“Hakekat
Pendidikan Islam”
Oleh: Abdulchalid Badarudin
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
KOSENTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN ISLAM
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan merupakan dasar manusia untuk memulai
hidup, sehingga menjadi komitmen bersama bahwa pendidikan sangat mempunyai
peran yang luhur dan agung. Sifat yang agung ini ditunjukkan dari peran
pendidikan yang dipahamai sebagai pemberian bekal peserta didik untuk
menghadapi masa depannya. Dalam lagu kebangsaan Indoneisia Raya salah satu
lirik lagunya menekankan “bangunlah jiwanya, bangunlah raganya” ini terbukti
secara komsuntif pendidikan sangant dibuthkan. Pendudikan merupakan peroses
untuk mendewasakan manusia atau kata lain pendidikan merupakan untuk
“memanusiakan manusia” Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang
secara normal dan sempurna sehingga dapat melaksanakan tugasnya sebagai
manusia.
Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tahu
menjadi tahu, dari perilaku buruk menjadi tabiak yang baik, pendidikan mengubah
semuanya. Begitu penting Pendidikan dalam Islam, sehingga menjadi kewajiban
perorangan.
Rasulullah
SAW bersabda :
طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya
: “menuntut Ilmu itu diwajibkan atas tiap orang islam” (HR. IbnuBarri)
Dalam
lingkup keluarga Allah SWT, berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6.

“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Bagaimana
caranya supaya diri dan keluarga kita selamat dari siksa api neraka. Atau
bagaimana diri dan keluarga kita tidak menjadi penghuni neraka? Caranya adalah
dengan mendidik keluarga kita secara benar sesuai anjuran pendidikan agama
Islam.
Begitu
juga secara kelembagaan, pendidikan pun suatu kewajiban bila kita perhatikan
dalam peroses belajar mengajar yang berlangsung dilembaga pendidikan Islam,
baik pendidikan formal maupun nonformal.
Pendidikan
jangan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai
merencanakan, mengorganisir, mengemas, melaksanakan serta mengefaluasi dan
menindaklajutinya secara bersinergi dan berkeseimbangan.
Berangkat
dari hal tersebut maka disusunlah makalah ini tentang hakekat pendidikan Islam
yang mencakup tetang Pengertian pendidikan islam, istilah yang di anggap
memiliki arti yang dekat dan tepat dengan pendidikan Islam yaitu, term
Tarbiyah, ta’lim dan ta’dib serta membahas fungsin pendidikan Islam bagi
kehidupan manusia dan tentang tujuan pendidikan islam.
1.2
Konteks Pembahasan
Konteks
pembahasan pada makalah ini adalah Hakekat Pendidikan Islam.
1.3 Rumusan
Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, kami mencoba
merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai kerangka acuan dalam
pembahasannya, sebagai berikut :
1.
Apa pengertian Pendidikan Islam?
2.
Bagaimana tugas dan fungsi Pendidikan
Islam?
3.
Apa hakekat Pendidikan Islam?
4.
Apa tugas pendidik menurut Filsafat
Pendidikan Islam?
1.4 Tujuan
Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
1.
Untuk mendeskripsikan pengertian
Pendidikan Islam.
2.
Untuk mendeskripsikan tugas dan fungsi
Pendidikan Islam.
3.
Untuk menggambarkan hakekat Pendidikan
Islam.
4.
Untuk menjelaskan tugas-tugas pendidik
menurut Filsafat Pendidikan Islam.
1.5 Kegunaan
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini,
penulis mempunyai sebuah harapan agar makalah ini kelak bisa berguna untuk
orang banyak, selain itu ada beberapa harapan penulis tentang kegunaan penulisan makalah ini di antaranya
sebagai berikut:
1. Untuk dunia
pendidikan; kiranya dapat
memperluas pengetahuan pembaca
tentang lingkungan eksternal lembaga
pendidikan Islam.
2. Untuk penulis; digunakan
untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dosen. Selain itu penulisan makalah ini untuk memperkaya pengetahuan bagi penulis.
1.6 Metodologi Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan sumber
data dari data-data kepustakaan (penelitian literatur) yang diperoleh dari
pelbagai literatur buku dan juga sumber data dari data-data yang diambil
melalui media internet.
Sedangkan dalam
metode penulisannya, penulis menggunakan berbagai metode adalah metode induktif, yakni pembahasan yang
dimulai dengan mengemukakan fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian dari
fakta-fakta tersebut dicari generalisasinya (kesimpulan yang bersifat
umum).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh
pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan
manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya. Yang
nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad saw, yaitu
menyempurnakan akhlaq yang mulia. Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan
kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang
sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah
mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan
pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan
pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmania juga harus berlangsung
secara bertahap. Oleh karena kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan dan pertumbuhan melalui proses demi proses kearah tujuan akhir
dari perkembangan tersebut. Beberapa
ahli pendidikan barat yang memberikan arti pendidikan adalah :
Mortimer
J. Adle mengartikan : Pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia
(bakat dan kemampuan yang diperolah) yang dapat mempengaruhi pembiasaan,
disempurnakan dengan pembiasaan–pembiasaan yang baik melalui sarana yang secara
artistik untuk mencapai tujuan.
Herman H. Horne berpendapat : Pendidikan harus
dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dan
berinteraksi dengan alam sekitar, dengan sesama manusia. William Mc Gucken, SJ.
Seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat, bahwa pendidikan diartikan oleh
ahli scholastic, sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemapuan
manusia baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan
atau untuk kepentingan individu atau social untuk mencapai tujuan akhir.
Bila definisi yang telah disebut di atas dikaitkan
dengan pendidikan Islam, akan kita ketahui bahwa pendidikan Islam lebih
menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangn hidup manusia. Pendidikan
Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- Syaebani, diartikan sebagai
usaha mengubah tingkah laku individu dalam hidup pribadinya atau hidup
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.
2.2
Tugas dan fungsi Pendidikan Islam
Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses yang
berlangsung secara kontiniu dan berkesinambuangan. Berdasarkan hal ini, maka
tugas dan fungsi yang perlu di emban oleh Pendidikan Islam pendidikan manusia
seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan
fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh
dan berkembang secara dinamis mulai dari kandungan hingga akhir hayat.
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing
dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap
kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Secara structural,
pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya
proses pendidikan, baik dalam dimensi vertical maupun horizontal. Sementara
secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang
berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman
yang terus berkembang.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan
dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu :
a.
Alat untuk memelihara, memperluas, dan
menghubungkan tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial,serata ide-ide
masyarakat dan nasional.
b.
Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi
dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu
pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga manusia (peserta
didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosialekonomi yang
demikian dinamis.
2.3
Dasar dan tujuan pendidikan Islam
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses
pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar
yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memeberikan arah bagi
pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang
menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan
kekuatan yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh
karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan hadist
(Sunnah Rasulullah). Dalam pendidikan Islam, Sunah Rasul mempunyai dua fungsi,
yaitu :
a.
Menjelaskan system pendidikan Islam yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat
didalamnya.
b.
Menyimpulkan metode pendidikan dari
kehidupan Rasullullah bersama sahabat.
Secara
lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa’Id Ismail Ali sebagaimana dikutip
langgulung terdiri dari 6 macam, yaitu; Al-Qur’an, sunnah,qaul al-shahabat,
masail al mursalah.’urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual Islam.
Dalam
perumusan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
a.
Tujuan dan tugas manusia di muka bumi,
baik secara vertical maupun horizontal.
b.
Sifat-sifat dasar manusia.
c.
Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban
kemanusiaan.
Dimensi-dimensi
kehidupan ideal Islam.
Dalam
aspek ini,ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu ;
a.
Mengandung nilai yang berupaya
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dibumi.
b.
Mengandung nilai yang mendorong manusia
berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.
c.
Mengandung nilai yang dapat memadukan
antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.
Faktor-faktor
pendidikan :
Menurut
Imam Sutari bahwa perbuatan mendidik dan didik memuat factor-faktor tertentu
yang mempengaruhi dan menentukan, beberapa diantara nya adalah :
a.
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai
b.
Adanya subjek manusia (pendidik dan anak
didik yang melakukan pendidikan)
c.
Hidup bersama dalam lingkungan tertentu
d.
Yang memungkinkan alat-alat tertentu
untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
2.4
Hakekat Pendidikan Islam
Pendidikan
merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture
serta transfer of religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan
manusia. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan
nilai-nilai Ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Al-Quran dan
as-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil).
Secara
semantik, pendidikan menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang
berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain.
Pengertian tersebut belum menunjukkan adanya program, sistem, dan metoda yang
lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran.
Dalam
term pendidikan Islam, sering dijumpai kata dalam bahasa arab tarbiyah
untuk menggantikan kata pendidikan dalam bahasa Indonesia. Selain
kata tarbiyah terdapat pula kata ta’lim (pengajaran) dan ta’dib yang ada ada
hubungannya dengan kata adab yang berarti sopan santun.
Ketiga
terma tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap terma
memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun secara kontekstual. Oleh karena
itu dibawah ini akan diuraikan secara singkat masing-masing term pendidikan
tersebut.
1. at-Tarbiyah
Istilah
at-Tarbiyah berasal dari kata Arab, yang berarti:
a. bertambah
dan berkembang (ربا - يربو – تربية)
b. tumbuh
dan berkembang (ربي - يربي - تربية )
c. memperbaiki, menguasai, memelihara, merawat,
memperindah, mengatur, dan menjaga kelestariannya (ربّ
- يُربّ - تربية)
Menurut
Fahr al-Razy, kata “Rabbayani” merupakan pendidikan dalam bentuk luas, term
tersebut tidak hanya menunjukkan pada makna pendidikan yang bersifat ucapan
(domain kognitif), tapi juga meliputi pendidikan pada aspek tingkah laku
(domain afektif).
Jadi
istilah at-Tarbiyah memberikan pengertian mencakup semua aspek pendidikan,
yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tidak hanya mencakup aspek
jasmaniah tetapi juga mencakup aspek rohaniah secara harmonis.
Dari
pengertian tersebut, dalam konteks yang luas pengertian pendidikan Islam
terkandung dalam term al-Tarbiyah yang meliputi empat unsur, yaitu: pertama,
unsur memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa. Kedua,
mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. Ketiga, mengarahken seluruh
fitrah menuju kesempurnaan. Dan keempat, melaksanakan pendidikan secara
lengkap.
2.
al-Ta’lim
Kata
yang kedua ini bersumber dari kata ‘allama
yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian, atau penyampaian, pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31
disebutkan:

“Dan Dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Bila
dilihat dari batasan pengertian yang ditawarkan dari kata ta’lim (allama) pada
ayat di atas, terlihat pengertian pendidikan yang terlalu sempit. Pengertiannya
hanya sebatas proses pentranferan seperangkat ilmu pengetahuan atau nilai
antara manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai ilmu atau nilai yang
ditranfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada
domain afektif.
3. al-Ta’dib
Secara
bahasa, kata al-ta’dib merupakan masdar dari kata “addaba” yang berarti:
a. Ta’dib, berasal dari kata dasar “aduba
– ya’dubu yang bererti melatih, mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik
dan sopan santun.
b. Berasal dari kata “adaba – ya’dibu”
yang berarti mengadakan pesta atau perjamuan yang berbuat dan berperilaku
sopan.
c. Kata “addaba” sebagai bentuk kata
kerja “ta’dib” mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin
da member tindakan.
Dari
pengertian dan hadist tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata “ta’dib”
mengandung pengertian usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi sedemikian
rupa, sehingga anak didik terdorong dan tergerak jiwa dan jiwanya untuk berperilaku
dan bersifat sopan santun yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Orientasi
kata al-ta’dib lebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang
berakhlak mulia.
Al-Qur’an
merupakan sumber nilai yang absolute dan utuh, didalamnya mencakup perbendaharaan
yang luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan ummat manusia dan merupakan
sumber pendidikan yang terlengkap. Ia merupakan pedoman normatif-teoritis bagi
pelaksanaan pendidikan Islam.
Oleh
sebab itu Rasulullah SAW memberikan contoh dan suri tauladan berdasarkan
al-Qur’an diantaranya melalui: pertama, ucapan (hadits quliyah) , kedua,
perbuatan (hadits fi’liyat), dan ketiga ketetapan (hadits taqririyah).
Dalam
dataran pendidikan Islam, sunnah Nabi mempunyai dua fungsi yaitu:
a. Menjelaskan system pendidikan Islam
yang tepat di dalamnya.
b. Menyimpulkan metode pendidikan dan
kehidupan Rasulullah SAW bersama sahabat, perlakuanya kepada anak-anak, dan
pendidikan keimanan yang pernah dilakukan.
Kesemuanya
tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara Nabi melakukan proses belajar
mengaja, metode yang digunakan sehingga dengan cepat para sahabat mampu
menyerap apa yang diajarkan, dan lain sebaginya yang kesemuanya terpancar dari
satu figur uswah hasanah yang dibimbing langsung oleh Allah.
Melihat
dari beberapa pendapat yang mengartikan pendidikan dengan berbagai pengertian
dan dari beberapa tokoh, maka dapat dianalisa bahwa pendidikan menurut penulis
adalah; Perkembangan dari segala unsur yang dimiliki oleh manusia baik dari
segi jasmaniah, rohaniah, intelektualnya dan bagaimana individu dapat
berinteraksi dengan lingkungannya serta dapat mencapai tujuan pendidikan yang
sebenarnya dan melalui proses kependidikan sebagai suatu aktivitas dalam
masyarakat. Selanjutnya hakekat pendidikan Islam sebenarnya adalah semua yang
ada pada diri manusia tidak terlepas dari pendidikan khususnya pendidikan Islam
yang menjadi landasan yang mendasar dan menjadi acuan bagi manusia untuk
memulai pendidikan dan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
2.5
Pengertian Pendidik
Secara
umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.
Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik baik potensi efektif,
kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Beberapa
ahli pendidikan yang memberikan arti pendidik adalah :
Marimba
mengartikan pendidik sebagai orang yang mempertanggung jawabkan sebagai
pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung
jawab tentang pendidikan peserta didik.
Sutari
Imam Barnadib mengemukakan bahwa pendidik adalah orang yang dengan sengaja
mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan peserta didik.
2.6
Tugas Pendidik Menurut Filsafat Pendidikan Islam
Dalam
Islam tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia.
Secara umum tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalnya mendidik
merupakan rangakaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum,
memberi contoh, membiasakan dsb. Disamping itu pendidik juga bertugas sebagai
fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh
potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Menurut
Ahmad D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang
kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki guna ditranformasikan kepada peserta didik, serta
melihat kekurangan dan kelebihannya.
Tugas
Pendidik secara umum :
Pada
hakekatnya mengemban misi yang mengajak menusia untuk tunduk dan patuh pada
hukum – hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.
Tugas
Pendidik secara khusus :
a. Sebagai
pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan
melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu
dilaksanakan.
b. Sebagai
pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tinggakat kedewasaan
yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakan
manusia.
c. Sebagai
pemimpin (managerial) yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik
dan masyarakat yang terkait, menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan itu.
Karakteristik
pendidik
Dalam
pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat
membedakannya dari yang lain. Dalam hal ini An-Nahlawi membagi karakteristik
pendidik muslim kepada beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
a.
Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya
sebagaipendidik semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
b.
Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.
c.
Bersifat sabar dalam mengajar.
d.
Jujur dalam menyampaikan apa yang
diketahuinya.
e.
Mampu menggunakan metode mengajar yang
bervariasi.
f.
Mampu mengelola kelas dan mengetahui
psikis anak didik, tegas dan proposional.
Sementara
dalam kriteria yang sama Al-Abrasyi memberikan batasan tentang karakteristik
pendidik, di antaranya :
a.
Seorang pendidik hendaknya memiliki
sifat zuhud yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena materi akan
tetapi lebih dari itu adalah karena mencari keridhaan Allah.
b.
Seorang pendidik hendaknya bersih
fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat
tercela.
c.
Seorang pendidik hendaknya Ikhlas, tidak
riya’, pemaaf, dan mencintai peserta didik juga mengatahui karakteristik anak
didiknya.
Hakekat
Pendidik
Pada
dasarnya seorang Pendidik adalah orang yang tergolong penting dalam pendidikan
karena seorang pendidik adalah orang yang memberikan pendidikan kepada anak
didiknya. Seorang pendidik adalah sujek dalam proses pendidikan dan pengajaran
Islam. Jadi pada hakekatnya proses pendidikan tidak akan berjalan secara
efisien tanpa adanya pendidik yang mampu menjadi sebenar – benarnya pendidik.
Setelah
melalui proses yang demikian panjang untuk menjadi seorang pendidik Islam maka
Pendidik Islam haruslah mempunyai landasan dasar yang kuat untuk menjadi
seorang pendidik, pendidik yang baik dari segi sikap dan moral serta keimanan
yang kuat kepada Allah SWT bisa dijadikan acuan untuk menjadi seorang pendidik
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan agar peserta didik pun mampu
menerima pengajaran dengan baik dalam aplikasinya di kehidupan sehari-hari.
2.7
Peserta didik
Peserta
didik salah satu komponen dalam sistim pendidikan Islam. Peserta didik itu
sendiri secara formal yaitu orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan
merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang
pendidik.
Ada
pun menurut Syamsul Nizar ada 5 kriteria peserta didik yaitu:
a.
Peserta didik bukan lah miniatur orang
dewasa, sehingga menjadi tanggung jawab pendidik.
b.
Peserta didik memiliki periode sasi
perkembangan dan pertumbuhan
c.
Peserta didik adalah makhluk Allah yang
memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun
lingkungan dimana ia berada.
d.
Peserta didik merupakan dua unsur utama
jasmani dan rohani
e.
Peserta didik adalah manusia yang
memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara
dinamis.
Tugas
dan kewajiban peserta didik
Agar
pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka
setiap peserta didik hendaknya, senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya.
Menurut Asma Hasan Fahmi tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi peserta didik
di antaranya adalah:
a.
Peserta didik hendaknya senantiasa
membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.
b.
Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk
menghiasi ruh dengan berbagai sifat keimanan.
c.
Setiap peserta didik wajib menghormati
pendidiknya.
d.
Peserta didik hendaknya belajar secara
bersungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
e.
Kewajiban peserta didik diantaranya
adalah:
f.
Sebelum belajar hendaknya terlebih
dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat buruk.
g.
Niat belajar hendaknya ditujukan untuk
mengisi jiwa dengan berbagai fadillah.
h.
Wajib bersungguh-sungguh dalam belajar,
wajib saling mengasihi dan menyayangi diantara sesama, bergaul baik terhadap
guru-gurunya.
Sifat-sifat
Ideal Peserta Didik
Dalam
upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta didik hendaknya memiliki dan
menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan kepribadiannya. Diantara
sifat-sifat ideal ynag perlu dimiliki peserta didik misalnya ; berkemauan keras
atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, dan tabah, tidak
mudah putus asa dan sebagainya.
Berkenaan
dengan sifat ideal di atas, Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatahiyah
Hasan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat ideal yang patut dimiliki peserta didik
yaitu ;
a.
Belajar dengan niat ibadah dalam rangka
taqarrub ila Allah. Mempunyai ahklak yang baik dan meninggalkan yang buruk.
b.
Mengurangi kecendrungan pada kehidupan
duniawi disbanding ukhrawi dan sebaliknya.
c.
Bersifat tawadhu’ (rendah hati).
d.
Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan
dan aliran.
e.
Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik
ilmu umum dan agama.
f.
Belajar secara bertahap atau berjenjang
dengan melalui pelajaran yang mudah menuju pelajran yang sulit.
g.
Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk
kemudian beralih kepada ilmu yang lainnya.
h.
Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu
pengetahuan yang dipelajari
i.
Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum
memasuki ilmu duniawi.
j.
Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi
suatu ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, serta memeberi
keselematan dunia dan akhirat.
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik bukanlah miniatur orang
dewasa dimana seorang anak didik masih banyak memerlukan arahan dan bimbingan
oleh karenanya anak didik harus banyak memperoleh bimbingan sesuai dengan fase
pertumbuhan dan perkembangannya, Jadi pada hakikatnya seorang anak didik adalah
orang yang mempunyai arti penting dalam pendidikan karena masanya yang sangat
rentan dibanding pendidik, maka sudah sewajarnya pendidik yang bertanggung
jawab atas perkebangan potensi peserta didik tersebut.
2.8
Kurikulum
Kurikulum
berasala dari bahasa latin “Curriculum” dan terdapat pula dalam bahasa prancis
“courir” artinya “to run” artinya berlari. Istilah ini digunakan untuk sejumlah
courses atau mata pelajaran yang harusc ditempuh untuk mencapai gelar atau
ijazah. Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang
diajarkan disekolah. Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata-kata
“manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak
didikanya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.
William
B. Ragan, sebagai dikutip S. Nasution, berpendapat bahwa kurikulum meliputi
seluruh program dan kehidupan disekolah. S. Nasution menyatakan, ada beberapa
penafsiran lain tentang kurikulum. Diantaranya : pertama, kurikulum sebagai
produk (sebagai hasil pengambangan kurikulum), kedua, sebagai program( alat
yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan), ketiga , kurikulum sebagai
hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan
tertentu), dan keempat, kurikulum sebagai pengalaman siswa.
Asas-asas
kurikulum pendidikan Islam
Suatu
kurikulum kependidikan termasuk pendidikan Islam hendaknya mengandung beberapa
unsure utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar, dan metode
penilaian. Muhammad Al-Toumy Al- Syaebani mengemukakan bahwa asaa-asas umum
yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam itu adalah:
1.
Asas Agama
Seluruh
system yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk system pendidikannya harus
meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam meliputi
Aqidah, Ibadah, Muamalat, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat.
2.
Asas Falsafah
Dasar
ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan daras filosofis,
sehingga suasana kurikulum pendidikan Islam mengadung suatu kebenaran terutama
dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.
3.
Asas Psikologis
Asas
ini memeberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan
memepertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui
anak didik. Kurikulum pendidikan Islam harus dirancang sejalan dengan
cirri-ciri perkembangan anak didik, tahapkematangan bakat, jasmani,
intelektual, bahasa, emosi, dan sosial, kebutuhan dan keinginan, minat,
kecakapan, perbedaan individual, dan lain sebagainya yang berhubungtan dengan
aspek psikoligis.
4.
Asas Sosial
Pembentukan
kurikulum pendidikan Islam harus mengacu kearah relisasi individu dalam
masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan
perubahan yang telah dan bakalterjadi dalam perkembangan masyarakat manusia
sebagai makhluk sosial harus mendapar tempat dalam kurikulum pendidikan Islam.
Hal ini dimaksudkan agar out put yang dihasilkan pendidikan Islam adalah
manusia yang mampu mengambil peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam
konteks kehidupan zamannya.
Berdasarkan
pada asas-asas tersebut di atas, maka kurikulum pendidikan menurut An-Nahlawi
harus pula memenuhi kriteria diantaranya sebagai berikut:
a. Sistem
dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani sehingga
memiliki peluang untuk mensicukanya, dan menjaganya dari penyimpangan serta
menyelamatkannya.
b. Kurikulum
hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas,
taat dan beribadah kepada Allah, disamping merealisasikan tujuan aspek
psikis,fisik, sosial, budaya maupun intelektual.
c. Pertahapan
serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodesasi perkembangan
peserta didik .
Karakteristik
kurikulum Pendidikan Islam
Secara
umum karakteritik kurikulum pendidikan Islam adalah pencerminan Islami yang
dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dalam seluruh aktivitas dan kegiatan
kependidikan dalam prakteknya. Konsep inilah yang membedakan kurikulum
pendidikan Islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.
Menurut
Al- Syaebany, Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu adalah :
a. Mementingkan
tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan,
kaedah, alat dan tekniknya.
b. Memperluas
perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta bimbingan
terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial,
dan spiritual.
c. Adanya
keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan
pengajaran.
Dengan
demikian penulis menyimpulkan bahwa setelah proses demi proses yang kian
panjang maka dalam pendidikan Islam diperlukan adanya kurikulum, hakekat
kurikulum dalam pendidikan Islam yang sebenarnya adalah eksistensi kurikulum
sebagai parameter operasionalisasi proses belajar mengajar. Oleh karenanya
kurikulum tidak mempunyai makna apabila tidak dilaksanakan dalam suatu
institusi dan tidak ada imbal balik antara pendidik disuatu sisi dengan peserta
didik di sisi lain.
Metode
Pendidikan Islam
Pendidikan
Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan
kegiatan kependidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. bagaimana baik dan
sempurnanya kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala
tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada
peserta didik .
Secara
literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kata, yaitu meta
yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan
yang dilalui, sebagai dikutip oleh Mohammad Noor Syam secara teknis menerangkan
bahwa metode adalah :
a. Suatu
prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
b. Suatu
teknik mengetahui ynag dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu
materi tertentu.
c. Suatu
ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
Sementara
Al-Syaebany, menjelaskan bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan
yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangaka memberikan pelajaran yang
diajarkannya, cirri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam
sekitar untuk mencapai proses belajar yang diinginkan.
Asas-asas
umum metode pendidikan Islam
Secara
umum asas-asas metode pemdidikan Islam itu menurut Al-Syaebany adalah:
a. Asas
Agama, yaitu prinsip, asas dan fakta umu yang diambil dari sumber asasi ajaran
Islam, yakni Al-Quran dan sunnah.
b. Asas
biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat
perkembangan usia peserta didik.
c. Asas
Psikologis, yaitu Prinsip yang lahir diatas pertimbangan kekuatan psikologis
seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesedihan, bakat
dan kecakapan.
d. Asas
Sosial, yaitu asas yang bersumbr dari kehidupan sosial manusia seperti tradisi,
kebutuhan, harapan dan tuntutan yang senantiasa maju dan berkembang.
Sementara
dari sudut pandang pelaksanaannya, asas-asas metode pendidikan Islam dapat
diformulasikan kepada :
o
Asas Motivasi
o
Asas Aktifitas
o
Asas Minat
o
Asas Apersepsi
o
Asas Peragaan
o
Asas ketauladanan
o
Asas ulangan
o
Asas Korelasi
o
Asas Pembiasaan
o
Asas Kosentrasi
o
Asas Individualisasi
o
Asas Globalisasi
o
Asas Sosialisasi
o
Asas Evaluasi
o
Asas Kebebasan
o
Asas Lingkungan
Karakteristik
Metode Pendidikan Islam
Di
antara karakteristik metode pendidikan Islam adalah:
a. Keseluruhan
proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari pembentukannya, penggunaannya,
sampai pada pengembangannya.
b. Metode
pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel
c. Metode
pendidikan Islam selalu berusaha menyeimbangkan antara teori dan praktek.
d. Dari
segi pendidik, Metode pendidikan Islam lebih menekankan keteladanan dan kebebasan
pendidik
e. Metode
pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan kondisi
yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif
f. Metode
pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran dan tercapainya
tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam
konteks itu, An-Nahlawi, mengemukakan beberapa metode yang paling penting dalam
pendidikan Islam yaitu ;
a. Metode
Hiwar (Percakapan) Qur’ani dan Nabawi
b. Mendidik
dengan Kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
c. Mendidik
dengan amsal(Perumpamaan)
d. Mendidik
dengan memberi tauladan
e. Mendidik
dengan pembiasaan dan pengalaman
f. Mendidik
dengan mengambil Ibrah (Pelajaran) dan muaidhah (Peringatan)
g. Mendidik
dengan targhib (Membuat senang) dan tarhib (Membuat takut)
Pendapat
lain yang lebih diarahkan kepada penggunaan metode pendidikan Islam secara
formal adalah sebagaimana yang dikemukakan Al-Syaebany, yaitu:
o
Metode indiksi (pengambilan kesimpulan)
o
Metode Perbandingan
o
Metode Kuliah
o
Metode Halaqah
o
Metode Dialog dan perbincangan
o
Metode Riwayat
o
Metode Mendengar
o
Metode Membaca
o
Metode Imla’
o
Metode Hafalan
o
Metode Pemahaman
Dalam
kaitan ini penulis menyimpulkan bahwa metode pendidikan Islam yang mempunyai
peran penting dalam pendidikan Islam pada hakekatnya metode adalah suatu
penerapan yang dilakukan oleh pendidik. Pada prinsipnya tidak ada metode yang
paling ideal untuk semua tujuan pendidikan,semua ilmu dan mata pelajaran, semua
pertumbuhan, semua tahap kematangan, semua pendidik, dan semua keadaan,yang
meliputi proses pendidikan. Oleh karena itu tidak bisa dihindarkan pendidik
hendaknya mengkombinasikan lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya
dilapangan. Untuk itu sangat penting menerapkan metode yang relevan dengan
semua situasi sehingga tujuan dapat tercapai dengan maksimal.
2.9
Materi Pendidikan
Yaitu
bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun
sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau
disampaikan kepada anak didik. Dalam pendidikan Islam materi pendidikan ini
seringkali disebut dengan istilah maddatut tarbiyah. Proses tarbiyah
(pendidikan) mempunyai tujuan untuk melahirkan suatu generasi baru dengan
segala ciri – cirinya yang unggul dan beradab. Penciptaan generasi ini
dilakukan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang sepenuhnya dan seutuhnya
kepada Allah SWT melalui proses tarbiyah.
Ada
beberapa pendapat ulama tentang materi yang harus di berikan terhadap anak
didik:
Menurut
Umar bin Khatab, seorang anak hendaknya diajarkan berenang, berkuda, pepatah
yang berlaku dalam sajak terbaik. Semua ini diajarkan setelah anak mengetahui
prinsip-prinsip agama Islam, mengahafal Al-Qur’an dan mempelajari al-hadist.
Ibnu
Sina mengemukakan, bahwa mendidik anak hendaknya dengan memepelajari Al-Qur’an.
Ibnu
Thawam berpendapat, setelah anak hafal Al-Qur’an hendaknya anak tersebut
diajarkan menulis,berhitung dan berenang.
Al-Ghazali
mengemukakan, bahwa sebaiknya anak-anak diajarkan Al-Qur’an, sejarah kehidupan
orang-orang besar dan hukum-hukum agama.
Al-Jahiz
dalam bukunya Risalat al-Mu’allimin mengatakan bahwa sebaiknya anak-anak kecil
tidak disibukan dengan ilmu nahwu semata. Cukup mereka dapat membaca, menulis
dan berbicara dengan benar .
Pendapat
para ulama di atas, dapat difahami bahwa materi pendidikan Islam yang paling
utama adalah Al-Qur’an,baik keterampilan membaca, mengahafal, menganalisa
sekaligus mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan
materi adalah salah satu komponen penting yang harus disesuaikan dalam
pendidikan Islam, karena akan menyebab kan kesalahan yang sangat besar apabila
sebuah materi pembelajaran tidak disusun sedemikaian rupa, maka hakikat dari
pada penggunaan dan penyesuaian materi adalah agar peserta didik mampu terarah
dengan baik, tidak hanya sekedar belajar tanpa meteri yang dipersiapakan dengan
matang dan disesuaikan dengan usia perkembangan peserta didik.
2.10
Evaluasi pendidikan Islam
Rangakaian
akhir dari suatau proses kependidikan Islam adalah Evaluasi atau penialaian.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat
setelah dilakukannya evaluasi out put yang dihasilkannya. Maka secara sederhana
Evaluasi pendidikan islam dapat diberikan batasan sebagai suatu kegiatan untuk
menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam pendidikan Islam. Dalam ruang
lingkup yang terbatas, Evaluasi dilakukan adalah dalam rangka mengetahui
tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik,
sedangkan dalam ruang lingkup yang luas, Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam (dengan seluruh
komponen yang terlibat di dalamnya) dalam pencapaian tujuan pendidikan yang
diinginkan serta pelaksanaan dan berakhir pada kepribadian muslim.
Secara
umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam. Pertama, dari segi
pendidik, evaluasi berguna untuk membantu seorang pendidik mengetahui sudah
sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya. Kedua, dari segi
peserta didik, evaluasi berguna untuk peserta didik untuk dapat mengubah atau
mengembangkan tingkahlaku secara sadar kea rah yang lebih baik. Ketiga, dari
segi ahli fakir pendidikan Islam, evaluasi berguna untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam merumuskan
teori itu kembali, pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman.
Keempat, dari segi politik mengambilkebijakan pendidikan Islam (pemerintah)
evaluasi berguna untuk membantu mereka dalam membenahisistem pengawasan dan
mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapakan.
Tujuan
dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Pendidikan
Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk membentuk al-insan
al-kamil atau manusia paripurna. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua
dimensi, yaitu : pertama, dimensi dialektikal horizontal. kedua, dimensi
ketundukan vertical.
Pada
dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat mengembangkan
pemahaman tentang kehidupan konkrityeng terkait dengan diri,sesame manusia, dan
alam semesta. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi
selain menjadi alat untuk memanfaatkan juga hendaknya menjadi jembatan dalam
mencapai thubungan yang abadi dengan sang khalik.
Secara
umum tujuan dan fungsi evaluasi pendididkan Islam diarahkan kepada dua dimensi
diatas. Secara khusus tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah
untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Sebagai
tindak lanjut dari tujuan ini adalah untuk mengetahui siapa diantara peserta
didik yang cerdas dan lemah.
Dalam
pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap
(afektif dan psikomotor) disbanding aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik yng secara garis besarnya meliputi
empet hal, yaitu:
1.
Sikap dan pengalaman terhadap hubungan
pribadinya dengan Tuhan.
2.
Sikap dan pengalaman terhadap arti
hubungan dirinya dengan masyarakat.
3.
Sikap dan pengalaman terhadap arti
hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4.
Sikap dan pandangan terhadap diri
sendiri selaku hamba Allah,anggota masyarakat,khalifah Allah SWT.
Keempat
kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis
yaitu :
1.
Sejauhmana loyalitas dan pengabdiannya
kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriyah berupa tingkahlaku yang
mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
2.
Sejauhmana peserta didik dapat
menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan hidup bermasyarakat seperti ahklak
mulia dan disiplin.
3.
Bagaiman peserta didik mengolah dan
memelihara serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.
4.
Bagaimana dan sejauh mana ia memandang
diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang
beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Sistem
Evaluasi Dalam pendidikan Islam
Sistem
evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mengacu pada system evaluasi yang
digariskan Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagaimana telah dikembangkan oleh
Rasullanya Muhammad SAW. maka secara umum system evaluasi pendidikan Islam
adalah sebagai berikut:
o
Untuk menguji daya kemampuan manusia
beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan.(QS. Al Baqarah 2:155),
o
Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai
dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasullullah Saw kepada
umatnya (QS. An-Naml 27:40),
o
Untuk menentukan klasifikasi tingkat
hidup keislaman atau keimanan seseorang.(QS. Ash Shaaffat 37: 103-107),
o
Untuk mengukur daya kognisi hafalan
manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya.(QS Al Baqarah 2:31),
o
Memberi semacam tabsyir bagi yang
beraktifitas baik, dan memberi semacam iqab bagi mereka yang beraktifitas buruk
(QS. Az-Zalzalah 99: 7-8),
o
Allah dalam mengevaluasi hambanya tanpa
memandang formalitas tapi memandang subtansi dibalik tindakan hambanya.(QS.
QAl-Hajj 22;37),
o
Allah memerintahkan agar berlaku adil
dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadi ketidak objektifan
evaluasi yang dilakukan (QS. Al-Maidah 5:8) .
Dari
pikiran-pikiran di atas penulis menyimpulkan bahwa evaluasi adalah tahap akhir
dari proses pendidikan dimana hakekat evaluasi adalah sebagai imbal balik
antara pendidik dan peserta didik atau feed beck, berhasil atau tidakkah
seorang pendidik mentrasfer ilmu pengetahuannya kepada peserta didik atau dalam
arti lain untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses
pendidikan Islam dengan komponen dan unsure yang terlibat di dalamnya.
BAB
III
KESIMPULAN
3.1 Pendidikan
Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangn hidup
manusia. Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-
Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam hidup
pribadinya atau hidup kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar
melalui proses kependidikan.
3.2 Secara
umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai
titik kemampuan optimal. Secara structural, pendidikan Islam menuntut adanya
struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik dalam
dimensi vertical maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia
mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat
memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang.
Fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk,
yaitu :
a.
Alat untuk memelihara, memperluas, dan
menghubungkan tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial,serata ide-ide
masyarakat dan nasional.
b.
Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi
dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu
pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga manusia (peserta
didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosialekonomi yang
demikian dinamis.
3.3 Hakekat
pendidikan Islam sebenarnya adalah semua yang ada pada diri manusia tidak
terlepas dari pendidikan khususnya pendidikan Islam yang menjadi landasan yang
mendasar dan menjadi acuan bagi manusia untuk memulai pendidikan dan mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan.
3.4 Tugas
Pendidik secara umum : Pada hakekatnya mengemban misi yang mengajak menusia
untuk tunduk dan patuh pada hokum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan
dunia dan akhirat.
Tugas
Pendidik secara khusus : Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas
merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun,
dan penilaian setelah program itu dilaksanakan.
o
Sebagai pendidik (edukator) yang
mengarahkan peserta didik pada tinggakat kedewasaan yang berkepribadian insan
kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia.
o
Sebagai pemimpin (managerial) yang
memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang
terkait, menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan,
partisipasi atas program yang dilakukan itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Armai,
Arif. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Herman
H. Horne. 1998. Philosophies Of Education. Jakarta:
Rineka Cipta Karya.
Mortimer
J. Adle. 1999. Philosophies Of Education.
Jakarta: Rineka Cipta Karya.
Nata,
Abudin. 2001. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Omar,
Muhammad, Al-Toumy Al- Syaebani. 2001. Falsafah
Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta Karya
Ramayulis.
2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta
: Kalam Mulia.
Rasyidin,
MA. 2005. Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat pers.
Uhbiyati Nur, 1995. Ilmu Pendidikan Islam (IPI). Jakarta: Pustaka Setia.
William
Mc Gucken, SJ. 1999. Philosophies Of
Education. Jakarta: Rineka Cipta Karya.
www.google.com
(ruang lingkup ilmu pendidikan Islam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar