Rabu, 11 Januari 2023

 


ASESMEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh: Abdulchalid Badarudin, S.Ag M.PdI

(GPAI SMP Negeri 4 Kupang)

Perkembangan penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat atau suatu sistem rencana dan pengaturan mengenai bahan pembelajaran yang dapat dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar. Intinya kurikulum adalah rencana pembelajaran. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dan berkaitan langsung dengan fungsi kurikulum ini wajib memahaminya. (PP Nomor 4 tahun 2022). Untuk mengukur kadar ketercapaian kurikulum di jenjang sekolah, khususnya yang mencakup tujuan dan isi, penilaian terhadap capaian hasil pembelajaran harus dilakukan.

Saat ini, kurikulum merdeka belajar baru menjadi opsi dalam dunia pendidikan, karena Kemendikbudristek perlu melakukan sosialisasi terlebih dahulu agar kurikulum merdeka ini dapat menjadi kurikulum nasional. Sehingga kurikulum merdeka belajar ini tidak wajib diterapkan di semua sekolah.  Kemendikbudristek menjelaskan bahwa, tidak ada kriteria khusus bagi satuan pendidikan yang ingin menerapkan kurikulum ini, berbeda hal nya dengan kurikulum 2013 yang diprioritaskan pada sekolah yang memiliki akreditasi A. Kemendikbudristek melakukan upaya perubahan kurikulum ini guna mengatasi masalah yang ada.

Kurikulum merdeka belajar ini berfokus pada pengembangan karakter, kompetensi peserta didik, serta untuk mengasah minat dan bakat anak sedini mungkin. Sehingga lebih mengurangi jumlah materi yang diberikan dan tugas yang mengharuskan siswa untuk menghafal. 

Sedangkan, kurikulum 2013 berfokus pada peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Selain itu, kurikulum 2013 berfokus pada jurusan yang dipilih oleh peserta didik. 

Perubahan kurikulum ini turut mengubah paradigma kegiatan pembelajaran dan proses penilaian, baik yang menyangkut tentang sistem, prinsip, pendekatan, maupun teknik dan bentuk penilaian (Arifin, 2009:178). Penilaian dianggap baik ketika siswa sepenuhnya menyadari kriteria penilaian dalam Kurikulum Merdeka, dan standar pencapaian yang menjadi dasar penilaian kurikulum mereka. Penilaian dianggap ideal ketika siswa sepenuhnya menyadari dan berpartisipasi dalam pengembangan kriteria dan standar pencapaian yang menjadi dasar penilaian pekerjaan mereka. Kriteria penilaian dalam kurikulum merdeka dianggap lemah jika siswa tidak mengetahui kriteria dan standar kinerja apa yang digunakan untuk menilai pekerjaannya. Penilaian dianggap cukup jika siswa mengetahui beberapa kriteria dan standar kinerja yang menjadi dasar penilaian pekerjaan mereka. Penilaian dianggap baik ketika guru memantau kemajuan sekelompok siswa dalam kurikulum menggunakan indikasi diagnostik terbatas untuk mendapatkan pengetahuan. Penilaian dianggap ideal ketika guru secara aktif dan sistematis mengumpulkan informasi diagnostik dari individu siswa tentang pemahaman mereka tentang kemajuan belajar individu.

Dalam kurikulum merdeka, satuan pendidikan dan pelatih dapat secara fleksibel menentukan jenis, teknik, instrumen, dan waktu ujian berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran. Unit pelatihan dan pelatih juga memiliki keleluasaan untuk menentukan strategi pengolahan hasil penilaian sesuai kebutuhan.

Ada dua jenis penilaian (assessment) dalam kurikulum merdeka, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Kedua bentuk penilaian kurikulum mandiri ini memiliki perbedaan yang cukup mendasar, meskipun sama-sama berfungsi untuk menilai pembelajaran (Permendikbudristek Nomor 21 Tahun 2022). Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran dan memberikan informasi yang komprehensif sebagai umpan balik bagi guru, siswa dan orang tua, membimbing mereka dalam menentukan strategi pembelajaran lebih lanjut. Ujian direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan ujian, sehingga teknik dan waktu ujian dapat ditentukan secara fleksibel untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Untuk dapat melihat perkembangan hasil belajar selama proses pembelajaran dilakukan melalui asesmen formatif yaitu proses penilaian yang direncanakan sehingga menimbulkan bukti status siswa yang digunakan oleh guru untuk menyesuaikan prosedur pembelajaran yang sedang berlangsung serta untuk menyesuaikan taktik belajar siswa saat ini dan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki, mengubah atau memodifikasi proses pembelajaran agar lebih efektif. Dengan kata lain dengan informasi yang diperoleh, guru akan memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki, sedangkan yang tidak perlu diperbaiki perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

Hamid (2008:36) menemukan fakta bahwa sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran PAI masih didominasi dengan penilaian paper and pencil test, sementara kinerja siswa maupun penilaian diri oleh siswa tidak pernah dilakukan oleh guru. Pada hal, tujuan mata pelajaran PAI yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang dipebaharui melalui melalui Permendikbudristek nomor 7 tahun 2022 adalah agar siswa memiliki kemampuan: (1) Membentuk sikap positif terhadap PAI dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; (2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain; (3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; (4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip PAI untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif; (5) Menguasai konsep dan prinsip PAI serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan tujuan mata pelajaran PAI tersebut, jelas bahwa aspek psikomotor maupun aspek afektif justru sangat penting untuk dinilai. Tanpa itu data yang dikumpulkan dalam penilaian menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna (Arifin, 2009:179). Hamid (2008:40) juga menegaskan penilaian yang tidak menyeluruh mengakibatkan guru mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan pada akhir semester khususnya dalam pengisian rapor siswa.

Hasil belajar psikomotor pada mata pelajaran PAI tidak dapat diabaikan karena berdasarkan hakikatnya PAI merupakan bidang ilmu yang tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga merupakan serangkaian proses ilmiah yang membutuhkan keaktifan bertindak atau hands-on (Yuliati, 2008:5). Pengukuran aspek psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan (Arikunto, 2010:182). Menurut Ryan (Haryati, 2008:26) salah satu cara menilai kompetensi aspek psikomotor adalah melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku (kinerja) siswa selama kegiatan pembelajaran (praktek berlangsung).

Asesmen merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Jenis asesmen sesuai fungsinya mencakup: asesmen sebagai proses pembelajaran (assessment as Learning), asesmen untuk proses pembelajaran (assessment for Learning), dan asesmen pada akhir proses pembelajaran (assessment of learning). Selama ini pelaksanaan asesmen cenderung berfokus pada asesmen sumatif yang dijadikan acuan untuk mengisi laporan hasil belajar. Hasil asesmen belum dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran.

Pada kurikulum merdeka, guru Pendidikan Agama Islam diharapkan lebih berfokus pada asesmen formatif dibandingkan sumatif dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk perbaikan proses pembelajaran yang berkelanjutan.

Pada kurikulum merdeka guru Pendidikan Agama Islam diharapkan memberikan proporsi lebih banyak pada pelaksanaan asesmen formatif daripada menitikberatkan orientasi pada asesmen sumatif. Harapannya, ini akan mendukung proses penanaman kesadaran bahwa proses lebih penting daripada sebatas hasil akhir.

Ada sejumlah perbedaan utama antara penilaian formatif dan penilaian sumatif. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa perbedaan yang utama (Regier, 2012).

 

No

Penilaian Formatif

Penilaian Sumatif

1.

Dilakukan saat proses pembelajaran unit/ bab/ kompetensi tertentu berlangsung

Dilakukan pada akhir pembelajaran unit/ bab/ kompetensi tertentu

2.

Bertujuan untuk mengetahui perkembangan penguasaan peserta didik terhadap unit/ bab/ kompetensi yang sedang dipelajari

Bertujuan untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik dari pembelajaran yang sudah berakhir

3.

Hasil digunakan untuk dasar memperbaiki proses pembelajaran unit/ bab/ kompetensi yang sedng dipelajari (agar pesera didik mencapai penguasaan yang optimal).

Hasil merupakan bukti mengenai apa yang dikuasai oleh peserta didik.

4.

Hasil penilaian formatif tidak dipakai dalam menentukan nilai raport

Hasil penilaian sumatif digunakan untuk menentukan nilai raport, naik kelas atau tinggal kelas, dan lulus atau tidak lulus.

 

Asesmen Formatif

Penilaian atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau kesulitan yang mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan informasi perkembangan peserta didik. Penilaian formatif dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam satu kali tatap muka, penilaian formatif dapat dilakukan lebih dari satu kali. Sebagai contoh, pada awal pembelajaran dengan menggunakan teknik respon bersama (choral response) pendidik mengecek penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Di tengah pelajaran pendidik mengecek pemahaman peserta didik terhadap apa yang sedang dipelajarinya hingga pertengahan jam pelajaran itu dengan teknik bertanya. Selanjutnya, di akhir pelajaran pendidik menggunakan exit slips untuk mengecek penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang dipelajari hingga akhir pelajaran saat itu. 

Berdasarkan data dari hasil penilaian formatif pendidik dapat mengetahui bagian mana dari materi/kompetensi yang telah dikuasai dan apakah masih ada bagian yang belum dikuasai dengan baik. Selanjutnya pendidik langsung memutuskan tindakan yang perlu dilakukan, misalnya mengulang pembelajaran pada bagian materi yang belum dikuasai peserta didik dengan baik, memperbaiki pembelajaran yang sedang berlangsung dan/atau merancang kegiatan pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil penilaian formatif tersebut. Dengan demikian penilaian formatif menjadikan pembelajaran lebih berkualitas dan lebih menjamin tercapainya tujuan pembelajaran bagi setiap peserta didik. Agar penilaian formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan, perencanaan penilaian formatif dibuat menyatu dengan perencanaan pembelajaran dalam modul ajar.

Informasi tersebut merupakan umpan balik bagi peserta didik dan juga pendidik.

Bagi peserta didik, asesmen formatif berguna untuk berefleksi, dengan  memonitor kemajuan belajarnya, tantangan yang dialaminya, serta langkahlangkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus capaiannya. Hal ini merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Bagi pendidik, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang digunakannya, serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi tentang kebutuhan belajar individu peserta didik yang diajarnya.   

Agar asesmen memberikan manfaat tersebut kepada peserta didik dan pendidik, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan pendidik dalam merancang asesmen formatif, antara lain sebagai berikut:

·         Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif dirancang untuk tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya digunakan untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting lainnya.

·         Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau instrumen. Suatu asesmen dikategorikan sebagai asesmen formatif apabila tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar.

·         Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan.

·         Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan balik hasil asesmen tersebut dapat diperoleh dengan cepat.

·         Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan informasi kepada pendidik tentang kesiapan belajar peserta didik. Berdasarkan asesmen ini, pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana pelaksanaan pembelajarannya dan/ atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

·         Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang kekuatan, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya atau performa yang diberi umpan balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah angka.

Asesmen formatif dapat dilakukan di awal pembelajaran dan selama proses pembelajaran. Maka untuk di awal pembelajaran maka dapat dilakukan melalui asesmen diagnostik baik kognitif maupun non kognitf. Berikut penjelasan mengenai asesmen diagnostik ini.

 Asesmen Diagnotik

Asesmen diagnostik merupakan penilaian yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik dalam menguasai materi atau kompetensi tertentu serta penyebabnya. Hasil asesmen diagnostik dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan (intervensi) yang tepat dan sesuai dengan kelemahan peserta didik.

Tujuan Asesmen Diagnostik

Secara umum, sesuai namanya asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa.  Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif  dan asesmen diagnosis kognitif. Tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:

TUJUAN ASESMEN DIAGNOSTIK

KOGNITIF

NON KOGNITIF

Mengidentifikasi capaian kompetensi peserta didik,

Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa,

Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rerata siswa

Mengetahui aktivitas siswa selama belajar dirumah

Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan pada siswa yang nilainya di bawah rerata

Mengetahui kondisi keluarga siswa,

 

Mengetahui gaya/cara belajar siswa,

Mengetahui minat dan bakat siswa,

Mengetahui kegemaran siswa,

Mengetahui siswa berkebutuhan khusus, rusak pendengaran, rabun jauh, sulit kosentrasi/fokus, kurang percaya diri, masa bodoh, kesulitan memahami materi,

Mengetahui kesulitan belajar siswa

Mengetahui Peserta didik dengan pencapaian tinggi, mencerna dan memahami dengan cepat, mampu mencapai keterampilan berfikir aras tinggi (HOTS), dan memiliki keterampilan memimpin

Mengetahui latar belakang pergaulan siswa,

Mengetahui karakter siswa.

 

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam asesmen diagnostic adalah angket, wawancara, studi kasus, pengamatan.   

Asesmen Diagnostik Kurikulum Merdeka merupakan kegiatan yang dilakukan pendidik sebelum menyusun pembelajaran. Cara menyusun dan melaksanakannya dituangkan di panduan pembelajaran dan asesmen yang dikeluarkan oleh Pusasjar. Pusasjar atau Pusat Asesmen dan Pembelajaran di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbudristek. Balitbangbuk sudah bubar dan diganti dengan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP).

 

Tujuan Asesmen Diagnostik Kurikulum Merdeka

Asesmen diagnostik bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik. Hasilnya digunakan pendidik sebagai rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik.

Dalam kondisi tertentu, informasi terkait latar belakang keluarga, kesiapan belajar, motivasi belajar, minat peserta didik, dll, dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pembelajaran.

Tahapan penyusunan asesmen diagnostik kurikulum merdeka

Asesmen diagnostik kurikulum merdeka dapat disusun dengan tahapan berikut:

1.    Menganalisis laporan hasil belajar (rapor) peserta didik tahun sebelumnya.

2.    Mengidentifikasi kompetensi yang akan diajarkan.

3.    Menyusun instrumen asesmen untuk mengukur kompetensi peserta didik. Instrumen asesmen yang dapat digunakan antara lain yaitu:

·         Tes tertulis/lisan dan/atau

·         Keterampilan (produk, praktik)

·         Observasi

4.    Bila diperlukan menggali informasi peserta didik dalam aspek: Latar belakang keluarga, motivasi, minat, sarana dan prasarana belajar, serta aspek lain sesuai kebutuhan peserta didik/sekolah.

5.    Pelaksanaan Asesmen dan pengolahan hasil.

6.    Hasil diagnosis menjadi data/informasi untuk merencanakan pembelajaran sesuai tahap capaian dan karakteristik peserta didik.

Waktu Pelaksanaan

Pendidik dapat melaksanakan asesmen diagnostik sesuai kebutuhan, misalnya sebagai berikut:

1.    Pada awal tahun pelajaran

2.    Pada awal lingkup materi

3.    Sebelum menyusun modul ajar secara mandiri

Tahapan melaksanakan asesmen diagnostik non-kognitif adalah:

1. Persiapan

2. Pelaksanaan

3. Tindak Lanjut

 

 

INSTRUMEN DIAGNOSTIK

NON KOGNITIF (GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK)

 

Petunjuk Pengerjaan:

Baca dengan seksama urian kuisioner di bawah ini, Pilihlah salah satu jawaban A/B/C sesuai dengan kecenderungan Anda

Naskah Soal:

Nama Peserta Didik

:

….

Kelas

:

….

No. Absen

:

….

Hari/Tgl

:

….

 

KUISIONER

PILIHAN JAWABAN

No

 

 

1.

Ketika berbicara, kecenderungan gaya bicara saya….

A.    Cepat

B.    Berimana

C.    Lambat

 

2.

Saya….

A.    Mampu merencanakan dan mengatur kegiatan jangka Panjang dengan baik.

B.    Mampu mengulang dan menirukan nada, perubahan, dan warna suara.

C.    Mahir dalam mengerjakan puzzle, teka-teki, Menyusun potongan-potongan gambar

 

3.

Saya dapat mengingat dengan baik informasi yang….

A.    Tertulis di papan tulis atau yang diberikan melalui tugas membaca.

B.     Disampaikan melalui penjelasan guru, diskusi, atau rekaman

C.    Didberikan dengan cara menuliskan berkali-kali.

 

4.

Saya menghafal sesutu….

A.    Dengan membayangkannya

B.    Dengan mengucapkannya denga suara yang keras

C.    Sambal berjalan dan melihat-lihat keadaan sekeliling.

 

5.

Saya merasa sulit….

A.    Mengingat perintah lisan kecuali jika dituliskan

B.    Menulis tetapi pandai bercerita

C.    Duduk tenang untuk waktu yang lama

 

6.

Saya lebih suka….

A.    Membaca daripada dibacakan

B.    Mendengar daripada membaca

C.    Menggunakan model dan praktek atau praktikum

 

7.

Saya suka….

A.    Mencoret-coret selama menelepon, mendengarkan music, atau menhhadiri rapat

B.    Membaca kras-keras dan mendengarkan music/pembicaraan

C.    Mengetuk-ngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan music/pembicaraan

 

8.

Saya lebih suka melakukan….

A.    Demontrasi daripada berpidato

B.    Diskusi dan berbicara Panjang lebar

C.    Berolahraga dan kegiatan fifik lainnya

 

9.

Saya lebih menyukai….

A.    Seni rupa daripada music

B.    Music dari seni rupa

C.    Olahraga dan kegiatan fisik lainnya

 

10.

Ketika mengerjakan sesuatu, saya selalu….

A.    Mengikuti petunjuk dan gambar yang disediakan

B.    Membicarakan dengan orang lain atau berbicara sendiri keras-keras

C.    Mencari tah cara kerjanya sambal mengerjakannya

 

11.

Kosentrasi saya tergantung oleh….

A.    Ketidakaturan atau Gerakan

B.    Suara atau keributan

C.    Kegiatan di sekeliling

 

12.

Saya lebih mudah belajar melalui kegiatan….

A.    Membaca

B.    Mendengarkan dan berdiskusi

C.    Praktek atau praktikum

 

13.

Saya berbicara dengan….

A.    Singkat dan tidak senang mendengarkan pembicaraan Panjang

B.    Cepat dan senang mendengarkan

C.    Menggunkanan isyarat tubuh dan Gerakan-gerakan ekspresi

 

14.

Untuk mengetahui suasana hati seseorang, saya….

A.    Melihat ekspresi wajahnya

B.    Mendengarkan nada suara

C.    Memperhatikan gerakkan badannya 

 

15

Untuk mengisi waktu luang, saya lebih suka….

A.    Menonton televisi atau menyaksikan pertunjukkan

B.    Mendengarkan radio, music, atau membaca

C.    Melakukan permainan atau bekerja dengan menggunakan tangan

 

16.

Ketika mengerjakan sesuatu kepada orang lain, saya lebih suka….

A.    Menunjukkannya

B.    Menceritakannya

C.    Mendemonstrasikannya dan meminta mereka untuk mencobanya.

 

 

LEMBAR ANALISIS DAN REKOMENDASI

 

Nama Peserta Didik

:

….

NIS

:

….

KELAS

:

….

 

Skor yang diperoleh

Jumlah Jawaban A

: ……

Jumlah Jawaban B

: ……

Jumlah Jawaban C

: ……

Kesimpulan Hasil Tes dan Rekomendasi

Apabila jawaban yang paling banyak adalah A

Memiliki kecenderungan gaya belajar VISUAL,

dan akan mencapai prestasi belajar yang optimal apabila memanfaatkan kemampuan visual.

Apabila jawaban yang paling banyak adalah B

Memiliki kecenderungan gaya belajar AUDITORI,

dan akan mencapai prestasi belajar yang optimal apabila mempelajari materi dengan mendengarkan baik melalui penjelasan langsung dari guru, diskusi dengan guru dan teman, maupun melalui rekaman materi.

Apabila jawaban yang paling banyak adalah C

Memiliki kecenderungan gaya belajar KINESTETIK,

dan akan mencapai prestasi belajar yang optimal apabila terlibat langsung secara fisik dalam kegiatan belajar dan mengajar. Harus mampu mengutak-atik dan memanipulasi materi atau media yang digunakan dalam memahami materi.

Apabila jawaban A dan B sama banyak

Memiliki gabungan gaya belajar VISUAL dan AUDITORI, Ada hal tertentu akan efektif jika menggunakan gaya belajar Visual, dan ada hal lain yang akan efektif jika menggunakan gaya belajar Auditori. Bahkan kadang jika kedua gaya belajar digunakan akan lebih optimal.

Apabila jawaban A dan C sama banyak

Memiliki gabungan gaya belajar VISUAL dan KINESTETIK, Ada hal tertentu akan efektif jika menggunakan gaya belajar Visual, dan ada hal lain yang akan efektif jika menggunakan gaya belajar Kinestetik. Bahkan kadang jika kedua gaya belajar digunakan akan lebih optimal.

Apabila jawaban B dan C sama banyak

Memiliki gabungan gaya belajar AUDITORI dan KINESTETIK, Ada hal tertentu akan efektif jika menggunakan gaya belajar Auditori, dan ada hal lain yang akan efektif jika menggunakan gaya belajar Kinestetik. Bahkan kadang jika kedua gaya belajar digunakan akan lebih optimal.

 

Asesmen Sumatif

 

Asesmen sumatif mempunyai beberapa konsep seperti pada uraian berikut:

1.    Metode evaluasi yang dilakukan di akhir pembelajaran.

2.    Asesmen sumatif seringkali memiliki taruhan tinggi karena berpengaruh terhadap nilai akhir murid sehingga sering diprioritaskan murid daripada asesmen formatif. 

3.    Umpan balik dari asesmen hasil akhir ini (sumatif) dapat digunakan untuk mengukur perkembangan murid untuk memandu guru dan sekolah merancang aktivitas mereka untuk projek berikutnya.

  

Tujuan dan Fungsi Asesmen Sumatif

Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau CP peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Sementara itu, pada pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui capaian perkembangan peserta didik dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kenaikan kelas atau kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:

a.    alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu atau lebih tujuan pembelajaran di  periode tertentu;

b.    mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria capaian yang telah ditetapkan; dan

c.    menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang berikutnya.

 

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester dan pada akhir fase; khusus asesmen pada akhir semester, asesmen ini bersifat pilihan. Jika pendidik merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, maka dapat melakukan asesmen pada akhir semester.

Sebaliknya, jika pendidik merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak perlu melakukan asesmen pada akhir semester.  Hal yang perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif, pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya berupa tes, namun dapat menggunakan observasi dan performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat portofolio).

 

Contoh Bentuk Asesmen Formatif dan Sumatif

1.   Contoh bentuk asesmen tidak tertulis

a.   Diskusi kelas

·         Mengembangkan kemampuan berkomunikasi murid di  depan publik dan mengemukakan pendapat.

·         Melatih murid untuk belajar berdemokrasi, mendengarkan dan menerima pendapat orang lain yang mungkin berbeda dengannya, juga merespons pendapat tersebut dengan cara yang sopan dan simpatis.

b.   Produk

·        Membuat model miniatur 3 dimensi (diorama), produk digital, produk seni, dll.

·        Mengembangkan kreativitas.

·        Menanamkan pengertian mengenai sebuah peristiwa

c.   Drama

·        Mengembangkan kemampuan seni peran dan berkomunikasi murid.

·        Mendorong murid untuk melihat sebuah masalah dari perspektif yang berbeda sehingga dapat menumbuhkan jiwa empati dan berpikiran kritis murid.

d.   Presentasi

·         Mengembangkan kemampuan berkomunikasi 

·         Mendorong murid untuk memahami topik presentasi dengan mendalam

e.   Tes  Lisan

·         Kuis tanya jawab secara lisan

·         Mengonfirmasi pemahaman murid

·         Menerapkan umpan balik

 

2.  Contoh bentuk asesmen tertulis

a.     Refleksi

·         Melatih murid untuk berperan aktif dalam mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri dan memikirkan bagaimana cara mereka dapat memperbaiki diri. 

·         Hasil refleksi ini dapat digunakan guru untuk melihat sisi lain proses pembelajaran murid

b.     Esai

·         Mengasah keterampilan menulis akademis murid, seperti mengembangkan argumen, menyajikan bukti, mencari sumber terpercaya untuk mendukung argumen, dan menggunakan referensi dengan tepat. 

·         Mengembangkan cara berpikir kritis dan daya analisis murid.

c.     Jurnal

·         Melatih kemampuan murid untuk mengorganisasi dan mengekspresikan ide/pemikiran mereka dalam bentuk tulisan. 

·         Biasanya ditulis dengan bahasa yang kurang formal sehingga memberikan murid kebebasan berpikir kreatif. 

·         Menjadi alat untuk murid merefleksikan perkembangan mereka secara berkesinambungan.

d.     Poster

·         Mendorong kemampuan murid untuk mengeksplorasi topik dan mengkomunikasikan pemahaman mereka dengan cara semenarik mungkin

e.     Tes  Tertulis 

·         Kuis pilihan ganda

·         Kuis pertanyaan

·         Menerapkan umpan balik

 

Sumber:

Peraturan Pemerintah  Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Standar Nasional Pendidikan

Kepmendikbudristek Nomor 262 tahu 2022 Perubahan No. 56 2022 Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pemulihan Pembelajaran.

Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi.

Permendikbudristek Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Permendikbudristek Nomor 16 Tahun 2022 Tentang Standar Proses pada PAUD dan Dikdasmen

Kemdikbud. 2020. Buku Saku Asesmen Diagnosis Kognitif. Jakarta. Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

 

 

Penulis; Abdulchalid Badarudin, S.Ag, M.PdI

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar