efektif jika menggunakan gaya belajar Visual, dan ada hal lain yang akan
efektif jika menggunakan gaya belajar Kinestetik. Bahkan kadang jika kedua
gaya belajar digunakan akan lebih optimal. |
||
Apabila
jawaban B dan C sama banyak |
Memiliki
gabungan gaya belajar AUDITORI dan KINESTETIK, Ada hal tertentu akan
efektif jika menggunakan gaya belajar Auditori, dan ada hal lain yang akan
efektif jika menggunakan gaya belajar Kinestetik. Bahkan kadang jika kedua
gaya belajar digunakan akan lebih optimal. |
||
Asesmen Sumatif
Asesmen sumatif mempunyai beberapa konsep seperti pada uraian berikut:
1. Metode evaluasi yang dilakukan
di akhir pembelajaran.
2. Asesmen sumatif seringkali
memiliki taruhan tinggi karena berpengaruh terhadap nilai akhir murid sehingga
sering diprioritaskan murid daripada asesmen formatif.
3. Umpan balik dari asesmen hasil
akhir ini (sumatif) dapat digunakan untuk mengukur perkembangan murid untuk
memandu guru dan sekolah merancang aktivitas mereka untuk projek berikutnya.
Tujuan dan Fungsi Asesmen Sumatif
Penilaian
atau asesmen sumatif pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran
dan/atau CP peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau
kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar peserta
didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik
dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Sementara itu, pada pendidikan
anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui capaian perkembangan
peserta didik dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kenaikan kelas
atau kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan
laporan pencapaian pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:
a.
alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam
satu atau lebih tujuan pembelajaran di periode tertentu;
b.
mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria
capaian yang telah ditetapkan; dan
c.
menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang
berikutnya.
Asesmen
sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu
lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada
akhir semester dan pada akhir fase; khusus asesmen pada akhir semester, asesmen ini bersifat pilihan. Jika
pendidik merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi tambahan untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, maka dapat melakukan asesmen
pada akhir semester.
Sebaliknya,
jika pendidik merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak perlu melakukan asesmen pada akhir
semester. Hal yang perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif,
pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya
berupa tes, namun dapat menggunakan observasi dan performa (praktik,
menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat portofolio).
Contoh Bentuk Asesmen Formatif dan Sumatif
1. Contoh bentuk asesmen tidak tertulis
a. Diskusi kelas
·
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi murid di depan publik dan
mengemukakan pendapat.
·
Melatih murid untuk belajar berdemokrasi, mendengarkan dan menerima
pendapat orang lain yang mungkin berbeda dengannya, juga merespons pendapat
tersebut dengan cara yang sopan dan simpatis.
b. Produk
·
Membuat model miniatur 3 dimensi (diorama), produk digital, produk seni,
dll.
·
Mengembangkan kreativitas.
·
Menanamkan pengertian mengenai sebuah peristiwa
c. Drama
·
Mengembangkan kemampuan seni peran dan berkomunikasi murid.
·
Mendorong murid untuk melihat sebuah masalah dari perspektif yang berbeda
sehingga dapat menumbuhkan jiwa empati dan berpikiran kritis murid.
d. Presentasi
·
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
·
Mendorong murid untuk memahami topik presentasi dengan mendalam
e. Tes Lisan
·
Kuis tanya jawab secara lisan
·
Mengonfirmasi pemahaman murid
·
Menerapkan umpan balik
2. Contoh
bentuk asesmen tertulis
a. Refleksi
·
Melatih murid untuk berperan aktif dalam mengevaluasi pembelajaran mereka
sendiri dan memikirkan bagaimana cara mereka dapat memperbaiki diri.
·
Hasil refleksi ini dapat digunakan guru untuk melihat sisi lain proses
pembelajaran murid
b. Esai
·
Mengasah keterampilan menulis akademis murid, seperti mengembangkan
argumen, menyajikan bukti, mencari sumber terpercaya untuk mendukung argumen,
dan menggunakan referensi dengan tepat.
·
Mengembangkan cara berpikir kritis dan daya analisis murid.
c. Jurnal
·
Melatih kemampuan murid untuk mengorganisasi dan mengekspresikan
ide/pemikiran mereka dalam bentuk tulisan.
·
Biasanya ditulis dengan bahasa yang kurang formal sehingga memberikan murid
kebebasan berpikir kreatif.
·
Menjadi alat untuk murid merefleksikan perkembangan mereka secara
berkesinambungan.
d. Poster
·
Mendorong kemampuan murid untuk mengeksplorasi topik dan mengkomunikasikan
pemahaman mereka dengan cara semenarik mungkin
e. Tes
Tertulis
·
Kuis pilihan ganda
·
Kuis pertanyaan
·
Menerapkan umpan balik
Sumber:
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Kepmendikbudristek Nomor 262 tahu 2022 Perubahan No. 56 2022
Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pemulihan Pembelajaran.
Permendikbudristek Nomor
7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.
Permendikbudristek Nomor
21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Permendikbudristek
Nomor 16 Tahun 2022 Tentang Standar Proses pada PAUD dan Dikdasmen
Kemdikbud. 2020. Buku Saku Asesmen Diagnosis Kognitif.
Jakarta. Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan
dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Penulis; Abdulchalid Badarudin, S.Ag, M.PdI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar